AGASKAR [[ SUDAH TERBIT ]]

By nazieranff

17.7M 1.1M 641K

BEBERAPA BAB DI UNPUBLISH SECARA ACAK๐Ÿ™VERSI LENGKAP HANYA ADA DI BUKU, AVAILABLE ON GRAMEDIA DAN TBO COUPLE... More

AGASKAR || PROLOG
01. || Insiden
02. || Perjodohan
03. || Akad Nikah
04. || Malam Pertama
05. || First Kiss?
06. || Couple Kissing?
07. || Jatah Bully
08. || Romantic Sunday
10. || Pembalasan
11. || Mantan atau Pasangan?
12. || Berdebat?
13. || Hotel Bareng?
14. || Mabuk
16. || Anak?
17. || Takut Pergi?
18. || Memburuk?
19. || Sakit berujung Main
20. || Memanas?
21. || Hot Situation
22. || Sweet Lies
24. || Suara Merdu
25. || Camping Bareng
26. || Romantic in the Forest
27. || Hilang untuk Bucin?
28. || Rasa jadi Ancaman?
29. || Bucin selepas Pulang?
SOMETHING!!
31. || Dia Alasannya
33. || Ini Malam untuk Kita
Agaskar season 2
35. || Dia, Siapa?
36. || Keputusan Arazey
37. || Kekecewaan Agaskar
38. || Selamat Tinggal
39. || Kita sudah Berbeda
WOLVIPER 2017
41. || Agaskar untuk Zeya
42.|| I Need You, Agaskar!
44.|| Kita Sekamar Lagi
46. || Obat Rindu
47.|| Candu Secandu Candunya
48. || Holiday in Villa
50. || Terbongkar Semuanya
51. || Dia lah Orangnya
52. || Dunia VS Cinta Pertama
54. || Pengakuan Resmi Wolviper
55. || Pengkhianatan Cinta
56. || Say Goodbye and Sorry
57. || EPILOG || AGASKAR SEASON 2
EXCHAP MENUJU ASKARAZEY
AGASKAR SEASON 2 PUBLISH

32. || Kita Terancam

191K 15.8K 16K
By nazieranff

Hallooo gaess, cerita AGASKAR ini udah terbitt ya. Bisa kalian beli di Gramedia terdekat atau di TBO on Shopee dan Tiktok BLACKSWAN BOOKS🫶🥰

Versi novel menghadirkan alur yang lebih fresh dan tersusun rapi, mulai dari pertemuan mereka, alasan perjodohan, permusuhan dua geng yang dendam, sampai rumah tangga mereka❤️AGASKAR memiliki 2 buku, ada AGASKAR & KARZEY.

Agaskar: Menceritakan awal pertama kali mereka ketemu, adanya perjodohan, memulai hubungan, sampai konflik antara Wolviper dan Walerus dibahas disini.
Karzey: Adalah lanjutan dari buku AGASKAR, yang mengisahkan tentang bagaimana mereka setelah semua konflik selesai. Memakai alur maju, dimana semua anak Wolvi mencoba memukai hidupnya masing-masing dengan pasangan mereka.

"Maaf jika aku terlalu egois, setelah merasakan perubahan ku, mungkin aku juga akan merubah diri agar sikap hangat mu kembali perlahan."
~Arazey Henessy Elthea
-------------------------

Harga penulis, hanya dengan memberikan vote serta comment.
Cerita ini nanti juga mengandung beberapa unsur kekerasan yang tidak patut untuk ditiru, yang pasti tidak patut juga untuk di plagiatkan.
Kreativitas sendiri akan mencerminkan kesuksesan mu nanti.
See, happy reading❤️
WARN! JUMLAH KATA 2500+, HATI-HATI BOSAN.
.
.
.
JANGAN SIDERS YA GENGS❤️RAMEIN KOLOM KOMENTAR SETIAP PARAGRAF NYA JANGAN LUPA💸

Target ----- bismillah 8,5 RIBU VOTE & 10 RIBU KOMEN
(YEY, ALHAMDULILLAH DONE DOUBLE UP YA GAES😍💪SETELAH BAB INI, KITA TNGGU TARGET TEMBUS SEPERTI BIASANYA. DAN BLM BISA JANJI KAPAN UP LGI, INTINYA KLO TARGETT DAH TEMBUS SILAHKAN KETUK DM DI IG YAA. AKU JUGA LGI MO REVISIAN FINAL HEHE )

Yg garswolx.area ganti jadi aenmoy.ofc

HAI HAII🥺❤️OMG MAKASIH UNTUK 8 JUTA NYA DI BAB KE 32 INI GAES, MAKASI UNTUK KALIAN YG MSIH BERTAHAN BACA SAMPE DETIK INI. SMOGA CERITA INI MSIH BISA MENGHIBUR KALIAN YA, DAN JANGAN LUPA IKUT PO AGASKAR SEBENTAR LAGIII.

ABSEN DULU HAYUK. Pakai kata-kata mantan yang pernah dikasih, tapi diingkari sama dia. Klo aku 'sehebat apapun kita bertengkar, jangan pisah, ya, harus diperbaikin.'

Happy reading yaaa .... Monmaap klo ada typo

•••••••••••••••

"Hallo, Agaskar? Apa kabar? Semoga kabar lo tetap baik," ujar sang penelepon yang membuat kening Agaskar mengerut. "Apalagi saat lo tahu, kalau cewek lo sekarang ada sama gue."

Suara pria tak dikenalnya, Agaskar terkejut bukan main.

Refleks tubuh tingginya itu berdiri, beranjak dari kasur. "LO SIAPA, BANGSAT?!

"Weh, santai-santai. Cewek lo ada sama gue," jawab pria itu lagi. "Eh, ralat, maksud gue, istri lo. Istri tersayang lo."

Pandangan Agaskar yang tadinya menunduk karena rasa panik dan bingung, mendadak mengadah ke arah depan begitu mendengar ucapan dari sang penelepon.

Bagaimana dirinya tak terkejut, seseorang yang bukan keluarganya mengetahui rahasia terbesar itu.

"LO SIAPA?! JANGAN LO SENTUH-SENTUH DIA!!" tegas Agaskar meninggikan intonasi suaranya.

"Kalau lo sampai berani nyentuh dan macem-macemin dia, gue nggak akan biarin lo hidup."

"HAHAHAHAHAHA!!!" Terdengar gelak tawa yang begitu kencang dari seberang sana, membuat salah satu kening Agaskar terangkat heran.

"Istri lo nggak akan kenapa-napa, Agaskar. Tenang aja, lagian siapa yang ngebiarin istrinya pergi malem-malem sendiri?"

"Syukur gue yang nangkep, coba kalau orang lain yang nangkep, udah pasti mereka nikmatin istri lo itu."

