Elano

By syyasy

2.2K 256 542

ꜱᴇᴋᴜᴇʟ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ꜱᴛᴏʀʏ ᴋᴀɪʟᴀ. ʙɪꜱᴀ ᴅɪ ʙᴀᴄᴀ ᴛᴇʀᴘɪꜱᴀʜ ɪɴɪ ᴋᴀʀʏᴀ ᴅɪɴᴅᴀ, ᴊᴀɴɢᴀɴ ᴅɪ ᴛɪʀᴜ. -- Elano Alister Danendra... More

PROLOG
1 => DARE OR TARUHAN?
2 => MINE
4 => RASA NYAMAN
5 => MOVE ON
6 => ELEVAR
7 => PERTEMUAN
8 => SHEERA DAN AZA
9 => LUKA
10 => PENYERANGAN
11 => MOOD BOOSTER
12 => BULLYING
13 => MANA MATAMU?
14 => MEMBUJUK BUNDA
15 => KEMBALINYA SAGALA
16 => PENGAKUAN
17 => TENTANG SAGALA
18 => REYYA
19. Bertahan Untuk Membuktikan

3 => INTEROGASI

156 22 66
By syyasy

Hallo, assalamualaikum!

Masih mau lanjut or skip aja?

>HAPPY READING<

=> INTEROGASI

-+

Ayangnya Aza | Online

Ayangnya Aza | 17.28

ppp

Ayangnya Aza | 21.37

Aza udah makan?

Anda | 21.40

Udh

Setelah terkirim, Aza meletakkan kembali ponselnya. Baru saja hendak memejamkan mata, suara notice di handphonenya kembali berbunyi. Jangan salah fokus dengan nama El yang ada pada contact Aza, karena sudah pasti itu adalah ulah El sendiri.

Ayangnya Aza | 21.40

Kok balesnya lama?

Anda | 21.40

Sibuk.

Ada apa?

Ayangnya Aza | 21.41

Gpp, cuma mau tanya itu aja

Y udh, jgn cape²! Istirahat yang cukup, jangan sampe sakit!

Anda | 21.41

Iya

Read.

Berbeda dengan room chat-nya dan El yang terlihat cuek. Maka berbeda lagi dengan hatinya. Jantungnya berdegup kencang, pipinya bersemu merah, entah harus salting atau apa? Yang jelas Ia tak bisa mengendalikan perasaannya sendiri. Apakah Ia baper? Atau Ia sudah mulai menaruh hati pada cowok itu? Dengan cepat, Ia menggelengkan kepalanya.

Mulutnya berkomat-kamit, berharap Ia tak pernah menaruh rasa pada El. Si cowok arogan dan keras kepala. Ia hanya tidak ingin terjerumus dalam dunia cowok itu. Tapi, apakah Ia mampu bertahan jika saja, sikap El terus-terusan lemah lembut seperti ini padanya? Bisa-bisa Ia kalah dengan dirinya sendiri.

"Arghh! Sebenarnya kamu siapa sih, El? Kenapa kamu datang dan seret aku dalam duniamu? Aku ngga kenal sama kamu!"

"Aza jangan teriak! Sudah malam, apa kamu ngga tidur?" teriak sang Ibu di depan pintu kamarnya.

"Maaf, Bunda."

Aza menutup wajahnya dengan bantal guna meredam teriakannya. Kesal dan juga marah kini sedang menggerogoti hatinya. Ia menghembuskan napasnya perlahan dan berulang-ulang, berusaha untuk meredam kemarahan.

--

"Aza. Kamu sudah bangun, nak?" tanya Anggi- bunda Aza, seraya mengetuk pintu kamar putrinya.

"Di bawah ada orang, dia bilang pacar kamu." Aza yang mendengar pernyataan Anggi seketika melotot. Dengan tergesa Ia membuka pintu dan mendapati bundanya masih berada disana.

"Tadi Bunda bilang apa?"

"Di bawah ada orang. Dia bilangnya pacar kamu. Emang kamu punya pacar?" tanya Anggi menatap putrinya.

Aza tersenyum paksa, "Aza siap-siap dulu."

Di dalam kamar, Aza merutuki orang yang datang ke rumahnya sepagi ini. Siapa lagi kalau bukan El. Dengan cepat, Ia menyelesaikan kegiatannya dan langsung turun ke bawah.

Di sisi lain, tiga lelaki berbeda generasi sedang duduk di meja makan. Salah seorang diantaranya, melakukan kegiatan makan dengan canggung karena tatapan dua lelaki yang ada di depannya.

"Kamu pacarnya Aza?" tanya seorang lelaki berusia sekitar 19 tahun itu, yang diketahui kakak kandung Aza.

"Iya kak." jawabnya seraya mengangguk ragu.

"Sejak kapan kamu pacaran sama Aza?" tanya Fairuz lagi.

"B-baru kemarin, kak." Fairuz menatap El dalam. Ia bisa melihat, seperti ada banyak keraguan di mata tajam bak elang milik El.

"Apa kamu serius dengan putri saya?" kini beralih pada Mahendra- ayah Aza, yang membuka suara.

El diam sebelum menjawab dengan mantap, "Saya serius dengan putri Om."

"Kamu yakin? Saya masih bisa melihat keraguan di mata kamu, El." gertak Mahen.

"Saya yakin dan saya akan buktikan bahwa benar-benar serius dengan Aza!" ujarnya bertekad.

