AMOREVOLOUS

By ucu_irna_marhamah

1.3K 59 5

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Farenza adalah seorang pengusaha kaya yang memiliki istri yang cantik dan baik. Dari luar, ke... More

AMOREVOLOUS
PROLOGUE
Part 01
Part 02
Part 03
Part 04
Part 05
Part 06
Part 07
Part 08
Part 09
Part 09
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
EPILOGUE
🍂 NOVEL BARU 🍂
∘☽ NOVEL TERBARU ☾∘

Part 08

27 2 0
By ucu_irna_marhamah

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Keesokan harinya.

Neissya bangun lebih awal. Ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Lalu setelah itu, Neissya menuruni tangga menuju ke dapur.

Namun, langkahnya terhenti ketika melihat kotak makanan di ruang tamu. Neissya memeriksanya. Itu adalah makanan yang dipesan Farenza semalam. Namun, mereka tidak sempat memakannya, karena kaki Farenza terluka. Ditambah lagi Farenza yang manja tidak ingin ditinggalkan.

Pandangan Neissya tertuju ke bingkai di dinding yang sedikit miring. Ia pun membenarkannya. Ruangan tamu yang semalam sangat berantakan kini terlihat normal seperti semula. Beruntung Neissya tidak turun ke lantai satu semalam. Kalau saja ia turun, Farenza tidak punya pilihan lain selain membuat Neissya tak sadarkan diri lalu disuntikkan cairan penghilang ingatan pendek seperti yang dilakukan pada security berbadan gempal di kantornya.

Neissya tidak ambil pusing. Ia pergi ke dapur dan memasak untuk sarapan. Sementara kotak berisi makanan yang sudah basi itu pun dibuangnya.

Ketika masakannya matang, Neissya membawanya ke kamar untuk menyuapi Farenza. Ternyata Farenza belum bangun. Neissya tidak tega membangunkannya. Ia hanya memeriksa kaki Farenza yang terluka sebentar.

Setelah itu, Neissya duduk di kursi dekat jendela kamar. Ia melamun dengan pandangan lurus ke depan jendela.

Farenza membuka sedikit matanya. Ia mengintip ke arah Neissya. Ternyata sedari tadi Farenza sudah bangun, hanya saja ia memilih untuk berpura-pura tidur agar tidak dipaksa memakan masakan istrinya yang tidak enak.

Melihat istrinya yang lagi-lagi melamun, tentu Farenza menjadi khawatir dan sedih. Ia tidak ingin melihat istrinya tertekan dan sedih seperti itu.

"Sayang," panggil Farenza.

Neissya menoleh ke arah Farenza dan menghampirinya. "Oh? Kau sudah bangun?"

Farenza hanya mengangguk pelan. Neissya duduk di tepi ranjang. Ia mengusap rambut suaminya yang bangkit untuk duduk.

"Kau tidak pergi ke kantor?" tanya Farenza.

"Kau pasti kesulitan jika aku meninggalkanmu sendirian di rumah. Aku tidak akan pergi ke kantor sampai kau sembuh total. Aku sudah menghubungi Hilda dan orang kepercayaanku untuk mengurus perusahaan," jelas Neissya.

"Maafkan aku." Farenza menghela napas berat. Ia merasa bersalah pada Neissya. Padahal dalam hati ia merasa senang karena bisa berduaan dengan istrinya di rumah.

Neissya menangkup wajah Farenza. "Jangan meminta maaf, kau tidak melakukan kesalahan. Ini hanya kecelakaan."

Farenza mengangguk.

"Makanlah, aku akan menyuapimu." Neissya mengambil makanan yang dimasak olehnya tadi.

Farenza menelan saliva. Ia terpaksa menerima suapan istrinya sambil tersenyum tersiksa.

"Kau juga harus makan. Bantu aku menghabiskannya," kata Farenza.

Neissya mengangguk. Mereka memakan dari satu piring yang sama.

Farenza mengernyit heran melihat Neissya yang menunjukkan ekspresi datar saat memakan masakan yang sangat tidak enak itu.

Tidak ingin istrinya sakit gara-gara memakan masakannya sendiri, Farenza menghentikan Neissya memakannya dengan cara halus.

"Sayang, aku akan menghabiskannya," kata Farenza sambil mengambil alih piring di tangan Neissya. Ia pun makan sendiri.

Neissya melihat luka lebam di dahi dan lengan Farenza. Tentu itu membuat Neissya terkejut dan khawatir.

"Apakah telah terjadi sesuatu?" tanya Neissya.

"Hmm?" Farenza mendongkak menatap istrinya dengan ekspresi penuh tanya.

"Lengan dan dahimu memar. Apakah ada seseorang yang memukulmu?" Neissya memperjelas pertanyaannya.

Farenza tidak segera menjawab. Luka lebam itu adalah bekas perkelahiannya semalam dengan si kurir pengantar makanan.

Neissya kembali bertanya, "Siapa yang berani melukaimu?"

"Aku hanya jatuh dari tangga," ujar Farenza.

