Through the Lens [END]

By dindaarula

83.9K 9.2K 831

I found you through the lens, then I'm falling right away. --- Ketika bertugas sebagai seksi dokumentasi dala... More

šŸ“· chapter o n e
šŸ“· chapter t w o
šŸ“· chapter t h r e e
šŸ“· chapter f o u r
šŸ“· chapter f i v e
šŸ“· chapter s i x
šŸ“· chapter s e v e n
šŸ“· chapter e i g h t
šŸ“· chapter n i n e
šŸ“· chapter t e n
šŸ“· chapter e l e v e n
šŸ“· chapter t h i r t e e n
šŸ“· chapter f o u r t e e n
šŸ“· chapter f i f t e e n
šŸ“· chapter s i x t e e n
šŸ“· chapter s e v e n t e e n
šŸ“· chapter e i g h t e e n
šŸ“· chapter n i n e t e e n
šŸ“· chapter t w e n t y
šŸ“· chapter t w e n t y o n e
šŸ“· chapter t w e n t y t w o
šŸ“· chapter t w e n t y t h r e e
šŸ“· chapter t w e n t y f o u r
šŸ“· chapter t w e n t y f i v e
šŸ“· chapter t w e n t y s i x
šŸ“· chapter t w e n t y s e v e n
šŸ“· chapter t w e n t y e i g h t
šŸ“· chapter t w e n t y n i n e
šŸ“· chapter t h i r t y
šŸ“· chapter t h i r t y o n e
šŸ“· chapter t h i r t y t w o
šŸ“· chapter t h i r t y t h r e e
šŸ“· chapter t h i r t y f o u r
šŸ“· chapter t h i r t y f i v e
šŸ“· chapter t h i r t y s i x
šŸ“· chapter t h i r t y s e v e n
šŸ“· chapter t h i r t y e i g h t
šŸ“· chapter t h i r t y n i n e
šŸ“· chapter f o r t y
šŸ“· chapter f o r t y o n e
šŸ“· chapter f o r t y t w o
šŸ“· chapter f o r t y t h r e e
šŸ“· chapter f o r t y f o u r
šŸ“· f i n a l chapter

šŸ“· chapter t w e l v e

1.6K 221 7
By dindaarula

"Oy, Rad!"

Secara otomatis, Radya yang semula tengah berbalas pesan dengan Risha segera menengok ke sumber suara yang memanggilnya.

Laki-laki itu mendapati Jeremy di sana, tengah berjalan ke arahnya bersama dua orang gadis yang kemungkinan adalah teman-teman dekatnya. Namun, fokus Radya langsung tertuju pada gadis yang berada di tengah-tengah. Sebab sesaat setelah Radya menoleh, gadis itu langsung tertunduk dalam dan berusaha menyembunyikan diri di balik tubuh Jeremy yang jangkung.

Radya tentunya jadi terheran sendiri melihatnya. Kenapa pula sang gadis harus sampai bersembunyi seperti itu? Namun, sosoknya yang mungil serta rambut hitamnya yang hanya mencapai bahu segera mengingatkan Radya pada seseorang saat itu juga. Apakah mungkin, dia adalah ....

"Ngapain dah lo diem di situ?" tanya Jeremy setelah ia dan teman-temannya tiba di dekat Radya.

"Nggak ngapa-ngapain, ini dah mau balik gue," sahut Radya sekenanya. Sembari mematikan layar ponsel dan menaruh benda itu ke dalam saku celana, ia melanjutkan, "Lo kagak bawa motor, Jer? Padahal tadinya gue mau nebeng sampe parkiran mobil."

"Ya justru karena itu makanya gue nggak bawa, Rad," Jeremy membalas dengan diselingi candaan. Ia pun tertawa singkat setelah melihat perubahan raut wajah Radya. "Bercanda. Motor gue bermasalah lagi, makanya nggak gue pake dulu. Baru bisa besok gue bawa ke bengkelnya."

Radya pun mengangguk-angguk mengerti. Kemudian pandangannya tertuju pada gadis di samping Jeremy yang segera melempar senyum sopan padanya, dan juga satu gadis lagi yang masih setia berdiri di belakang Jeremy agar tubuhnya dapat tertutupi dengan sempurna. Oleh karena hal tersebut, dugaan Radya semakin kuat bahwa gadis itu adalah orang yang ia kenali.