Amarah Agaskar semakin berlayar, kali ini matanya memerah dan satu tangannya yang lain mengepal, seolah siap menghantam seseorang dibalik telepon tersebut dengan murka yang luar biasa.

"Apa mau lo?" tanya Agaskar, ia tahu jika semakin emosi menghadapi sosok semacam ini, bisa saja nyawa Zeya disana akan terancam lebih besar.

"Anjay, sekaya apa sih, lo, Agaskar?" tanya pria itu lagi seraya tertawa.

"Berani amat nawarin gue, tapi gue seneng dapet tawarannya yang pasti nggak akan gue lewatkan."

"Gue butuh jawaban, bukan basa-basi, bangsat," ucap Agaskar menegaskan.

Pria itu tertawa lagi dengan ucapan yang Agaskar sampaikan. "Oke-oke, 200 juta, mampu?"

"500 juta, dengan perjanjian lo jangan minta uang atau anggaran apapun lagi. Sekali lagi lo ngelakuin hal semacam ini, gue seret lo ke kepolisian," tegas Agaskar lebih santai. "DEAL?!"

Terdengar suara pria tersebut yang menerimanya dengan senang hati. Terlebih Agaskar menawarkan uang tebusannya 300 juta dari tawaran awal. "Sangat deal!" balasnya.

"Sharelok, gue sendirian. Kalau lo bohong dan membahayakan nyawa istri gue, bisa dalam sekejap ngelumpuhin lo." Tak bisa dipungkiri, kata-kata yang Agaskar ucapkan mampu membuat siapapun ketar-ketir mendengarnya.

Termasuk sosok misterius yang diduga menculik Zeya yang ingin menjenguk Alezya di RS, pria itu terdengar tak berkutik dan hanya bergeming.

Setelah sambung telepon terputus, Agaskar langsung mencari kunci brankasnya yang tersimpan di tempat rahasia. Dimana hanya ia yang mengetahuinya, kemudian membuka pintu brankas tersebut dengan sebuah kode.

Berbekal sebuah tas yang sudah tak ia pakai lagi, Agaskar membuat beberapa gepok uang berwarna merah ke dalam tas tersebut.

Lalu mengambil kunci mobilnya kembali untuk bersiap pergi, tak lupa ia mengirimkan foto berupa tanda bukti uang yang akan dibawa.

"Lo pikir lo bisa permainin gue, siapa pun lo, akan gue cari tau," gumam Agaskar mengambil sebuah benda yang selama ini ia simpan.

Tongkat baseball, yang sekarang sudah ia hias dengan paku menancap di setiap bagian sisi atasnya dan juga kawat. Siap menghantam siapa pun target yang akan dituju dan menghancurkannya dalam hitungan detik.

•••••••••••

Di dalam mobil, Agaskar memperhatikan keadaan sekitar, dimana ia sudah sampai ke titik lokasi seseorang yang misterius itu. Agaskar menatap ke salah satu gubuk kecil yang tak jauh dari titik tempatnya sekarang.

Lokasi yang sepi, gelap, dan sangat dijangkau oleh khalayak ramai, dengan perasaan campur aduk, didominasi oleh senam jantung, Agaskar berharap agar Zeya masih baik-baik saja dan tidak akan dibahayakan oleh seseorang itu.

"Lo dimana?" tanya Agaskar, nadanya begitu datar sama dengan raut wajahnya saat ini yang tak berekspresi.

"Lo masuk aja ke dalam gubuk itu, gue dan istri lo ada disana," sahut pria itu setelah dihubungi oleh Agaskar lebih dulu.

Agaskar langsung mematikan ponselnya, dan menggendong tas berisikan ratusan juta uang ke punggung. Satu tangannya yang lain menyeret tongkat baseball yang sudah ia bawa untuk persiapan jika ada suatu hal tak diinginkan.

Sampai pada akhirnya, sorot mata Agaskar tertuju pada satu titik, seorang perempuan yang tak asing sedang disekap, rasanya sangat dejavu mengingat Aessy yang ditemukannya juga persis dengan keadaan seperti itu.

"Zeya ...." panggil Agaskar pelan, apalagi kesalahannya sampai Zeya sebagai seorang istri harus terancam lagi?

"Akhirnya ... Dateng juga lo," seru pria itu bertepuk tangan saat menghampiri ke tengah ruangan, dimana Agaskar berjarak sekitar tiga ratus meter dari posisi Zeya disekap.

"Agaskar, ketua geng Wolviper generasi ketiga. Selamat datang," ujar seorang pria yang belum diketahui siapa namanya.

Pria itu terlihat sangat misterius, mengenakan slayer hitam polos dan topi membuat wajahnya tak bisa dikenali. Bahkan dari mata, Agaskar tak bisa menerka itu siapa.

Agaskar justru merasa ia sedang berhadapan dengan orang baru, alias bukan orang terdekat yang menjadi pelaku.

Namun, bagaimana ia bisa tahu mengenai hubungan Agaskar dan Zeya sebagai suami istri?

Agaskar bungkam, masih belum mengutarakan apa-apa. Detik berikutnya, ia langsung melemparkan tas yang berisikan beberapa gepok uang berwarna merah disana ke arah pelaku, membuat senyum sang pelaku mengembang lebar.

"500 juta, sesuai yang gue bicarakan," celetuk Agaskar. "Sekarang lepasin istri gue."

Pria tersebut masih membedah isi-isi di dalam tas itu dan menghitungnya, guna memastikan apakah yang diucapkan Agaskar benar adanya atau hanya omong kosong. Sampai pada akhirnya, netra pria itu menatap Agaskar.

"Okey, sesuai omongan. Gue nggak akan ganggu istri lo lagi, tapi jangan mengira gue akan tetap diam sampai keinginan gue terpenuhi," sela sang pria membuat dahi Agaskar membentuk garisan kecil.

"Apa lagi yang lo mau?" balas Agaskar mulai emosi mendengarnya.

"Seiring berjalannya waktu, lo akan tau sendiri," ujar pria itu sebelum akhirnya mengendap-endap melangkahkan kakinya menjauh untuk bisa berlari dari sana.

"WOI!! MAU KEMANA, LO?!" pekik Agaskar.

Melihat sang pelaku belari begitu saja, membuat Agaskar gelabakan dan langsung melemparkan tongkat baseball miliknya. Namun nahas, ia kalah cepat. Gerak pria itu sudah jauh dan keluar dari sana.

"Arggghhh, sialan!! Fuck this!" jerit Agaskar frustasi karena gagal untuk menyerangnya kali ini.

Di tengah-tengah kegeraman Agaskar yang gagal untuk memberikan pelajaran pada sang pelaku yang sudah berani menyekap Zeya, gadis itu justru sibuk sendiri dan berusaha melepaskan ikatan yang mengikat di tangan dan kakinya pada kursi.

