Unconditionally

By jaemon1406

25.3K 3.5K 775

"Where words fail, music speaks." Jiwa (Rose) bisa mendengar bahasa jiwa/batin dari orang-orang di sekitarnya... More

The Intro
Friend
Obat Penawar Untuk Jiwa
Diri
Tutur Batin
Si Lemah
I like me better
Lagu Untukmu
Jatuh Hati
Peter Pan Was Right
Jealous
Pemeran Utama
Laksana Surgaku
I finally found someone
Yang terbaik bagimu
Satu-satu
Lagu Untuk Riri
Andaikan kau datang
maybe we need a break
Aku, dirimu, dirinya
the man who can't be moved
(Tanpa judul)
Try Again
Retrospect
I choose to love you
Can't take my eyes off you
Incomplete
Unconditionally
Senyumlah

When I was your man

564 87 17
By jaemon1406

My pride, my ego, my needs, and my selfish ways.
Caused a good strong woman like you to walk out of my life

-Bruno Mars-

Katanya perempuan akan lebih sedih dan terluka saat awal hubungannya berakhir tapi setelah itu mereka bisa lebih cepat bangkit. Berbeda dengan pria, yang tampak kuat seperti tidak terjadi apa-apa tapi setelahnya mereka jauh lebih hancur. Mungkin itulah gambaran keadaan Jiwa dan Raga saat ini.

Di tempat yang baru Jiwa hanya butuh waktu dua bulan untuk beradaptasi walau sebenarnya dia belum benar-benar melupakan Raga. Tapi setidaknya ia sudah tidak lagi meratapi kandasnya hubungan cintanya dengan Raga.

Berbeda dengan Raga yang sepertinya masih dirundung rasa bersalah pada Jiwa padahal ini sudah hampir mau setahun Jiwa pergi. Pagi hingga malam Raga sibuk menghabiskan waktunya di kantor, ya walau sekarang Raga dan Liam berencana untuk membuat anak perusahaan baru di bidang musik. Hal itu juga cukup membantu Raga menyibukan diri dengan banyak pekerjaan dan meeting. Bahkan saat diajak keluar oleh Liam dan Gio, Raga selalu menolak dengan berbagai alasan.

Tapi entah apa yang terjadi hari itu, setelah pulang dari kantor Raga mampir ke sebuah club lebih dulu. 

"Ka Liam, ini Ka Raga ada di X3 club, udah tipsi berat kayanya ka, bisa jemput gak?" suara Gigi terdengar berteriak untuk mengimbangi musik di club tersebut.

"Raga? Bisa Gi, tungguin dulu ya. Ini langsung jalan," jawab Liam segera bergegas menuju club yang disebutkan Gigi.

Liam langsung menyalakan mobil yang terparkir di garasi tanpa pamit lebih dulu ke Ronald dan Clara. Setibanya di lokasi Liam mendapati Raga yang berusaha untuk meneguk segelas minuman lagi tapi dihalangi oleh Gigi. Liam segera merebut gelas tersebut dari tangan Raga dan meminumnya sampai habis.

"Udah lama dia di sini Gi?" tanya Liam sambil masih berdiri.

"Tadi pas aku dateng Ka Raga udah ada di sini juga," jawab Gigi.

"Ayo pulang, bisa-bisanya besok pagi ada meeting penting lo malah begini, nyusahin," teriak Liam pada Raga sambil berusaha membopongnya dibantu oleh Gigi.

Liam mendudukan Raga di kursi belakang dan membiarkan Raga sendirian di situ.

"Kamu pulang sama siapa?" tanya Liam sebelum pamit pada Gigi.

"Bareng temenku, kamu anterin Raga aja," jawab Gigi.

"Kabarin aku ya," Liam menutup pembicaraan dan disambut anggukan oleh Gigi.

Liam dan Gigi sedang ada di masa pendekatan. Belum ada status yang jelas tapi keduanya sudah saling bergantung dan sering bertukar kabar setiap harinya. Tidak jarang mereka berdua menghabiskan akhir pekan bersama dan hanya berdua.

Setelah memastikan Raga ada di posisi nyaman di kursi belakang Liam menyalakan mobilnya. Laju mobil tidak terlalu cepat cenderung pelan, Liam juga sengaja membuka jendela belakang mobil agar Raga bisa menghirup udara segar.

"Ga usah pura-pura mabok, gue tau lo masih sadar," ucap Liam sambil melirik dari kaca tengah mobil. Raga yang duduk sambil memandang keluar persis seperti orang galau tidak memberi respon. "Ada masalah apa di kantor?" tanya Liam.

