"I like it when you smile, but it hurts me when I know I'm not the reason."
***
Ruangan dengan dominan warna putih itu tampak sunyi saat Jiwa masih memejamkan matanya. Perlahan kelopak mata Jiwa terbuka dan gadis itu hanya bisa melihat cahaya lampu yang tepat berada di hadapannya. Setelah beberapa kali Jiwa berkedip pandangannya mulai fokus.
Jiwa mencoba mengingat kejadian terakhir yang di alaminya sampai ia terbangun di kamar rumah sakit saat ini. Terakhir dirinya mencoba keluar dari theme park dan seorang pria yang ia kenal menghampiri untuk menahan tubuh Jiwa agar tidak jatuh. Setelah itu Jiwa mabruk dan tidak bisa mengingat apa-apa lagi.
Saat Jiwa masih mencoba mengingat semuanya seorang pria membuka pintu dari luar dan bergegas masuk menghampiri Jiwa.
"Jiwa, you ok?" tanya pria itu.
"Aman," Jiwa mengangguk.
"Kamu mau apa? Makan? Kamu pingsan hampir 3 jam, ayo makan ya mau makan apa? Kata dokter gak ada pantangan kok jadi bisa makan apa aja?" Pertanyaan tanpa henti dari pria itu membuat Jiwa kewalahan menjawab.
"Ka Dante, aku gak lapar, nanti kalau udah lapar pasti aku minta makan. Kakak duduk sini pasti capek ngurusin aku masuk rumah sakit gini," jawab Jiwa yang meminta Dante untuk tidak melakukan apapun. Jiwa bisa mendengar jelas rasa bersalah Dante walaupun pria itu tidak menceritakannya. Dante sangat merasa bersalah karena datang terlambat bertemu Jiwa dan tidak mengangkat panggilan gadis itu.
***
Kalau ibaratnya K-drama ini preview next chapter. Hehehe. Segitu dulu aja ya spoilernya.
Oh iya mari kita berdiskusi. Kalau kamu ada di posisi Jiwa seperti sekarang, kamu pilih Raga atau Dante? Kalau aku kemungkinan Dante. Hehehe. Kalian gimana? 🫣🙌🏻
Udah, aku cuma mau tanya itu doang. Hehehe. Makasih ya udah vote dan komen di cerita Raga dan Jiwa. Komen kalian tuh bikin aku semangat nulis 😭🫶🏻 Mungkin beberapa chapter lagi kita akan pisah sama Jiwa dan Raga. Huaaaa. Makasih banget pokoknya yang udah baca di sini. Lop sekali 🫶🏻💚
See you soon. Stay healthy, God bless you.
Love <3
-Jaemon-