Tak lupa, satu kain menyumpal mulutnya agar tak dapat berteriak. Melihat itu, Agaskar kembali menghampiri Zeya dan tanpa menunggu lebih lama, ia membantu untuk melepaskan tali-menali itu dari tubuh Zeya.

Saat tali sudah terbuka sepenuhnya, kain menyumpal di mulutnya sudah tersingkitkan, Agaskar yang masih bertekuk lutut begitu terkejut saat mendadak mendapatkan sebuah pelukan dari Zeya. Kepalanya kini berada di pundak gadis itu yang langsung memeluknya erat.

"Kak .... Gue takut, g-gue takut kejadian itu terulang lagi ...." lirih Zeya terdengar sesenggukan.

Kedua tangan Agaskar lantas membalas pelukannya dengan mengusap punggung gadis itu, meski masih merasa bingung atas dasar apa Zeya tiba-tiba memeluknya seperti itu, namun Agaskar paham, istrinya sedang ketakutan.

"Udah ada gue disini, lo nggak perlu takut," sahut Agaskar mengusap lembut punggungnya. "Lo diapain sama dia? Kenapa lo bisa sampai disekap?"

Zeya menggeleng pelan, dibalik punggung Agaskar ia langsung menyeka cairan bening yang membasahi pipinya. "Ng-nggak ada, tapi gue tetep takut. G-gimana kalau dia dateng lagi dan ngelakuin hal yang sama kayak gini? Apalagi dia tahu, gue istri lo."

Zeya lalu melepaskan pelukannya, berakhir menatap sang suami yang sedang berdiri lutut di hadapannya. Zeya yang masih duduk di kursi itu terlihat dengan raut wajah cemas. "Gue baru aja keluar dari rumah, tapi tiba-tiba udah dihadang sama dia."

"Siapa suruh keluar sendiri?" tanya Agaskar nanar.

Seketika raut wajah Zeya yang tadinya seakan meminta perhatian dari Agaskar itu memudar, kedua pundaknya melemas. "Lo lagi marah, nggak mungkin gue minta anter lo."

"Iya sekalipun lo minta juga, gue nggak akan mau nganter lo," balas Agaskar perlahan berdiri dan mulai menjauh. "Minta aja sama Wave, dia kan, pacar lo."

Zeya pun ikut berdiri, beranjak dari kursi. "Nggak mungkin gue minta tolong sama Kak Wave, sedangkan dia aja masih di sel."

"Itu lo tau," jawab Agaskar. "Terus kenapa lo masih ngarepin dia?" Atau ada sesuatu yang mau lo kasih sama dia?"

Zeya mendecak, mencoba mengekor jauh. "Mau lo apa, sih? Kalau lo masih marah sama gue, kenapa lo nolongin gue? Harusnya lo biarin aja gue disini, lo kan, nggak peduli juga sama gue."

Agaskar yang baru saja mengambil tongkat baseball-nya kembali itu menoleh pada sang empu, dengan langkah santai Agaskar kembali menyambangi Zeya.

"Jangan kira gue nggak peduli sama lo, sekecewa apapun gue ke lo."

"Kecewa kenapa, Agas?"

"JANGAN PANGGIL GUE AGAS! NGERTI?!" sanggah Agaskar menunjuk tepat di arah wajah Zeya."Gue nggak suka dipanggil Agas sama lo, begitu pun dengan lo. Lo juga nggak suka dipanggil Azey, kan?"

"Azey itu nama khusus panggilan dari orang tua gue dan Kak Wave," sahut Zeya tanpa ragu membuat Agaskar tertawa sinis.

"Itu lo pinter, berarti nggak usah tanya lagi nantinya kenapa gue nggak suka lo manggil gue dengan sebutan Agas. Paham?"

Agaskar tak menunggu jawaban, lelaki itu keluar lebih dulu meninggalkannya. Entah apa yang sedang melumuri pikiran Agaskar saat ini, hingga dia terdengar sangat berubah dari biasanya, Zeya bisa merasakan jelas perbedaan sikap lelaki itu sekarang.

"Kak Agaskar!" panggil Zeya dari kejauhan yang sudah tertinggal.

Agaskar menatapnya sinis dari dalam mobil seraya membuka kaca. "Masuk, biar lo tau semuanya."

•••••••••••••

FLASHBACK ON

"Hallo? Nama kamu siapa?" tanya Aessy lagi berharap ada jawaban, karena lawan bicaranya sedaritadi hanya diam.

"Cowok yang pernah kagum sama lo."

Aessy bergeming, suara laki-laki di hadapannya itu sangat asing di indera pendengarannya sekarang. Namun, mengapa orang itu seakan-akan sudah pernah mengenalnya? Aessy masih berkecamuk akan pikirannya sendiri.

"Apa karena faktor kita udah lama nggak ketemu, ngebut lo lupa sama gue, Ae?" tanya Agaskar nanar.

Nampaknya Aessy masih belum bisa mengenalinya, mungkin karena perubahan total suara Agaskar di kelas sepuluh dan kini yang benar-benar berbeda, semakin berat dari yang dulu Aessy tahu.

Aessy terdiam sejenak, ia memainkan tongkatnya. "A-aduh, maaf. Saya kayaknya nggak tahu apapun, kenapa kamu nggak langsung memberitahu nama kamu aja? Kalau kita saling kenal, siapa tahu saya bisa ingat."

Agaskar ikut tertawa mendengarnya. "Main tebak-tebakan dulu."

"Mas nya kayaknya suka banget deh, main tebak-tebakan sama orang buta kayak saya."

"Eh nggak gitu, astaga gelap," sahut Agaskar spontan. "Maksudnya--- maksudnya biar ada situasi santai aja, dan nggak terlalu menegangkan aja."

Aessy semakin dibuat tertawa. "Ini udah santai kok, Mas. Tinggal sebut aja, nama Mas itu siapa? Siapa tau saya bisa mengingatnya waktu saya masih bisa ngelihat."

"Ehmm, gue .... "

"Gue adik kelas lo, Aessy."

Aessy merasa tubuhnya sentak panas dingin. "A-adik kelas yang mana?"

"Yang minta ajarin public speaking," sahut Agaskar membuat situasi antar keduanya berubah menjadi tegang.

"N-nggak mungkin," balas Aessy tertawa meremehkan, begitu mendengar kata 'public speaking', mungkin memorinya langsung mengingat satu sosok yang pernah ia ajarkan dulu.

"Jangan mentang-mentang saya buta, kamu bisa permainkan saya kayak gini. Saya mau turun, tolong bukakan pintunya!"

Belum sempat Aessy bergerak, jemari Agaskar sudah berhasil mencekal lengannya. Aessy sempat menarik tangannya, namun karena tenaga Agaskar lebih kuat, membuat ia kalah untuk memberontak.