"Gak ada," Raga menjawab singkat. "Kangen Iam, sesek banget rasanya. Dia kangen gue gak ya?" walau tidak menyebutkan siapa nama orang yang sedang dibicarakan Raga, saudaranya itu paham siapa subyek dari pembicaraan kali ini.

Liam melemparkan tatapan sinis ke arah saudaranya yang sudah setengah sadar karena pengaruh alkohol.

"Hauhhhhff," Raga membuang nafasnya sambil mengusap-ngusap wajahnya kasar berharap untuk dapat fokus. "Gak nyangka sesakit ini ternyata. Gue brengsek banget ya, bisa-bisanya nyakitin perempuan yang gue sayang. Sekarang gue kena akibatnya," Raga mencurahkan isi hatinya.

Tidak membalas sama sekali perkataan saudaranya, Liam fokus menyetir dan membawa Raga ke apartement. Sejak kepergian Jiwa, Raga memutuskan untuk tinggal sendiri di apartement yang lokasinya dekat dengan kantor dengan alasan lebih mudah untuk pulang pergi kantor. Setelah mengantar Raga sampai ke depan pintu apartement Liam bergegas untuk pulang. Tapi langkahnya dihentikan oleh Raga.

"Iam, gak mau temenin gue bobok," tanya Raga bercanda.

Liam melepaskan tangan Raga, "Gak, jijik nanti lo pasti mau cari tau info soal Jiwa kan? Udah lo istirahat aja besok pagi ada meetingkan?" Kemudian Liam pergi meninggalkan Raga.

Jiwa meminta Liam untuk tidak memberikan kabar apapun tentang dirinya pada orang lain termasuk Raga. Bahkan Ronald dan Clara pun tidak tahu kalau Jiwa tidak jadi kuliah di Inggris dan mengubah rencana study-nya ke Swiss. Setelah memikirkan berbagai pertimbangan akhirnya Jia dan Warren setuju atas permintaan Jiwa tersebut. Setelah satu bulan di Inggris, Jiwa langsung pindah ke Swiss. Tidak lupa Jiwa mengganti nomor handphonenya dan menutup semua social media yang dipunya.

Flash back hari kepindahan Jiwa ke Swiss.

Tangan kirinya mendorong koper besar dan tangan kanannya membawa koper kecil beserta handphone untuk membaca map. Jiwa baru saja turun dari mobil yang disewanya dari airport untuk mengantarnya ke sebuah apartment yang akan menjadi tempat tinggalnya selama beberapa tahun ke depan.

Tanpa bantuan siapapun akhirnya Jiwa tiba di depan pintu apartement dengan nomor 1402. Setelah menekan beberapa nomor yang diinfokan oleh agent sewa pintu apartement terbuka. Mata Jiwa langsung terbelalak saat melihat seorang laki-laki dengan handuk melingkar di lehernya dan hanya menggunakan boxer sedang menatap ke arah pintu.

"Hey, who are you?" tanya Jiwa setengah berteriak karena terkejut.

"What are you doing here?" pria itu justru bertanya.

"This is my place, I rent it. I am the one that should ask you, what are you doing here?" tanya Jiwa lagi dengan menekankan suaranya.

"I own this apartment. Get out!" ucap pria itu.

"Sial, kenapa hari pertama aku di sini apes banget sih ketemu cowok aneh ini di apart," Jiwa tetap berada di dalam apartment dan menekan beberapa nomor di handphonenya. 

"Eh gue ngerti ya omongan lo," ucapan pria itu membuat Jiwa terkejut.

Jiwa segera menghubungi agent yang mengurus apartmentnya dan meminta untuk datang segera. Tanpa terlalu lama menunggu agent tersebut langsung datang untuk memberi penjelasan. Ternyata ada kesalahan, seharusnya apartment yang ditempati pria itu ada di unit 1401 bukan 1402. Setelah menjelaskan secara rinci, pria tersebut membereskan  barangnya dan bersiap untuk pindah.

"Sorry ya, bukan salah gue berarti tiba-tiba ada di sini," ucap pria itu.

"Iya, maaf juga," balas Jiwa.

"Dante," pria dengan rambut berwarna hitam itu mengulurkan tangannya mengajak berkenalan.

"Jiwa," sambil mengulurkan tangannya Jiwa tersenyum sopan kepada Dante orang pertama yang ia kenal di Swiss.

Flashback end.

Andante Clift

Sejak insiden salah unit apartement itu Jiwa dan Dante menjadi akrab. Keduanya sesekali pergi makan bersama setelah selesai kuliah. Dante sedang meneruskan mengambil gelar master di salah satu universitas di Swiss dan banyak membantu Jiwa yang tinggal seorang diri di negara perantauannya.

"Kenapa pilih Swiss, Ji?" tanya Dante saat keduanya sedang mencoba salah satu restaurant yang baru buka di dekat apartment mereka.

