AMOREVOLOUS

Por ucu_irna_marhamah

1.3K 59 5

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Farenza adalah seorang pengusaha kaya yang memiliki istri yang cantik dan baik. Dari luar, ke... Más

AMOREVOLOUS
PROLOGUE
Part 01
Part 02
Part 03
Part 04
Part 05
Part 06
Part 07
Part 08
Part 09
Part 08
Part 09
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 20
Part 21
EPILOGUE
🍂 NOVEL BARU 🍂
∘☽ NOVEL TERBARU ☾∘

Part 19

21 1 0
Por ucu_irna_marhamah

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Setelah insiden di pantai, Farenza dan Neissya memilih untuk pindah dan tinggal di luar negeri. Mereka juga mengeluarkan alat pelacak dari tubuh mereka yang biasa dimiliki oleh assassin ketika masih dalam camp pelatihan.

Rasa sakitnya benar-benar tak terhingga saat benda itu dikeluarkan. Bagaimana tidak, benda tersebut sudah belasan tahun berada dalam tubuh mereka pasti sudah seperti menempel dan menjadi bagian dalam tubuh mereka karena terlilit daging atau tersangkut di tulang.

Alat pelacak milik Neissya berada di punggung, sementara Farenza di pahanya.

Di luar negeri, mereka membeli sebuah apartemen mewah di pusat kota untuk tempat tinggal mereka.

Farenza tengah duduk di ruang kerjanya di apartemen tersebut. Penampilannya sedikit berbeda. Kini rambutnya sudah dipangkas dengan gaya undercut/the side blow.

Ia terlihat sibuk mengotak-atik komputernya. Ternyata Farenza sedang membuka web assassin. Ia melihat daftar nama yang diincar sudah kosong semua.

Farenza tersenyum kecil. "Si kepala persegi itu benar-benar melakukan apa yang dia katakan. Tidak salah Neissya mempercayainya."

Terdengar suara pintu yang dibuka. Farenza menoleh, ternyata Neissya yang masuk. Wanita itu mengenakan gaun tidur yang seksi padahal matahari belum terbenam.

Farenza segera me-minimize web assassin yang ia buka.

"Kau sepertinya sibuk sekali." Neissya duduk di pangkuan suaminya.

"Iya, lumayan," jawab Farenza asal.

Neissya cemberut. "Aku tidak punya kesibukan setelah kantorku yang susah payah aku bangun dari nol malah diledakkan oleh para assassin menyebalkan itu. Setelah pindah ke sini, aku juga tidak melakukan apa pun."

"Kau hanya perlu duduk manis, Sayang," sahut Farenza.

"Seharian diam di rumah benar-benar membosankan. Aku hanya bisa mengganggumu. Memangnya kau tidak merasa risih saat diganggu olehku?" Neissya mengusap rambut suaminya.

"Aku selalu senang memdapatkan gangguan darimu." Farenza mengecup bibir Neissya sekilas.

Telepon di meja berdering. Farenza mengangkatnya.

Neissya cemberut dan beranjak dari pangkuan suaminya. "Aku ke kamar, ya."

Farenza hanya mengangguk merespon ucapan istrinya. Ia pun berbicara dengan orang di telepon.

Neissya memasuki kamar. Ia melihat pemandangan dari jendela yang lebar.

Tiba-tiba sepasang tangan kekar mengangkat tubuhnya. Neissya terkejut, ternyata Farenza. Neissya memeluk leher suaminya itu.

"Kenapa kau berdiri di depan jendela dengan pakaian seperti ini? Hanya aku yang boleh melihatnya," gerutu Farenza.

Neissya membela diri, "Tapi, kaca jendela rumah kita, kan, gelap. Orang di luar rumah tidak akan bisa melihat ke dalam ruangan."

Farenza menghempaskan tubuh Neissya ke ranjang lalu menindihnya.

Neissya menahan tangan Farenza yang ingin melucuti pakaiannya. "Sayang, ini masih petang. Tetangga apartemen bisa mendengar kita."