"Aessy, mungkin lo nggak bisa ngenalin gue sekarang. Tapi lo nggak mungkin lupa, dimana lo dulu suka nyentuh wajah gue, lo selalu bilang suka sama bentuk gigi gue yang rata, lo suka hidung gue yang dulu sering lo tarik, lo suka mata gue yang sering lo tatap."

Kini, tangan Aessy sudah tepat berada di permukaan wajah Agaskar. Gadis itu bisa merasakan jelas, bagaimana pahatan wajah yang tak pernah berubah, bodohnya Aessy tak pernah menyangka bahwa orang yang di hadapannya ini adalah Agaskar.

Agaskar, adik kelas yang mengejar-ngejarnya dulu.

"A-Agas ...." panggil Aessy dengan lirih untuk pertama kalinya setelah beberapa lama.

"T-tapi saya udah nggak bisa menatap mata kamu lagi," tutur Aessy terdengar lirih yang sangat pelan.

Agaskar menghela napasnya, seribu rasa kasihan menusuk hatinya saat ini begitu mendengar kalimat yang Aessy katakana. Andai saat itu ia tak meninggalkan Aessy disana, mungkin nasib gadis itu tidak akan setragis sekarang.

Andai Agaskar tidak sejahat itu kepada Aessy, mungkin mereka masih bisa berbincang dan saling bertatap muka satu sama lain.

Itulah sebabnya, Agaskar tak ingin siapa pun ada yang memanggilnya dengan sebutan Agas. Selain panggilan dari Ale, Aessy juga memanggilnya dengan nama yang sama. Jika ada yang memanggil dengan sebutan itu, maka seketika otak Agaskar akan teringat pada sosok Aessy.

"Iya, Aessy, gue Agas."

Jujur, demi apapun Aessy masih tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh orang di sampingnya itu. Namun, ketika ia menyebutkan tentang bagaimana kenangan Aessy bersama Agaskar dulu, Aessy benar-benar terkejut.

Layaknya magnet, keduanya seakan saling melepaskan rindu satu sama lain melalui sebuah pelukan hangat. Agaskar langsung mendekap Aessy erat, sementara Aessy menjatuhkan tubuhnya tepat di dada bidang Agaskar.

Aroma maskulin, masih aroma yang sama sering Aessy hirup dari tubuh lelaki itu yang selalu wangi sepanjang waktunya. Tak ada yang tak menyukai lelaki wangi seperti Agaskar, ia memang begitu memikat di kalangan para kaum hawa.

"Maafin anak buah gue yang udah nyekap dan memperlakukan lo kayak gitu," ujar Agaskar menerangkan.

Aessy mengangguk paham, meskipun wajahnya tak tahu harus mengarah kemana karena hanya dapat mendengar suara Agaskar. "Nggak papa, lupain itu, Agas."

"Sebelum ngobrol lebih jauh, gue mau tanya sesuatu, boleh?"

Kalimat itu membuat jantung Aessy berdegup kencang dan tak karuan. Aessy yang mulai tenang kembali dibuat gundah. "T-tanya apa, Agas?"

"Lo masih suka sama gue?" tanya Agaskar terdengar serius.

Aessy diam, tak langsung menjawab. Pandangannya melebar entah kemana, yang pasti kepalanya terlihat menunduk mungkin bimbang akan jawaban yang akan dia berikan. "Bukan suka lagi."

"Apa?"

"Mau aku ungkapin soal perasaanku itu nggak akan berguna, Agas. Dari dulu keputusanku udah bulat, mau sejauh apapun kita berjuang untuk membangun sebuah hubungan, yang sederajat sama kamu udah pasti akan jadi pemenangnya."

Agaskar memejamkan matanya dalam-dalam seraya mendecak kesal. "Derajat lagi, derajat lagi, seberapa penting, sih, derajat itu untuk kehidupan? Percuma derajat tinggi kalau nggak bahagia, Ae."

"Tapi kamu bahagia, kan? Orang tua lengkap, apa yang kamu mau selalu ada, hidup kamu sempurna, Agas. Untuk apa kamu membutuhkan manusia yang banyak kekurangan kayak aku?" tanya Aessy.

Aessy tidak hanya sekali mengatakan kalimat semacam ini, tuturan itu selalu ia sampaikan pada Agaskar setiap kali dulu lelaki itu mengajaknya untuk pacaran. Ya, Agaskar sempat menembak dan mengajak Aessy berkali-kali untuk pacaran, namun selalu ditolak.

Itulah yang membuat Agaskar enggan mendekati perempuan lagi setelah Aessy pergi, bukan karena ia tak menyukai perempuan dan menyukai laki-laki, tapi karena dia merasa insecure sebab ditolak berkali-kali.

"Itu artinya, Tuhan ngasih gue kesempatan untuk ngelengkapin kekurangan lo melalui kelebihan. Bukankah dengan kayak gitu, lo bisa ngerasain yang namanya definisi hidup nyaris sempurna?" balas Agaskar nanar.

Aessy mengangguk paham. "Aku tau itu nggak akan pernah terjadi, Agas. Perasaan kita itu cuman bayangan, aku takut dengan bangun hubungan sama kamu, justru akan menyakiti diri aku sendiri karena perbedaan kita yang cukup banyak."

"Aku sekarang udah jadi suami orang, Aessy."

Tidak, Agaskar tidak akan mengatakan kalimat itu untuk saat ini. Mungkin lain kali akan dia coba untuk melakukannya. Ini adalah pertemuan pertamanya kembali dengan Aessy setelah beberapa lama, tak mungkin Agaskar menghancurkannya dalam hitungan detik hanya karena sebuah kalimat.

Yang bisa saja membuat hati Aessy terluka lagi.

Agaskar sadar, ia tak sebaik yang orang-orang kira. Termasuk melukai Aessy, gadis itu sempat terluka karena nya, namun sikap Aessy kepadanya sampai detik ini pun tak berubah. Walaupun, gadis penyandang turnanetra itu memilih pergi meninggalkannya.

Apalagi selama mereka lost contact, tanpa diketaui oleh teman-temannya termasuk Aessy sendiri, Agaskar sudah menikah dengan seorang gadis yang merupakan anak dari kerabat orang tuanya melalui perjodohan.

Zeya, pacar dari Wave, musuh terbesarnya.

BRAKKKKKKKKK!!!

Terdengar suara gebukan yang dilakukan Agaskar pada setir mobilnya, hal itu tentu membuat Aessy terkejut bukan main selaku orang yang berada di sampingnya. Pikirannya yang tiba-tiba mengingat tentang Zeya yang membuatnya murka.

"K-kamu kenapa, Agas?" tanya Aessy ragu.

Agaskar mengusap wajahnya frustasi dengan mata yang berkaca-kaca, sekilas netranya melirik ke arah belakang, dimana ada sebuah kamera. Melihat benda itu, emosi Agaskar justru kian naik, hingga tatapannya beralih ke Aessy untuk meredakannya.