"Ka, udah berapa kali dibilangin jangan panggil Ji, Jiwa atau Wa atau apapun jangan Ji," ucap Jiwa.

"Ya habis nama kamu kan emang pemenggalannya cuma itu. Kenapa sih? Panggilan sayang mantan ya? Hahaha," sahut Dante sambil tertawa meledek.

"Diem," jawab Jiwa singkat.

"Yaudah jawab, kenapa pilih Swiss?"

"Gak ada alasan khusus sih. Kayanya lebih tenang aja di sini jadi yaudah pilih Swiss, capcipcup," jawab Jiwa santai.

"Terus besok jadi gak ke theme park? Yuk, bosen nih," ajak Dante.

"Skip dulu kak," jawab Jiwa.

"Eh iya, bulan depan aku mau balik nih mau nitip apa gak?" Dante menawarkan mana tau Jiwa mau sesuatu.

"Dalam rangka apa?" tanya Jiwa spontan.

"Mau join bisnis sama temen, label musik. Kamu nanti masukin lagu kamu ya ke tempat kita," ajak Dante.

Jiwa terdengar antusias mendengar hal itu. Segala sesuatu yang berhubungan dengan musik selalu membuat adrenalinnya terpacu. Sesekali Jiwa masih bisa mendengar suara batin dari orang di sekitarnya, hanya saja sekarang ini lebih bisa terkontrol. Hal itu juga yang membuatnya dekat dengan Dante, karena sering mendengar suara batin Dante, Jiwa bisa memastikan pria itu adalah orang yang baik. Karena selain teman-teman kuliahnya yang tidak seberapa jumlahnya itu, Dante adalah salah satu orang terdekat Jiwa di Swiss.

Di saat Jiwa sibuk dengan kuliahnya dan menghabiskan waktu liburannya dengan pergi bersama Dante, Raga masih setia dengan kesibukannya di kantor ayahnya. Jika libur Raga sesekali pulang ke rumah. Seperti akhir pekan kali ini. Ronald sebenarnya mengajak keluarganya untuk pergi ke Trez karena sudah lama tidak pergi ke sana. Tapi Raga selalu menolak, sejak Jiwa pergi tidak pernah sekalipun Raga kembali ke Trez.

"Iam jadi pesen kopinya?" tanya Ronald pada Liam yang sedang sibuk dengan handphonenya.

"Jadi Pa, Papa mau apa?" tanya Liam.

"Kopi apa Iam?" tanya Raga.

"Lo pasti ga suka deh, skip aja," sahut Liam.

"Gue juga ngopi kali, ice caramel maciato yaa," balas Raga.

"Bukan starbuck Ga, nih kopi favorite gue," jawab Liam sambil menunjukan layar handphonenya. "Baca kopi apa yang mau gue pesen?" tanya Liam.

"Gak kebaca," jawab Raga.

"Hahahaha. Gak sanggup kan minumnya pasti terngiang-ngiang seseorang langsung," ledek Liam.

Raga mengambil bantal kecil di sofa yang sedang didudukinya dan melempar ke arah Liam. Tapi refleks Liam yang cepat membuat bantal itu tidak berhasil mengenai Liam justru mengenai Clara yang sedang duduk di samping Liam.

"Parah banget Ma, masa Raga ngelempar Mama pake bantal," kompor memang Liam ini.

Raga segera berlari ke arah Clara dan memeluk Clara. "Ma, maaf maksud Raga bukan mau lempar Mama tapi si kucrut ini," Raga meninju Liam yang ada di sampingnya.

Foto yang ditunjukin Liam ke Raga

"Jadi masih tetep ikutan pesen kopi janjinya gak?" tanya Liam meledek.

"Skip," Raga berdiri dan pura-pura sibuk dengan remote televisi yang saat ini tersambung dengan apple music miliknya. Setelah mengganti satu lagu Raga pergi ke toilet.

"Apa sih kopinya, Ma?" tanya Ronald pada Clara.

"Kopi Janji Mantanya Raga," jawab Clara.

Melihat tingkah Raga dan Liam, Ronald dan Clara hanya bisa menggeleng kepala. Usia mereka bukan lagi anak-anak tapi kelakuannya masih saja mengundang tawa. Liam masih sering meledek Raga yang gagal move on dari Jiwa. Ya, bahkan sudah enam bulan Jiwa pergi Raga masih berada di perasaan yang sama saat Jiwa masih di sini.