"Mereka tidak akan mendengarnya, dinding rumah kita kedap suara." Farenza menarik tali gaun tidur Neissya hingga membuat tubuh istrinya itu polos.

"Tapi, tutup dulu gorden jendelanya," gerutu Neissya.

"Seperti yang kau bilang tadi, jendelanya gelap jika dilihat dari luar. Jadi, tidak perlu khawatir," sahut Farenza.

"Tapi, aku malu."

Farenza tidak menghiraukan ucapan Neissya. Ia melumat bibir istrinya itu dengan penuh penuntutan.

Neissya membalas ciuman Farenza sembari membelai rambut dan punggung suaminya itu.

Farenza melepaskan bajunya kemudian melanjutkan ciumannya ke leher jenjang Neissya.

☽༓☾

Keesokan paginya.

Perlahan Neissya membuka matanya. Ia mendapati Farenza yang masih tertidur pulas dengan posis kepala dilelapkan ke dada Neissya. Sementara tangan kekarnya memeluk perut Neissya dari dalam selimut.

Neissya mengusap dan mengecup puncak kepala suaminya itu. Dengan lembut, Neissya berbisik, "Sayang, apakah hari ini kau tidak akan pergi bekerja?"

Tidak ada respon.

Dengan hati-hati, Neissya membenarkan posisi suaminya agar tidur di sampingnya. Setelah itu, Neissya pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, Neissya keluar dari kamar mandi sambil mengenakan jubah mandi. Ia melihat suaminya yang sudah bangun meski masih terlihat mengantuk.

"Sayang, kau mau makan apa untuk sarapan pagi ini?" tanya Neissya sambil melilit rambutnya yang basah dengan handuk.

Farenza tampak berpikir. "Apa, ya?"

Neissya duduk di kursi meja rias. Ia mengoleskan krim siang ke wajahnya. Setelah itu Neissya menatap suaminya yang tidak kunjung memberikan jawaban.

"Kalau begitu, sana mandi saja dulu. Aku akan membereskan tempat tidur," ucap Neissya sembari merapikan bantal.

Namun, tiba-tiba Farenza menerkamnya. "Hmm, aku suka aroma tubuhmu. Aku mau memakanmu saja."

"Farenza, aku sudah mandi," gerutu Neissya.

"Kau bisa mandi lagi nanti. Aku akan membeli pabrik sabun agar kau bisa mandi setiap aku selesai memakanmu," sahut Farenza.

"Kau harus pergi ke kantor, nanti kau bisa kesiangan," tolak Neissya halus.

"Sebentar saja." Farenza mengecup leher Neissya.

Neissya hanya diam dan membiarkan Farenza mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Aw! Jangan digigit!" Neissya menjerit kecil.

"Saat kita punya bayi, aku tidak bisa memainkannya lagi. Sekarang ini jatahku," ujar Farenza.

"Iya, tapi jangan digigit! Sakit tahu!" Neissya menjambak rambut suaminya.

"Biasanya kau lebih suka aku berbuat sedikit kasar, kan?" Farenza menyeringai tampan.

Neissya meringis pelan. "Aw, berdarah."

Farenza panik. "Berdarah? Mana?"

Neissya mendorong Farenza dan menindihnya. Ia mengunci kedua tangan suaminya ke atas.

"Kau pikir aku juga tidak bisa kasar padamu?" gerutu Neissya.

"Oh, kau seksi sekali, Sayang. Kasari aku." Farenza memandangi tubuh polos Neissya yang berada di atas tubuhnya.

Neissya semakin kesal. Ia ingin sekali mencakar wajah tampan suaminya itu.

Farenza bergerak cepat menggulingkan tubuh Neissya lalu menindihnya. "Kau tidak tega melukai suamimu ini?"

"Farenza!!!"

☽༓☾

Di sebuah restoran, terlihat Rouvin tengah duduk di salah satu meja sendirian.