"Agas?" panggil Aessy lagi, karena merasa tak ada jawaban dari lelaki itu. "Kamu nggak mau antar aku pulang? Ini udah mau sore, kamu juga pasti harus pulang, kan?"

Mendengar itu, Agaskar langsung melihat jam kecil yang melingkar di pergelangannya. Entah apa yang merasuki pikirannya, sampai ia lupa satu hal, Alezya. Alezya bersama Zeya ada di konser, dan sekarang sudah pukul lima sore.

"Astaga, gue lupa. Ale," ujar Agaskar membuat kening Aessy berkerut.

"Ale?" ulang Aessy. "Alezya? Ada apa sama dia, Agas?"

"Ng-nggak, Ae. Nggak papa, gue baru inget harus jemput Ale hari ini. Dia nonton konser Kpop sama...." Di ujung kalimat, Agaskar sentak menggantung, ia merasa beruntung karena belum sempat keceplosan.

"Sama siapa?" tanya Aessy. "Sama Mamoy Papoy kamu?"

"B-bukan, intinya ada lah yang nemenin dia. Aku antar kamu pulang, nanti baru jemput Ale disana," sahut Agaskar bersiap-siap untuk memasang seat-belt nya.

Di sela-sela Agaskar bersiap ingin mengantarkannya pulang, lengannya tiba-tiba disentuh oleh Aessy yang tadinya mencari-cari keberadaan tangan kekarnya tersebut. Hal itu membuat Agaskar refleks menggenggam tangannya.

"Kenapa, Ae?" tanya Agaskar.

"Agas, aku sama Alezya, mana yang lebih penting?"

Terdengar aneh, sangat aneh. Agaskar sampai butuh waktu untuk menerka dengan seksama apa yang dimaksud oleh gadis di sampingnya itu. "Maksud, lo?"

Aessy mendecak pelan, ia langsung menarik tangannya dari genggaman Agaskar sebelumnya. "Lebih penting Ale, Agas. Jadi, lebih baik kamu turunin aku disini, dan sekarang kamu pulang, jemput Alezya. Dia masih anak kecil, pasti butuh kamu."

"Y-ya tapi aku harus antar kamu dulu, Ae."

"Alezya lebih penting daripada aku, Agas. Aku udah dewasa, Alezya masih kecil, kenapa kamu tinggalin dia disana? Konser itu kan lautan manusia, kamu nggak khawatir kalau terjadi apa-apa sama dia? Dia itu adik kamu, Agas."

Agaskar mengendus napasnya berat. "Iya, gue tau itu, Aessy. Gue kesini, karena mau ketemu sama lo. Gue mau nuntasin rasa bersalah gue dulu, gue mau minta maaf atas kesalahan gue dulu sama lo."

"Aku udah maafin kamu, Agas, kamu nggak perlu lagi minta maaf. Jadi, lebih baik kamu pulang, jemput Ale, dan turunkan aku dari sini."

"Nggak," balas Agaskar.

PLAKKKKKKKK!!!!

"Kalau adik kamu Alezya aja kamu anggurkan, gimana aku bisa percaya sama omongan kamu yang mau jaga aku?" ujar Aessy setelah satu tamparan berhasil membuat pipi Agaskar menjadi targetnya.

Tamparan itu memang tidak terlalu sakit, dan tak terlalu mengenai wajahnya karena keterbatasan Aessy dalam melihat, namun Agaskar begitu terkejut saat mendapatkan itu darinya.

"Gue nemuin lo kesini, anak buah gue yang nyekap lo, gue juga harus tanggung jawab buat anterin lo sampai rumah, Aessy."

"Nggak perlu, aku bisa jalan sendiri. Warga di desa ini baik, nggak kayak di kota yang penuh penjahat!" seru Aessy lagi membuat Agaskar tak bisa berkutik.

"Turunkan aku disini sekarang, atau aku nggak akan mau ketemu kamu lagi, Agas?!

FLASHBACK OFF

•••••••••••••

Keduanya kini sudah berada di rumah dan sedang menaiki lift, terlihat rumah yang mewah nan megah itu hanya dihuni oleh beberapa ART yang sedang bekerja melaksanakan tugas mereka masing-masing.

Sementara Hugo dan Selina berada di rumah sakit untuk menunggu sang puteri. Hanya ada Agaskar dan Zeya yang sedang terlihat tidak akur, itu terbukti dari sosok Agaskar yang mulai menciptakan jarak antar keduanya.

Bahkan selama menaiki lift untuk sampai ke lantai atas pun, Agaskar tak berucap sepatah kata apapun. Begitu pintu terbuka, Agaskar langsung menguncinya. Membuat Zeya semakin tidak paham apa yang dimaksud oleh lelaki itu, Agaskar menggantung kunci pintu di salah satu lemari.

Detik berikutnya, Agaskar langsung menarik tangan Zeya dengan kasar yang membuat sang empu membalikkan badan dan langsung menghadap Agaskar.

"Selama ini gue nggak peduli sama hubungan lo dan Wave, gue kira lo bisa berpikir lagi buat gunain otak lo tentang status kita saat ini. Ternyata gue salah," pungkas Agaskar membuat Zeya meneguk salivanya kasar.

Tak sampai disana, Agaskar kembali menarik tangan Zeya dan meminta Zeya untuk duduk di atas ranjang. "Lo pernah mikir, nggak, untuk jaga perasaan gue?" tanya Agaskar lagi.

"Gue bener-bener nggak ngerti apa maksud lo, Kak," beo Zeya.

Agaskar menarik kursi lainnya untuk bisa berbicara langsung dengan menatap mata istrinya itu, dengan wajah yang sangat maju seakan mengikis jarak, Agaskar sukses membuat Zeya sulit meneguk salivanya sendiri.

"Lo tau, Zey, jujur gue udah muak sama semuanya," ujar Agaskar mengungkapkan. "Lo terima perjodohan kita, karena lo mau ngebebasin Wave dari sel lewat bokap gue, kan?"

Zeya menggeleng. "Lo kenapa, Kak?"

"Nggak usah munafik, bisa?"

"Lo kenapa, sih, Kak? Kalau gue ada salah, bilang aja, nggak perlu lo giniin gue," sanggah Zeya.

"Ada. Tapi gue rasa pemintaan maaf lo nggak cukup," tandas Agaskar lagi membuat Zeya semakin bertanya-tanya ada apa sebenarnya dengan lelaki itu.

"Ya emang karena apa?!" tanya Zeya yang sudah habis kesabaran menunggunya.

Agaskar terlihat menyunggingkan senyum. "Lo yakin mau tau?"

Zeya bergeming, hanya memperhatrikan gerak-gerik Agaskar yang terlihat langsung beranjak untuk mengambil sesuatu. Tubuh Zeya sentak panas dingin menunggu sang suami kembali ke hadapannya untuk menyampaikan sesuatu.