Although it hurts
I'll be the first to say that I was wrong
Oh, I know I'm probably much too late
To try and apologize for my mistakes
But I just want you to know

Masih dengan keusilannya, Liam mengganti lagu yang tadi diputar Raga dengan lagu milik Bruno Mars. Dalam pikiran Liam sudah ada rencana untuk membuat Raga kesal dengan ledekannya. Ketika Raga keluar dari toilet tepat di part yang paling menggambarkan situasi Raga saat ini.

"Wah pas banget ini lagunya. Kaya kisah siapa ya, Pa," celetuk Liam.

Raga segera berlari ke arah Liam dan mendekap leher Liam dengan erat sampai nafas saudaranya itu terasa sesak. Liam yang menyerah karena tenaga Raga cukup kuat meminta agar Raga melepaskan tangannya.

"Udah udah kalian ini ya," ucap Clara melerai kedua putranya.

"Udahan hey! Gimana progress company baru?" Ronald membuka pembicaraan.

"Jadi Pa, kita mau join sama temennya Liam juga. Papa yakin mau investasi?" tanya Raga.

"Yakin. Papa mau jadi pemegang saham pasif aja di perusahaan sekarang dan juga perusahaan kalian nantinya. Mungkin tahun depan Papa sama Mama akan pindah ke Trez, udah cukup kerja kerasnya sekarang Papa mau istirahat aja," ucap Ronald.

Kerja keras Raga dan Liam membantu Ronald mengatasi masalah di kantornya membuahkan hasil. Kebakaran di gudang yang menyebabkan kerugian besar terbukti karena sabotase kompetitor perusahaan milik Ronald. Saat ini masalahnya sudah selesai dan Raga menggantikan posisi Ronald di perusahaan. 

[**]

Liam yang duduk di kursi pengemudi menggerutu sepanjang perjalanan.

"Lo jangan marah-marah mulu Iam cepet tua," Raga yang sedikit tipsy berceloteh dari belakang.

"Ya gimana gak marah, lo sama Dante pertama kali ketemu udah minum-minum begini. Sengaja kan lo berdua minum biar gue yang nyetir," Liam semakin kesal.

Raga dan Dante yang duduk di kursi belakang mendadak tertawa. Liam menepikan mobilnya ke bahu jalan dan mengambil handphone. Cekrek.

"Iam ngapain lo foto gue sama Raga?" tanya Dante.

"Mau gue jual lo berdua, gimana company kita mau maju kalau isinya orang-orang suka mabuk. Heran," Liam memasukan kembali handphonenya dan melanjutkan perjalanan.

Dante & Raga first meet

Hari ini adalah pertemuan pertama Dante dan Raga, berbeda dengan Liam yang sudah lebih dulu bertemu Dante karena teman satu kampus dulu. Tidak butuh waktu lama untuk Raga dan Dante akrab satu sama lain. Keduanya memiliki banyak hal yang match untuk dijadikan bahan obrolan. Dan ya, baru beberapa jam bertemu mereka sudah seperti teman akrab.

"Lusa udah balik ke Swiss, cepet banget bro?" tanya Raga sambil menoleh ke arah Dante yang duduk di sampingnya.

"Biasalah," jawab Dante santai.

"Pacar lo nungguin ya?" tanya Raga.

"Hampir jadi pacar doain ya. Hahaha. Lo ada cewek atau udah tunangan?" tanya Dante tapi tidak mendapat respon selain senyuman dari Raga. Menyadari hal itu Dante mengalihkan pembicaraan, "Eh kalian jadi ke Swiss gak bulan depan? Nanti gue kenalain sama calon pacar gue dia sekolah musik juga, kayanya kalian cocok selera musiknya mirip."

"Jadi, Raga butuh hiburan biar gak stress dia mikirin mantannya," jawab Liam dari kursi depan.

[***]

Halo, aku datang membawa chapter baru karena hari ini Hendery ulang tahun. 

Enjoy this chapter ya semoga ga bosen dan masih mau baca chapter berikutnya.

Stay healthy everyone <3

Maaf kalau ada kekurangan dan typo :) Kritik, saran dan support kalian means a lot to me ^^~ Jangan lupa vote dan komen yaaaaaa~

---

God bless you.
Luvv <3

-Jaemon-

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 186K 46
[Part lengkap] Blur : Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang...
53.2K 9.9K 97
tidak ada yang pergi dari kamu. setiap yang hilang hanya pergi ke tempat di mana mereka seharusnya berada. ..
16.5K 1K 26
Berawal dari insiden bola bekel yang menggelinding, mereka jatuh hati di waktu yang sama. attention : cerita ini sudah tamat dalam bentuk ebook/pdf...
67.6K 11.2K 46
[M] Pelanggaran lalu lintas membuat Jordan dan Rachel bertemu di persimpangan lampu merah, ketika keduanya sedang terburu-buru sampai ke tempat tujua...