AMOREVOLOUS

By ucu_irna_marhamah

1.3K 59 5

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Farenza adalah seorang pengusaha kaya yang memiliki istri yang cantik dan baik. Dari luar, ke... More

AMOREVOLOUS
PROLOGUE
Part 01
Part 02
Part 03
Part 04
Part 05
Part 06
Part 07
Part 08
Part 09
Part 08
Part 09
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
EPILOGUE
🍂 NOVEL BARU 🍂
∘☽ NOVEL TERBARU ☾∘

Part 14

27 2 0
By ucu_irna_marhamah

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Suatu hari di jam istirahat, Neissya sedang membeli makanan dari pedagang kaki lima yang dekat dengan kantornya. Tiba-tiba seorang anak kecil menghampirinya dan memberikan sebuah roti lapis pada Neissya.

"Siapa yang menitipkan ini padamu, Dek?" tanya Neissya.

Bukannya memberikan jawaban, anak kecil itu malah berlari pergi.

Neissya pun kembali ke kantornya. Ia membuka roti lapis tersebut. Di dalamnya ada plastik kecil berisi secarik kertas yang dilipat. Neissya pun membukanya ternyata itu adalah kode assassin.

Tanpa kesulitan, Neissya menerjemahkannya.

Mungkin Besok.

Neissya tahu kalau pesan tersebut dikirim oleh Rouvin melalui anak kecil tadi.

"Apanya yang besok?"

Neissya mengambil ponselnya untuk menghubungi Rouvin. Namun, ia baru ingat kalau Rouvin tidak menggunakan SIM card biasa (yang tidak akan meninggalkan jejak atau riwayat panggilan karena nomornya kosong). Jadi, Neissya tidak bisa menghubunginya.

Ponsel Neissya bergetar menandakan ada panggilan yang masuk. Ia melihat penelepon tak bernomor. Neissya segera mengangkatnya.

"Kau sudah membaca pesan kode dariku?" tanya Rouvin dari seberang sana.

"Ya." Neissya menganggukkan kepalanya seolah sedang berhadapan langsung dengan Rouvin.

"Besok mereka akan datang dan memperebutkan kepalamu," ujar Rouvin.

"Kau tahu dari mana?" tanya Neissya penuh selidik.

Rouvin menjawab, "Aku mendengar kabar kalau beberapa assassin sedang berlomba saling membunuh untuk mendapatkan kepala paling mahal. Beberapa nama orang yang berada di atas kita satu per satu mulai mati dan nama kita semakin lama semakin naik ke atas. Apakah kau sadar bahwa saat ini kepalamu berada diurutan ke-2?"

"Siapa yang pertama?" tanya Neissya dengan polosnya.

"Seorang assassin bernama Predator. Aku tidak tahu siapa dia. Kau mengenalnya?"

"Tidak, aku tidak mengenalnya. Tapi, aku sering melihat namanya yang bertengger di daftar 5 besar kepala yang diincar," sahut Neissya.

Hening.

Neissya kembali bersuara, "Semoga saja mereka mengejar si Predator, bukan aku. Harga kepalanya jauh lebih mahal."

Neissya memasukkan kertas tersebut ke saku jasnya.

☽༓☾

Keesokan harinya, Neissya meliburkan para pekerja. Setelah menyantap bubur yang dibuat Farenza, Neissya pun pergi ke perusahaan. Kebetulan Farenza juga sudah pergi duluan ke kantor. Sebelumnya ia menuliskan catatan kalau-kalau Farenza pulang duluan ke rumah. 

Dalam perjalanan ketika menyetir, Neissya menelepon Departemen Pembersih. "Sepertinya akan ada pembersihan besar-besaran di lokasi yang aku kirimkan. Tolong bawa lebih banyak kantong jenazah."

Sesampainya di kantornya yang sepi, Neissya memasuki ruangannya. Ia membuka ruangan rahasia yang isinya terdapat banyak senjata tajam mau pun senjata api. Ia mengambil beberapa pistol dan senapan berserta alat peredamnya. Ia juga mengambil koper hitam dari dalam laci.

Karena baterai ponselnya lemah, Neissya pun men-charge-nya.

Neissya duduk di kursi kebesarannya. Ia mengotak-atik komputernya dan membuka sistem keamanan kantor. Neissya menonaktifkan seluruh CCTV dan kabel telepon di kantornya.

Tiba-tiba telepon di meja berdering. Ia pun mengangkatnya.


"Athena? Apakah kau masih bisa duduk tenang saat namamu ada di nomor 2?" suara pria dari seberang sana. Itu bukan suara Rouvin, tapi pria lain.

"Kau siapa?" tanya Neissya datar. Untuk pertama kalinya Neissya memasang ekspresi seserius itu.

"Malaikat mautmu."

Neissya menautkan alisnya.

"Serahkan dirimu dengan sukarela atau kami akan memenggal kepala suamimu juga," ancam pria itu.

Neissya mengepalkan tangannya. "Aku yang akan memotong-motong tubuhmu hingga partikel terkecil dan tidak tersisa lagi."