"Oh, lupa gue. Ini temen-temen sekelas gue, Rad." Jeremy akhirnya menyadari kalau ia belum memperkenalkan orang-orang yang tengah bersamanya.

"Kania, Bang." Si gadis berambut panjang memperkenalkan diri, dan Radya pun mau tak mau melakukan hal yang sama juga.

Kemudian, Kania menoleh ke samping dan berusaha menarik tangan si gadis berambut sebahu. Dengan suara pelan--yang masih dapat tertangkap oleh indra pendengaran Radya--ia berkata, "Lo ngapain ngumpet segala sih, Sa?"

"Diem lo." Tanpa diduga, gadis di balik tubuh Jeremy membalas seraya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Kania.

Dan pada saat itulah Radya yakin seratus persen bahwa dugannya sama sekali tidak meleset. Selain rambut dan postur tubuhnya, suara sang gadis adalah hal lain yang dapat Radya ingat dengan jelas dari pertemuan singkat kemarin--di mana ia akhirnya bertemu dengan gadis di dalam foto. Suaranya begitu khas, persis seperti seorang bocah perempuan yang memang sangat selaras dengan wajahnya yang terkesan imut.

"Eh, Sa, lo ngapain pegangan sama tas gue kayak gitu?" Jeremy tampak kebingungan dan berusaha untuk menoleh pada gadis di belakangnya. "Lo kenapa sih, sebenernya?"

"Ng-nggak papa, kok," si gadis kembali menjawab dengan takut-takut.

Melihat hal itu, sebuah senyum miring pun segera terbit di bibir Radya. Menarik sekali, pikir laki-laki itu. Kemungkinan besar sang gadis telah menyadari bahwa ia telah salah melempar tuduhan hingga membuatnya enggan untuk berhadapan dengan Radya sekarang. Namun, Radya tidak menyangka bahwa ia benar-benar tak seberani itu sampai-sampai menggunakan Jeremy untuk menutupi dirinya, sangat bertolak belakang dengan sikap yang ditunjukkannya saat di kafe kemarin.

Radya pun berdeham sejenak, kemudian dengan santainya ia berkata, "Mungkin temen lo itu takut sama gue kali, Jer, soalnya ada orang yang pernah ngira kalau gue itu penguntit."

"Oh?" Kania tanpa diduga terperangah usai mendengarnya. Setelahnya ia kembali beralih pada gadis yang sejak tadi dipanggil "Sa" itu. "Dia orangnya, Sa?" tanya Kania yang tampaknya tahu soal apa yang terjadi kemarin. Dan sepertinya ia pun baru menyadari mengapa temannya itu bersikap demikian.

"Lo sama Alsa ngomongin apa sih, sebenernya, Kan?" Jeremy merupakan satu-satunya orang yang sama sekali tak memiliki ide atas apa yang sesungguhnya terjadi di sana.

"Duh, lo mending diem dulu deh, Jer."

"Lah? Emang ada apa, sih?"

"Dibilangin lo mending diem dulu, masih aja nanya."

"Lo ngomong kayak begitu justru bikin gue makin penasaran, lah, Kan."

"Ini kenapa malah jadi lo berdua yang ribut, dah?" Radya jadi terheran sendiri melihat sepasang manusia itu. Laki-laki itu kemudian beralih pada Jeremy, "Lo kalau penasaran mending tanya langsung sama temen lo yang lagi ngumpet, tuh. Gue mau balik aja, udah sore. Duluan, guys."

"Loh, mau langsung pulang, Bang?" Kania lekas mencegat Radya yang hendak beranjak pergi. "Tapi urusan lo sama Alsa, kan, belum selesai."

Sejenak Radya pun terdiam. Kemudian ujung matanya menangkap gadis yang rupanya bernama Alsa itu mengintip dari balik tubuh Jeremy, membuat Radya langsung menarik sedikit salah satu sudut bibirnya. "Dia sendiri aja nggak mau ngomong sama gue sekarang," tukas laki-laki itu kemudian yang sebenernya ia gunakan hanya untuk memancing Alsa.

Tidak menerima balasan apa pun dari Kania dan Jeremy yang saling berbalas pandang, Radya pun memutuskan untuk beranjak. Dan, tepat pada saat itulah, trik yang Radya gunakan pun akhirnya membuahkan hasil.

"Tu-tunggu dulu, Bang."

Radya pun lekas saja menghentikan langkah lalu berbalik, dan hal pertama yang ia dapati adalah Alsa yang sudah tak lagi bersembunyi meski masih menatapnya dengan takut-takut.