Agaskar lalu duduk kembali, mereka saling berhadapan saat ini. Agaskar memberikan sebuah kamera pada Zeya. "Lo lihat sendiri isi rekamannya apa aja," tutur Agaskar.

"Ini kan kamera punya gue, Kak, kenapa bisa sama lo?" tanya Zeya saat menyadari, bahwa kamera yang Agaskar berikan padanya adalah miliknya sendiri.

"Mungkin lo lupa, lo taro kamera itu di bawah ranjang kita. Apa tujuannya?" tanya Agaskar menginterogasi.

Zeya menghela napas pelan. "Kak, gue naro kamera ini di bawah ranjang karena emang udah nggak kepake lagi. Terus ini kamera gue simpan dalam kotak, kan, itu karena gue udah nggak make. Nggak terlalu penting juga kamera ginian."

"Yakin?" tanya Agaskar lagi justru membuat Zeya semakin heran, karena lelaki itu nampak tak mempercayainya.

Zeya menggaruk pelipisnya pelan, padahal ia sudah menjawab pertanyaan Agaskar apa adanya. Namun mengapa respon Agaskar seolah meragukan ucapannya?

Kamera itu memang milik Zeya, dan ia menyimpan kamera itu karena sudah tak memakainya lagi.

"Y-ya kalau mau dikasih ke Ale juga nggak papa, soalnya gue udah nggak Makai lagi," simpul Zeya.

Agaskar tertawa meremehkan. "Gue bisa beliin Ale yang baru, yang memori dalam kamera itu bersih tanpa ada video dewasa. Apalagi Ale masih kecil."

Zeya bungkam mendengarnya.

"Maksud lo, apaan, Kak?" tanya Zeya tak mengerti.

Senyum Agaskar mengembang lebar, bukan karena kesenangan, itu adalah bentuk kepuasan tersendiri karena dirasanya bisa menemukan kesalahan Zeya yang menurutnya cukup besar. Agaskar kemudian mengambil alih kamera itu dan menghidupkannya.

"Azey, kamu masih inget, nggak, siapa yang udah nolongin kamu waktu diculik sama seseorang nggak dikenal waktu itu?"

"Inget lah, Kak. Kak Wave, kan, aku nggak mungkin lupa seumur hidup aku."

"Kamu udah beterima kasih sama dia, belum, sayang?"

"Udah, dong."

"Pakai cara apa?"

"Bikinin Kak Wave sarapan, kasih Kak Wave bekal sebelum berangkat kerja, terus kasih Kak Wave hadiah ulang tahun."

"Aku rasa itu belum cukup."

"Terus apa yang menurut Kak Wave cukup?"

"Azey, kamu sayang kan, sama aku?"

"Sayang lah, sayang banget tau sama Kak Wave."

"Kalau gitu, mau, kan?"

"Mau apa, Kak?"

"Nggak mungkin kamu nggak ngerti."

Mulut Zeya sukses terbuka sempurna, kedua matanya pun mengerjap beberapa kali tak percaya. "Gue nggak tau sama sekali soal video ini, Kak, Kak Wave yang ngerekam gue nggak tau," tukas Zeya.

Agaskar yang sudah membuang pandangan hanya menggeleng sinis. "Nggak mungkin lo nggak tau, apalagi lo yang punya kamera," sahut Agaskar tak mudah percaya.

"Kak---"

BRAKKKKKKKKK!!!

Usai beranjak dari kursi, Agaskar menendang benda tersebut hingga patah, membuat tubuh Zeya berhasil terpelonjat karena suara yang cukup keras.

"Gue emang nerima masa lalu lo sama dia, Zey, tapi gue cuman kecewa sama jawaban lo yang nge 'iya' in permintaannya."

"BANGSAT!!!" pekik Agaskar. "Lo tau bangsat, Zey?!"

Agaskar mencengkeram kedua pundak Zeya, meminta gadis itu untuk menatap matanya yang memerah, dan urat lehernya yang terlihat menegang.

"Lo nge iyain permintaan dia, tapi lo selalu nolak saat gue yang minta. Gue ini siapa lo, hah?!" Untuk pertama kali, Zeya melihat Agaskar dengan raut wajah yang sangat kecewa dengannya.

"Oh, atau lo nunggu dia keluar dari penjara, terus lo nuntasin janji lo yang mau ngasih diri lo ke dia, makanya lo selalu ogah-ogahan kalau sama gue, iya, kan?"

Zeya tak sanggup lagi untuk menampung air matanya, gadis itu menggeleng lesu. "Gue nggak sehina itu, Kak."

"Ya terus kenapa lo nge iya in permintaan dia, hah? Lo nggak sadar, omongan kayak gitu keluar cuman dari cowok bangsat. Apalagi yang nggak ada mahar buat ambil jati diri lo itu, atau karena jasa? Jasa udah nolongin lo? Berarti dia nggak ikhlas nolong lo, Zeya!!!"

"LO HARUSNYA MIKIR!!" singkap Agaskar dengan nada tinggi, membentak Zeya untuk kesekian kali.

Zeya tak mampu menjawab apa-apa, ia hanya diam bergeming dan tak tahu harus menjawab apa. "Gue juga bingung gue harus kayak gimana, Kak."

"Berapa kali lo kissing sama dia sebelum sama gue?" tanya Agaskar, mengambil posisi duduk di atas ranjang tepat bersebelahan dengan istrinya.

Butuh waktu Zeya untuk menjawab, dan Agaskar masih senantiasa menunggu, sampai pada akhirnya gadis itu menggeleng pelan. "Nggak terhitung, dan gue nggak pernah ngehitung."

Agaskar tertawa kecewa. "Ya, gue terima. Mungkin itu masih hal umum, tapi kalau boleh jujur, gue nggak pernah kissing sama cewek mana pun selain lo. Lo cewek pertama yang dapet first kiss gue. Tapi apa gue dapet feedback, Zey?"

"Lo justru mau ngasih hak gue ke cowok lain? Kapan lo mau ngasih dia?" tanya Agaskar lantang.

Zeya menggeleng. "Nggak, Kak. Itu percakapan lama, manusia bisa kapan aja merubah keputusan dan pemikirannya. Kenapa lo harus makan hati tentang isi dari video itu?"

"Lo masih tanya, Zey?" Agaskar menangkup kedua pipi Zeya dengan satu tangannya. "Gue ini suami lo, gue yang bertanggung jawab penuh atas diri lo. Apa ada izin tertulis di hukum agama, seorang istri ngasih hak suaminya ke orang lain?"

"Oke, Kak. Oke, gue salah. Mungkin emang saat kejadian itu, pemikiran gue masih labil dan nggak mikir panjang. Gue nggak mikirin risiko atau dampaknya, gimana. Posisi gue serba salah disini," tutur Zeya.