Hilda memasuki restoran. Ia melihat ke arah Rouvin. Merasa ada yang memperhatikan, Rouvin menoleh ke arah Hilda. Keduanya sama-sama melambaikan tangan.

"Kau sudah lama menunggu?" Hilda menghampiri meja Rouvin lalu duduk berhadapan dengan pria itu.

Rouvin menggeleng. "Tidak juga, aku baru datang."

"Hmm, aku pindah rumah setelah bekerja di toko kelontong. Jadi, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai di sini. Maafkan aku," kata Hilda.

"Tidak apa-apa, memangnya kau pindah tempat kerja?" tanya Rouvin.

Hilda mengangguk. "Iya, setelah kantor bengkel tempatku bekerja diobrak-abrik oleh orang-orang misterius."

"Aku turut sedih mendengarnya," ujar Rouvin.

Hilda menghela napas berat. "Aku lebih mengkhawatirkan keadaan bosku yang tiba-tiba menghilang bersama suaminya. Dia adalah orang yang baik dan peduli pada para karyawannya. Kami benar-benar sedih dan berdo'a semoga bos kami baik-baik saja di mana pun dia berada."

"Ya, semoga saja." Rouvin mengangguk-anggukkan kepalanya.

Setelah sedikit berbasa-basi, mereka pun memesan makanan. Ketika makanannya sampai, Hilda dan Rouvin pun menyantapnya.

Rouvin memperhatikan Hilda yang sedang menyantap dessert. "Apakah mereka lupa memasukkan cincinnya?"

"Apa?" Hilda tampak terkejut.

Rouvin tampak khawatir. "Jangan-jangan kau tidak sengaja menelan cincin yang dimasukkan ke dalam dessert tersebut."

Hilda panik mendengarnya. "Siapa yang memasukkan cincin ke dalam dessert?"

"Aku yang menyuruh pelayan memasukkan cincin ke dalam dessert," sahut Rouvin.

"Kenapa kau melakukannya?" gerutu Hilda.

Rouvin menghindari tatapan Hilda. "Karena aku ingin melamarmu."

Hilda mengacak-acak dessert dengan sendok. "Mungkin cincinnya masih ada di dalam. Aku rasa aku tidak mengigit sesuatu yang keras."

Rouvin membantu mengacak-acak dessert tersebut. "Semoga saja."

Sendok Hilda mengenai sesuatu yang keras. Ketika digali lebih dalam, ternyata ada kotak cincin yang dibungkus plastik.

Hilda mendelik ke arah Rouvin. "Jika bendanya sebesar ini, aku tidak mungkin menelannya tanpa sengaja."

Rouvin tersenyum kecil. Ia mengambil kotak cincin itu lalu membukanya. Rouvin menyematkan cincin tersebut ke jari manis Hilda.

"Menikahlah denganku," kata Rouvin.

Hilda melting karena dilamar oleh Rouvin yang sudah beberapa bulan ini dekat dengannya.

Rouvin menunggu jawaban Hilda.

Hilda menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Rouvin tersenyum. "Mari temui orang tuamu."

Lagi-lagi Hilda menganggukkan kepalanya.

Rouvin memeluk Hilda.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

14.26 | 1 Desember 2021
By Ucu Irna Marhamah

Seguir leyendo

También te gustarán

2.2K 114 30
"Hilang secara tiba-tiba, hadir membuat bencana." Kehadiran sosok itu membuat Violetta Alesha penasaran, pikirannya penuh dengan tanda tanya. Ia teru...
278K 12.5K 39
Sequel dari King and Queen (of The Underworld) dan Xander's hanya sepenggal kisah anak-anak King dan Queen juga beberapa kerabat dekat mereka Terinsp...
1K 121 31
"Rangkaian cerita terang dan gelap akan menjadi sebuah lukisan di dalam hidup mu."
921K 26.9K 23
Ini adalah versi revisi!! Hidupku hancur setelah hari itu tiba, kehidupan yang awalnya selalu di landasi dengan keceriaan kini telah hilang ditelan o...