Seolah mengerti dengan situasi di sana, Kania langsung berinisiatif mengajak Jeremy pergi agar Radya dan Alsa bisa berbicara empat mata. Jeremy awalnya tampak enggan meninggalkan kedua manusia itu berdua saja sampai Kania akhirnya menggunakan jurus terakhir dengan menarik kuat tangan laki-laki itu dan menyeretnya pergi dari sana.

Kini hanya ada Radya dan Alsa yang berdiri berhadapan meski dalam jarak yang tak bisa disebut dekat.

Radya tak mengatakan apa pun, tetapi sepasang netranya tertuju lurus pada Alsa yang tertunduk sambil sesekali meliriknya ragu-ragu. Diam-diam laki-laki itu meneliti wajah sang gadis hingga ia menyadari bahwa sosok nyatanya justru jauh lebih menarik ketimbang yang ada dalam foto. Di satu sisi, Radya tentu senang karena pada akhirnya, ia dapat bertemu dengannya secara langsung. Namun, di sisi lain, Radya masih merasa dongkol akibat kejadian di kafe kemarin hingga berhasil mengaburkan perasaannya yang sesungguhnya.

Hah, andai saja pertemuan pertama mereka berjalan sesuai dengan apa yang Radya harapkan, ia cukup yakin kalau saat ini alur ceritanya pasti akan berbeda sekali.

"Ke-kenapa lo diem aja, Bang?"

Suara Alsa lantas membuyarkan pikiran Radya. Laki-laki itu pun menarik napas sejenak sebelum membalas, "Bukannya lo yang mau ngomong sesuatu sama gue? Harusnya gue yang nanya kayak gitu ke lo."

"Oh ... iya, bener juga." Alsa benar-benar tampak kikuk sekarang. "Tapi, kayaknya lo pasti udah tau apa yang mau gue bilang ke lo."

"Gue nggak tau."

"Ya?"

"Lo aja belum sampein dengan jelas, ya gue mana tau apa yang sebenernya mau lo omongin sekarang."

"Oh, iya ...." Alsa makin tampak ciut, tetapi ia masih memiliki keinginan untuk tetap menyampaikan maksud dan tujuannya sekarang. "Soal kejadian di kafe kemarin," mulai Alsa bersamaan dengan keberanian yang mendadak muncul untuk menatap lawan bicaranya tepat di mata, "gu-gue bener-bener minta maaf, Bang. Nggak seharusnya gue asal nuduh gitu aja. Dan, gue baru tau juga kalau lo itu kating, jadi gue minta maaf juga karena udah berlaku nggak sopan sama lo.

"Tapi, sebenernya gue masih bingung," lanjut Alsa. "Gue udah tau kalau foto itu buat kebutuhan dokumentasi acara. Cuma, kenapa lo bisa nyimpen foto itu di HP lo, Bang? Karena hal itu, gue masih ngerasa kalau gue nggak sepenuhnya salah di sini."

Radya pun kontan tergeming selama beberapa saat, tak menyangka Alsa akan berkata demikian. Kemudian, yang ia lakukan setelahnya adalah mengeluarkan ponsel dan lekas mencari foto yang dimaksud dalam galeri. "Lo tanya soal foto ini?" kata Radya seraya menghadapkan layar ponselnya pada Alsa. "Jawabannya udah lo sebutin sendiri tadi, tuh. Karena itu dokumentasi acara, makanya ada di HP gue."

"Tapi, tetep aja di foto itu ada gue, Bang."

"Ya emang, kebetulan aja lo penonton yang paling menonjol di sini. Tapi, ada juga foto penonton lain dan guest star selain Baswara Chandra, contohnya kayak di foto-foto ini." Dengan telunjuk kanannya, Radya menggeser foto dan memperlihatkan potret lain yang sama-sama merupakan dokumentasi saat Festival Musik FEB dilaksanakan. Yang berarti, foto dengan Alsa sebagai objek tambahan itu bukanlah satu-satunya dokumentasi yang ada di ponsel Radya.

Apa yang Radya lakukan pun sukses membungkam Alsa selama beberapa saat. Tampaknya ia langsung menyadari bahwa dirinya telah melakukan kesalahan untuk yang kedua kali. Gadis itu pun lekas menunduk dan dengan penuh sesal berkata, "Ma-maaf, Bang, gue udah salah paham lagi sama lo."