"Nggak ada yang serba salah, pada dasarnya emang lo sendiri yang nerima permintaan dia. Padahal, lo bisa mudah menolak itu."

"Tapi itu nggak sempat terjadi, Kak," timpal Zeya cepat. "Kak Wave juga bukan pemaksa, dia ngerti gue belum siap, makanya kita nggak ada ngelakuin apa-apa."

"Lagian lo nggak mungkin nggak punya cewek sebelum gue," sela Zeya.

Agaskar tersenyum tipis. "Punya, tapi bukan pacar. Dan gue nggak kayak lo, yang masih mempertahankan cowok lain di tengah rumah tangga yang berlangsung. Yang perlu lo tau, gue nggak pernah minta hal seaneh itu ke cewek yang bukan berstatus istri."

"Harusnya lo udah nilai, seberapa bajingan Wave untuk diri lo sendiri," celetuk Agaskar. "Bukan berarti gue membela diri dengan mengatakan gue lebih baik dari dia, cuman gue rasa lo bisa nilai sendiri."

"Terus apa yang lo mau sekarang, Kak?!" tanya Zeya nanar.

"Nggak ada, gue udah nggak tertarik lagi."

••••••••••••••

Dengan perasaan dilema, Zeya duduk di holding bay untuk menunggu kepulangan seseorang yang dikabarkan baru saja menyelesaikan program pertukaran pelajar ke Kairo, Mesir.

Sebenarnya Zeya ingin menemui seseorang itu, selain melepas rindu, ialah karena ingin bertanya mengenai hal sensitive yang dirasa sedikit tau tentang hal itu.

Dengan kaki yang mengurai ke bawah, Zeya hanya memaju mundurkan kedua kakinya seraya melamun untuk menunggu pesawat take off. Sudah hampir satu jam ia berada disini, dengan penuh kejenuhan dan uring-uringan.

Zeya sudah meminta maaf pada Agaskar, namun nampaknya lelaki itu masih terlihat sangat marah dengannya, mungkin butuh waktu untuk menenangkan diri.

Bahkan saat Zeya bangun pun, Agaskar sudah tak berada di rumah itu. Ia pergi entah kemana. Namun sebelum meninggalkan rumah, Zeya sudah memberikan kabar melalui WhatsApp pada suaminya. Bahwa pagi ini ia akan pergi ke bandara untuk menemui sahabatnya.

Bukannya direspon, Agaskar hanya membaca pesan tanpa ada balasan satu pun.

"ZEYAAAA!!!"

Mendengar namanya disebut, kegelisahan Zeya tergantikan dengan rasa terharu sekaligus bahagia, Karena begitu menoleh, mendapati seseorang yang ditunggu-tunggunya sedaritadi.

"MEZLYN?!"

•••••••••••••

"Duh, maaf banget ya, Zey. Waktu nikahan kamu aku nggak bisa dateng, selain karena diizinkan, jarak Mesir dan Jakarta juga nggak deket, kan," imbuh Mezlyn.

Mezlyna Jasmine Asheeqa—salah seorang ning dari anak kyai. Dia merupakan sahabat kecil Zeya, dulu rumah mereka berdekatan dan menjadi tetangga. Gadis muslimah dengan pakaian tertutupnya, sangat berbanding terbalik dengan Zeya yang masih pada umumnya.

"Nggak papa, Lyn, lagian pernikahannya juga berlangsung tertutup. Jadi, cuman keluarga besar yang tau itu," ungkap Zeya.

Keduanya kini berada di sebuah café, hanya untuk mengobrol bersama setelah beberapa lama tidak bertemu dan bertukar cerita.

Kehadiran mereka tentu sedikit banyaknya menuai perhatian dari orang sekitar, dimana Zeya yang berpakaian terbuka, sementara Mezlyn sangat tertutup dengan abaya dan hijab syar'i nya.

"Btw, gimana hubungan kamu sama si Gus Gus itu? Kamu beneran jadi dijodohin sama dia?" tanya Zeya terlihat penasaran.

Mezlyn mengerutkan bibirnya. "Duh jangankan dijodohin, Zey, sampai detik ini aku masih belum tau nama Gus itu, yang aku tau cuman cucu dari Kyai gitu, lah."

Zeya tertawa. "Aku yakin, deh, pasti orangnya super duper ganteng."

"Kalau pun nggak, sih, aku nggak jadi masalah. Karena yang penting kan, akhlak nya, dia," sahut Mezlyn langsung dibenarkan oleh Zeya.

"Oh iya, Zey, katanya kamu tanya sesuatu ke aku. Tanyain aja, aku juga kepo, nih," sanggah Mezlyn baru saja menyeruput minumannya di atas meja.

Zeya baru mengingatnya, setelah cukup lama mengobrol bersama sahabat kecilnya itu. Ia lalu mengambil posisi senyaman mungkin, menghela napas panjang, Mezlyn sampai bingung sendiri menatapnya.

"Menurut kamu, kalau kita udah nikah dan sah secara agama, kita harus ngapain aja?" tanya Zeya.

"Setau aku, dari kitab-kitab yang aku baca tentang hukum suami istri, yang pasti istri itu harus memenuhi hak-hak suaminya. Begitu pun suami, dia harus mampu memberikan kewajiban dan hak pada istrinya, saling memberikan aja," jawab Mezlyn.

"Termasuk i-itu?" tanya Zeya ragu.

Mezlyn mengerutkan keningnya heran. "I-itu apa?"

"Itu, Lyn," balas Zeya lagi masih abu-abu.

Beberapa menit, barulah Mezlyn paham apa yang dimaksud oleh Zeya, bahkan gadis berhijab itu tertawa dengan menutup mulutnya. "Ada-ada aja kamu, Zey. Emangnya kamu belum? Kamu kan, udah nikah sekitar mau setengah tahun."

"Iya, udah delapan bulan, sih," sahut Zeya.

"Dan kamu belum ngelakuinnya sama suami kamu?" tanya Mezlyn.

Zeya menggeleng malu. "Belum, aku masih ragu dan takut aja. Apalagi kan masih sekolah, kalau aja nggak dari tuntutan orang tua karena perjodohan, aku juga nggak akan mau nikah saat ini, Lyn."

Mezlyn tersenyum hangat, ia menggenggam tangan sahabatnya itu. "Zeya, nggak perlu takut. Sekarang jaman udah modern, banyak program KB dan kamu bisa pakai salah satunya. Udah delapan bulan, belum sama sekali?"

Zeya menggeleng mantap. "Aku juga lagi ada masalah sama dia."

"Nggak papa, masalah dalam rumah tangga itu wajar. Yang penting, dia nggak ngelakuin KDRT ke kamu dan tetep nafkahin kamu. Sekarang kamu, yang juga harus ada timbal balik ke dia. Nggak perlu takut, Zey, dia itu suami kamu. Sah secara agama."