"Saya pegang janji kamu, El. Jika setetes saja air mata Aza jatuh, orang pertama yang akan saya cari adalah kamu." cecar kak Fai menatap El dalam. Sedangkan El mengangguk mantap.

Deg.

Aza yang mendengar pembicaraan antara Ayah, Kakak serta El, membuat jantungnya berpacu dua kali lebih cepat. Apalagi saat Ia mendengar pernyataan El yang benar-benar serius dengannya. Ia segera turun menuju meja makan.

"El, ngapain kamu disini?" El tersenyum tipis.

"Mau jemput pacar, lah. Mau apalagi?" ujarnya seraya menaikturunkan alisnya.

"Kamu gimana sih? Pacarnya kesini kok ditanya mau ngapain!" seru kak Fai terkekeh geli melihat tingkah adik kesayangannya itu. Ternyata adiknya sudah besar, sudah punya ayang. Dirinya saja kalah, karena sampai sekarang masih belum memiliki pasangan.

Aza menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kemudian tersenyum menatap kakak serta ayahnya yang juga sedang menatap dirinya. "Aza sama El langsung berangkat, ya. Takut macet!" pamitnya sembari menarik tangan El.

"Kamu ngga sarapan dulu, dek?"

"Engga, nanti bisa sarapan di kantin. Bye Kak, Yah. Assalamualaikum!"

Sesampainya di depan rumah, Aza menatap El tajam. "Kamu ngapain, pake acara ke rumah aku segala?"

"Kan tadi aku udah bilang, mau jemput kamu. Masa ngga boleh?"

Aza memutar bola matanya malas, "tapi-"

"Boleh kok, El. Sekalian Bunda titip Aza, ya?!" sahut Bunda Anggi yang sedang menyiram tanaman. Aza dan El tentu terkejut, bahkan mereka sampai tak menyadari keberadaan Anggi.

"Bunda sejak kapan disitu?" beo Aza.

"Dari tadi juga Bunda disini. Kalian ngga sadar?" kedua remaja berbeda gender itu hanya menggeleng.

Anggi hanya tersenyum. "Kalian sudah mau berangkat?" dan hanya dijawab anggukan kepala oleh Aza.

"Kita berangkat dulu ya, Bun?" pamit Aza tak lupa mencium punggung tangan Anggi. Begitupula dengan El.

--


Kabar dimana El dan Aza berpacaran, sudah menyebar di seluruh seantero Trisakti. Bahkan sampai ke telinga para dewan guru. Lagi-lagi, sekolah di gemparkan dengan kedatangan Aza dan El yang terlihat bersama.

Bisik-bisik mulai terdengar dan itu membuat Aza merasa tak nyaman. Memang selama ini, Ia sudah menjadi pusat perhatian di sekolah karena rupanya yang cantik serta tutur katanya yang lembut. Tapi, ini adalah pertama kalinya Ia menjadi pusat perhatian bukan karena kebiasaan. Melainkan karena sosok lelaki yang kini berjalan berdampingan dengan Ia, tak lupa tangan besar yang senantiasa menggandeng tangan mungilnya.

Ia terus menunduk, tak berani menatap lurus ke depan seperti biasa. El yang merasakan keterdiaman gadisnya, menoleh perlahan.

"Angkat wajahmu, Aza!" serunya pelan. El merasakan kepala Aza yang menggeleng.

Ia menghembuskan napas pelan, tangannya terulur menyentuh dagu Aza dan membuatnya mendongak. "Kenapa nunduk, hm?"

El yang tau bahwa gadis di sampingnya itu merasa tak nyaman dengan tatapan mata disekitarnya, seketika menatap tajam satu-persatu orang yang berbisik membicarakan keduanya. Tatapan tajam seolah ingin membunuh hidup-hidup, bagi siapapun yang mengganggunya, membuat seluruh orang yang ada di koridor menundukkan kepala mereka.

"BOS!" teriak Adit seraya berlarian menghampiri El dan Aza. Tak lupa dengan dua temannya yang lain, berjalan santai melihat sikap bar-bar Adit.

"Cielah, bos makin bucin aja!" serunya menyengir kuda.

El hanya menatap datar Adit. "Ngga ada kerjaan lain selain gangguin orang?"

Adit mengerutkan dahinya, "bilang aja Lo mau pacaran, kan? Masih pagi bos, mending kita ke kantin sarapan. Pagi-pagi pacaran ngga bisa buat Lo kenyang." cerocosnya tanpa menyadari tatapan El yang menajam.

Satria menyikut lengan Adit pelan, "mending Lo tutup mulut sampah Lo itu! Kalau bos ngamuk gue ngga mau ikutan, ya!" tukasnya berbisik.

"Lo? Mau ke rumah sakit atau ke rumah masa depan?"

-+

<<TO BE CONTINUE>>

Panjang? engga kok. Sekian, terimakasih:)

Masih tetap ngotot mau baca? gapapa, terserah kamu. yang penting jangan sampai menyinggung.

dengan pencet vote ga akan mengurangi kuota kamu, kan? jadi silakan beri apresiasi untuk aku.

See uu.

Continue Reading

You'll Also Like

4.4M 95.5K 62
•[COMPLETED]• Book-1 of Costello series. Valentina is a free spirited bubbly girl who can sometimes be very annoyingly kind and sometimes just.. anno...
44.3K 2.6K 39
Javaid
3.5M 93.7K 58
Astrid has never stepped out her house. She didn't know that her parents hitting her wasn't right. She always thought that's how it works. So what ha...