Neissya merebut piring dari tangan Farenza lalu meletakkannya ke meja. Ia lantas membuka kancing kemeja Farenza lalu membuka kemejanya. Neissya membulatkan matanya saat melihat luka lebam lainnya yaitu di dada dan perutnya.

"Siapa yang melakukannya?" desak Neissya menuntut jawaban dari Farenza.

"Sayang, aku hanya jatuh dari tangga. Semalam aku haus. Jadi, aku turun untuk mengambil air dari dapur. Kau tahu kondisiku saat ini. Itulah sebabnya aku jatuh," jelas Farenza yang sudah pasti adalah kebohongan.

Tiba-tiba Neissya memeluknya dengan erat sambil menangis.

Farenza terkejut dengan apa yang dilakukan oleh istrinya itu. Tidak biasanya Neissya menjadi emosional seperti ini. Namun, Farenza membalas pelukan Neissya. Dalam hati ia merasa bersalah karena telah memberikan jawaban bohong untuk menutupi kebohongan lain. Dan kebohongan itu membuat Neissya menangis seperti ini.

☽༓☾

Di tempat tidur, Neissya dan Farenza tampak fokus mengotak-atik ponsel masing-masing. Ternyata mereka berdua sedang fokus mabar game online.

Ada 6 botol air mineral berukuran besar yang diletakkan di meja samping ranjang.

"Yuhu!" Neissya bersorak senang karena memenangkan permainan.

Farenza menghela napas berat. Ia cemberut. "Bagaimana bisa kau sejago ini?"

Neissya hanya tersenyum.

Selama tiga hari Farenza tidak pergi ke kantor, begitu juga dengan Neissya yang senantiasa menjaganya.

Namun, sikap Neissya kian berbeda setiap harinya. Meskipun tidak mengurangi rasa peduli dan perhatiannya terhadap Farenza, tapi Farenza bisa melihatnya lewat sorot mata istrinya itu.

Farenza semakin yakin kalau Neissya mungkin saja sudah mengetahui siapa Farenza di masa lalu.

Hari keempat, Neissya pergi ke kantor seperti biasa. Sementara Farenza tidak pergi ke kantor. Justru ia pergi ke suatu tempat yang terpencil di dalam hutan.

Farenza menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah bercat hitam. Ia keluar dari mobil dan memasuki rumah itu tanpa permisi.

Lonceng yang menempel di pintu berbunyi saat pintu dibuka. Terlihat seorang pria tua yang duduk di meja resepsionis.

"Selamat datang," sapa pria tua itu.

"Halo, Sam." Farenza menghampiri pria tua yang bernama Sam itu.

"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Sam.

Farenza merogoh ke dalam jasnya. "Aku ingin menanyakan tentang sebuah senjata...."

Sam memotong ucapan Farenza, "Kita bicarakan di ruangan lain."

Mereka pun menuruni tangga menuju ke ruang bawah tanah di mana ada banyak rak berisi ratusan senjata tembak yang diletakkan sesuai jenis dan kualitasnya.

"Aku pikir kau sudah pensiun sejak tiga tahun silam," ucap Sam setengah bertanya.

"Aku memang sudah pensiun, tapi masa laluku tidak membuat 'mereka' berhenti mengincar kepalaku," ujar Farenza.

"Mengingat rekormu di masa lalu, tentu harga kepalamu sangat mahal," sahut Sam.

Farenza meletakkan pisau milik Megan ke meja. "Ada assassin wanita yang menyerangku dengan ini. Aku belum pernah melihat pisau jenis ini."

Sam mengambilnya lalu memperhatikan detailnya. "Aku bukan ahli senjata tajam. Seharusnya kau bertanya pada ahlinya. Tapi, aku pernah mendengar rumor tentang pisau ini."

Farenza mendengarkan dengan serius.

Sam melanjutkan, "Pisau ini bernama Jagkommando. Karena bentuk dan ketajamannya, pisau ini sangat mematikan dan dilarang digunakan saat perang. Luka yang disebabkan oleh tusukan pisau ini akan sulit ditangani oleh medis. Benar-benar mengerikan. Seharusnya assassin tidak menggunakannya di lapangan."

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

07.08 | 1 Desember 2021
By Ucu Irna Marhamah

Continue Reading

You'll Also Like

1K 121 31
"Rangkaian cerita terang dan gelap akan menjadi sebuah lukisan di dalam hidup mu."
63.7K 2.3K 30
Vala terlalu mencintai Raya hingga ia lupa akan rasanya. Hingga Vala salah menafsirkan rasa cintanya, dan bersembunyi dibalik kata bosan sampai ia be...
278K 12.5K 39
Sequel dari King and Queen (of The Underworld) dan Xander's hanya sepenggal kisah anak-anak King dan Queen juga beberapa kerabat dekat mereka Terinsp...
33.7K 1.7K 33
Max Theo Walton, pria tampan yang berkuasa.Pewaris tunggal keluarga Walton . Max memiliki segalanya, ia bisa melakukan apapun untuk orang yang ia cin...