Terdengar suara tawa pria itu. "Ancamanmu sangat menakutkan, tapi sepertinya kami akan lebih dulu menemukan suamimu. Dia seorang Pimpinan perusahaan bernama Hadrian Corporation, kan?"

"Kau tidak akan pernah bisa menyentuhnya!" potong Neissya.

Neissya tidak menyadari ada telepon yang masuk ke ponselnya yang sedang di-charge. Ponselnya juga sedang dalam mode senyap getar.

Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Neissya menoleh ke arah pintu. Ia pun mematikan teleponnya.

"Masuk."

Pintu dibuka dari luar. Masuklah seorang pria berjas hitam dan berambut cepak yang tak lain adalah Rouvin.

Neissya terkejut dengan kedatangan Rouvin yang tiba-tiba. Tanpa disuruh, Rouvin duduk berhadapan dengan Neissya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Rouvin.

"Suamiku dalam bahaya," kata Neissya tanpa basa-basi sembari beranjak dari tempat duduknya dan membawa koper hitam yang isinya tentu saja benda-benda yang hanya dimiliki oleh assassin profesional.

"Ada orang lain yang meneleponmu?" tanya Rouvin yang terlihat tenang.

"Saat ini aku tidak punya banyak waktu. Aku harus menyelamatkan suamiku." Neissya berlalu pergi. Namun, langkahnya terhenti di ambang pintu ketika melihat mayat-mayat yang bergelimpangan di lantai satu bangunan.

Neissya menoleh ke arah Rouvin. Terlihat bagian bawah jas pria itu yang terkena percikan darah.

"Kau yang membunuh mereka?" tanya Neissya.

Rouvin mengangguk santai. "Sudah kubilang kemarin kalau mereka akan datang hari ini."

Neissya semakin cemas dengan keadaan suaminya.

"Jangan percaya pada orang yang meneleponmu, Neissya. Itu hanya jebakan. Aku baru saja melewati gedung Hadrian Corporation. Tidak ada apa pun di saja. Semuanya baik-baik saja. Percayalah padaku," ucap Rouvin.

Neissya mengenal Rouvin dengan baik. Meski sudah lama tidak bertemu, Neissya memilih untuk mempercayai ucapannya. Ia pun kembali duduk di kursinya.

"Tenangkan dirimu. Kau harus tetap fokus dan tenang. Coba kau telepon suamimu dan tanyakan kabarnya," suruh Rouvin.

Ponsel Neissya jatuh ke lantai karena getaran panggilan yang masuk. Perhatian Neissya dan Rouvin teralihkan ke ponsel tersebut.

Neissya pun mengambil ponselnya. Ternyata Farenza yang menelepon. Ia pun segera mengangkat telepon dari suaminya itu.

"Sayang, jangan pergi ke mana pun. Segeralah telepon polisi atau bantuan untuk segera datang ke sana," kata Farenza dari seberang sana.

Neissya tidak segera menjawab. Ia menatap Rouvin di depannya sambil menjauhkan ponselnya dari mulutnya.

"Bagaimana ini? Sepertinya suamiku tahu aku berada dalam bahaya. Bisa-bisa dia nekat datang ke mari," bisik Neissya.

"Jangan sampai dia datang ke mari. Ini akan menjadi masalah besar," kata Rouvin.

"Jika dia datang ke mari, dia akan mengetahui masa laluku." Neissya tampak sedih.

"Jika dia tulus mencintaimu, dia tidak akan pernah mempermasalahkan siapa kau di masa lalu," sahut Rouvin.

"Sayang? Neissya?!" Farenza memanggil nama istrinya.

Tiba-tiba sebuah tembakan melesat ke jendela kantor hingga pecah. Neissya berteriak kaget. Ia pun segera bertiarap dan mengakhiri telepon dengan Farenza secara sepihak.

Sementara Rouvin terlihat begitu santai memasang silencer ke senapannya sembari duduk.

Di gedung seberang terlihat ada sniper yang sedang membidik ke arah ruangan kantor Neissya dengan senapannya.

Neissya bersembunyi di balik sofa dengan senapan di tangannya. Ia pun membidikkan senapannya ke arah sniper yang jauh di seberang sana. Saat target terkunci oleh lensa senapan, Neissya menarik pelatuknya. Si sniper pun tumbang.

Rouvin melihat ada sniper lain di titik yang berbeda di gedung seberang. "Mereka tidak sendirian."

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

14.23 | 1 Desember 2021
By Ucu Irna Marhamah

Continue Reading

You'll Also Like

704 45 3
"Bisa gak berhenti ngerokok?" "Gak." "Bisa kalo lo ada kemauan." "Gue gak punya kemauan itu?" "Terus mau lo apa?" "I want to suck your lips." ...
33.7K 1.7K 33
Max Theo Walton, pria tampan yang berkuasa.Pewaris tunggal keluarga Walton . Max memiliki segalanya, ia bisa melakukan apapun untuk orang yang ia cin...
1K 121 31
"Rangkaian cerita terang dan gelap akan menjadi sebuah lukisan di dalam hidup mu."
63.7K 2.3K 30
Vala terlalu mencintai Raya hingga ia lupa akan rasanya. Hingga Vala salah menafsirkan rasa cintanya, dan bersembunyi dibalik kata bosan sampai ia be...