"Jadi, aku harus ngasih dia?"

••••••••••••••

"Assalamualaikum!" ujar seseorang. "Sorry-sorry, Kar. Macet, seperti biasa."

"Waalaikumsalam, dua jam gue nungguin lo, Jav," balas Agaskar membuat Javas menyengir tak berdosa.

"Andai gue bisa terbang, udah sampe gue ke markas, Kar. Ada apa nih, tumben amat di hari libur lo nyuruh gue ke markas. Anak-anak lain juga nggak ada," celetuk Javas kemudian mengambil duduk di sebelah Agaskar pada sebuah sofa.

"Cuman lo yang gue minta kesini karena ada sesuatu yang penting," sahut Agaskar.

"Apakah karena gue wakil?" tanya Javas.

"Mungkin."

"Berarti kalau gue bukan wakil, lo nggak akan manggil gue kesini, gitu?"

"Nggak juga."

Javas hanya mendatarkan wajahnya seraya mengelus dada. "Masya Allah, ya Allah berikanlah hamba umur panjang."

"Gue mau---"

DDDRRTTTTTT DDDRTTTTTT

Ucapan Agaskar terputus, saat ponselnya berdering dan terlihat nomor tak dikenal menhubunginya. "Hallo?"

"Agaskar, gue masih belum puas, dan langsung aja, gue punya dua pilihan untuk lo."

Agaskar sudah dapat menebak, siapa yang meneleponnya. "Apalagi?"

"Kasih kekuasaan Wolviper ke gue, atau publish hubungan lo sama istri lo."

Bagaimana tanggapan mu mengenai chapter ini?

Gaes😢jujurly ini panjang bgtt gasie? 5200 kata tanpa ad embel² pembuka sma penutup ini, ditambah lgi jdi mo 6000 ya Allah. Smoga kalian ngga bosen sma chapter yg selalu panjang ini🙂💪

JADI GIMANA SEKARANGG? MASIH TIM AGASKAR ZEYA? TIM ZEYA WAVE? ATAU TIM AGASKAR AESSY?!

NAH LOHHHH, SIAPAAA SI ORANG ITU? KOK BISAA TAUU HUBUNGAN MEREKA? DARIMANA? APAKAH APAKAH APAKAH ....

Sedikit demii sedikitt dah keungkapp kannn, ini masihh ada lanjutannnyaa🥵💪kaliannn bakal tauu nanti sejauhh apaa perubahan sikap Agaskar dan Zeya yang berlawanan.

TENANG-TENANG, NNTI KALIAN AKAN TAUU DENGAN SENDIRI JAWABANN ITUU. APALAGI KLO LIAT PERTEMUAN ALE DAN AESSY.

KALIAN TAU MEZLYN?! TAUU NGGA TAU NGGA?! Btw, lucuu ngga siee, klo Zeya curhatnya sama Mezlyn, sedangkan Agaskar curhatnya sama Javas?

Nantikannn di bab selanjutnya mereka. Silahkan follow @agaskarstory.ofc dan @blackswan_books untuk info lebih lanjut mengenai cerita ini baik versi wattpad maupun novelnya.

•••••••••••••••


HAIIII HAIII😍😍NOVEL AGASKAR MASIHHH BISAA DIPESANN DI TBO SHOPEE YG TERSEDIAA YAA SAYANGG, JANGANN LUPAAA IKUTINN PRE-ORDER NYAA. KRNAA LIMITED EDITIONN BANGATT, APLGI UNTUK EXTRA CHAPTERR.

JGN SAMPE KETINGGALANN😍😍

ADA 4 PAKET:
PAKET KUMOY&KUCEH
PAKET ARAZEY
PAKET AGASKAR
PAKET WOLVIPER (ONLY DI SHOPEE PENERBIT)

•••••••••••••••••

Ada yang mau disampaikan sama Bunoy? 👁️👄👁️Sad ending or happy ending NIH?

Apa yang mau disampaikan ke Agaskar?

Apa yang mau disampaikan ke Zeya?

Apa yang mau disampaikan ke Aessy?

Apa yang mau disampaikan ke Alezya?

Apa yang mau disampaikan ke Sonia, Vanda, Ansley?

Apa yang mau disampaikan ke anak Wolviper?

SIAP TERIMA PERUBAHAN SIKAP MEREKA? SPAM '😭' SEBANYAK-BANYAKNYA 4K DISINI UNTUK LANJUT.

SPAM 'SIAP WAR NOVEL AGASKAR' DISINI SEBANYAK 2K💪

NEXT OR NO NIH??? CEPAT LAMBATNYA NEXT CHAPTER UPDATE TERGANTUNG TARGET YA GENGS!

Ya

NOTE: GAADA AKUN LAIN SELAIN DIBAWAH INI
Follow ig real untuk mendapatkan info menarik lainnya terkait cerita:
• @wattpadnoonaa (all about story)
• • @wolviper.ofc (Agaskar and the geng)
• @arajeejyn (new tiktok handle by admin)
• • @agaskarstory.ofc

Follow all ig rp real:
• @pangeranjavas
• • @arhezioalkanders
• @galenfaldevion
• • @savionragasvara
• @vandahavrielles

|| Jangan lupa sarankan cerita ini ke teman kamu biar berbagi baper, happy, dan sedih bersama💘 ||

Continue Reading

You'll Also Like

7.8K 365 32
Hazel. Pria dengan segala kesempurnaan. Dia kaya, tampan, pintar dan memiliki keluarga yang utuh dan harmonis. Sikapnya yang dingin terhadap banyak w...
14.9K 1K 37
Pengarang: Mu Yi | 97 Bab Genre: Emosi Modern Murid pindahan baru, Bei Yingying, memiliki kepribadian yang lembut dan suara yang lembut, dia adalah "...
2K 1.6K 13
'๐—ฎ๐—ธ๐˜‚ ๐˜๐—ถ๐—ฑ๐—ฎ๐—ธ ๐—ฏ๐—ถ๐˜€๐—ฎ ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐—ต๐—ฒ๐—ป๐˜๐—ถ ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐˜€๐—ฒ๐—ป๐˜†๐˜‚๐—บ, ๐—ฎ๐—ฝ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—ด๐—ถ ๐˜€๐—ฒ๐˜€๐—ฒ๐—ธ๐—ฎ๐—น๐—ถ ๐—ธ๐—ฎ๐—บ๐˜‚ ๐—ฐ๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐˜๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐˜๐—ฒ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ด...
ALFA By AL

Teen Fiction

5.4K 279 19
Apa pengakuan mu setelah ini? Menyerah Atau bertahan? "Lo mau gak jadi pacar gue? Bantu gue buat lupa sama dia, buat gue jatuh cinta sama lo hel" -AL...