Radya menghela napasnya sejenak, kemudian ia mengambil satu langkah ke depan agar lebih dekat dengan Alsa. Ia kembali mengarahkan layar ponselnya pada gadis itu, menampilkan satu-satunya foto yang menjadi pusat permasalahan di antara mereka sekarang.

"Nih, coba lo perhatiin baik-baik," pinta Radya setelahnya. "Sebenernya, di foto ini keliatan banget kalau fokusnya cuma ke Baswara. Waktu itu gue juga niatnya mau ngambil dokumentasi dia. Tapi, ternyata penonton di bagian depan nggak sengaja masuk frame, dan di antara penonton yang lain, lo emang paling menonjol di situ.

"Selama jadi pubdok gue emang suka back up foto-foto penting ke HP juga," tambah Radya. Lalu tepat di hadapan Alsa, laki-laki itu mengarahkan telunjuknya pada gambar tempat sampah di sudut layar. "Tapi, kalau lo ngerasa nggak nyaman sama hal itu, ya oke, gue bakalan hapus foto ini."

Sebelum Alsa sempat memberikan respons, Radya sudah lebih dulu menghapus foto tersebut dari ponselnya--meski pada rencana awal Radya sama sekali tak berniat untuk melakukannya.

"Gue bukan penguntit, oke?" Radya kembali memperjelas fakta yang sesungguhnya. "Gue nggak masalah soal lo yang ternyata masih maba dan udah bersikap kurang ajar sama gue. Tapi jujur aja, gue agak susah buat nerima kalau disalahpahami sebagai orang jahat begini, apalagi kemarin lo secara terang-terangan nuduh gue di tempat umum. Masih inget kan lo, serame apa pengunjung di Harbara kemaren?"

Alsa mengangguk pelan-pelan, tetapi setelahnya ia tak mengatakan apa-apa lagi sampai Radya kembali bersuara beberapa saat kemudian.

"Masih ada lagi yang mau lo sampein? Kalau nggak, gue mau balik."

"Maaf, Bang ...."

Tampaknya kini sudah tak ada kata lain dalam kepala Alsa selain kata maaf. Gadis itu pun terlihat sangat merasa bersalah, membuat Radya sedikit tak tega karenanya. Namun, mau bagaimana lagi? Radya hanya berusaha meluruskan kesalahpahaman yang ada di antara mereka. Selagi dirinya tak menggunakan kata-kata yang keterlaluan, seharusnya tidak jadi masalah, 'kan?

Radya pun menarik napas dalam-dalam, lalu sembari menatap Alsa lurus-lurus ia berujar, "Nama lo Alsa? Anak FIKOM?"

"Iya, Bang," Alsa menjawab sekenanya.

Senyum tipis kemudian mengembang di bibir Radya. "Next time kalau ketemu sama gue lagi, nggak perlu sampe ngumpet-ngumpet kayak tadi." Sebelum berbalik untuk beranjak, laki-laki itu pun berkata, "Gue duluan."

Namun, baru dua langkah Radya pergi, ia mendengar Alsa melontarkan tanya, "Berarti lo udah maafin gue 'kan, Bang?"

Radya tak berniat untuk menghentikan langkahnya dan hanya menengok sekilas pada sang gadis. Sebuah senyum miring kemudian terbit di bibir laki-laki itu. "Sayangnya, gue bukan Tuhan Yang Maha Pemaaf," tukas Radya setelahnya. "Jadi, lo tau apa jawabannya."

📷

bandung, 28 september 2022

Continue Reading

You'll Also Like

414K 42.5K 44
Mantan playboy dan playgirl dipertemukan ketika keduanya sama-sama patah hati dan ingin bertaubat. Tampaknya, takdir sedang bermain dengan magic mome...
Pretend By fee

General Fiction

1.6M 166K 37
Andina Prameswari bersandiwara menjadi kekasih Gilang Galia Gamadi, jodoh yang disiapkan oleh calon adik iparnya. Setidaknya Andin harus berpura-pura...
166K 18.1K 46
Sesbania Maheswari, menyukai Ginelar Juangkasa karena tingkah baik cowok itu yang selama ini Seses salah artikan. Seses kira, Juang menyimpan rasa, n...
93.6K 9.1K 46
Natasha Vienna (Wina), seorang mahasiswi baru yang tengah bersemangat menjalani awal kehidupan kampusnya. Bertekad untuk memiliki banyak teman dan be...