AMOREVOLOUS

By ucu_irna_marhamah

2.8K 96 5

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Farenza adalah seorang pengusaha kaya yang memiliki istri yang cantik dan baik. Dari luar, ke... More

AMOREVOLOUS
PROLOGUE
Part 01
Part 02
Part 04
Part 05
Part 06
Part 07
Part 08
Part 09
Part 08
Part 09
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
EPILOGUE
🍂 NOVEL BARU 🍂
∘☽ NOVEL TERBARU ☾∘

Part 03

112 6 0
By ucu_irna_marhamah

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Jam menunjukkan pukul 1 malam. Farenza sedang berada di dapur. Ia hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada. Pria itu terlihat sangat seksi dengan tubuh kekarnya yang mengkilap karena basah oleh keringat. Didukung oleh tinggi tubuhnya yang menjulang sekitar 196 sentimeter. Sementara Neissya sendiri setinggi 170 sentimeter.

Farenza berniat memasak mie instan. Rupanya ia kelarapan di tengah malam. Pria itu meletakkan panci berisi air di atas kompor.

Dengan hati-hati, Farenza menyalakan kompor agar tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan istrinya.

Farenza menghela napas lega. Ia tinggal menunggu air di panci mendidih.

"Apa kau merokok lagi?"

Farenza terlonjak kaget mendengar suara istrinya dari belakang. Ia menoleh dan melihat Neissya yang berdiri tak jauh darinya.

Wanita itu mengenakan jubah tidur yang cukup panjang berwarna hitam membuat kulit putihnya semakin terlihat mencolok. Rambutnya yang panjang tampak agak berantakan, tapi itu membuatnya terlihat semakin seksi dan menggoda.

"Mana rokoknya?" Neissya mengulurkan tangannya.

Farenza menjelaskan, "Aku tidak merokok. Aku sudah berhenti merokok sejak menikah denganmu, Sayang."

"Benarkah?" Neissya menyipitkan matanya.

"Aku meninggalkan rokok selama dua tahun lebih demi kau, Sayang," sahut Farenza.

"Lalu kau sedang apa di dapur malam-malam begini?" tanya Neissya curiga.

"Aku lapar, jadi aku memasak mie instan," jawab Farenza.

Neissya mengernyit. "Tapi, bukankah tadi kita sudah makan malam bersama? Dan sekarang kau sudah merasa lapar lagi?"

Farenza memasang ekspresi berpikir. "Aku juga tidak tahu, kenapa belakangan ini aku mudah lapar."

"Kalau kau lapar, kau bisa membangunkanku lain kali. Aku yang akan memasak untukmu," ucap Neissya.

Farenza menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Aku tidak tega membangunkanmu, Sayang. Kau pasti lelah setelah seharian bekerja. Selain itu, aku bisa melakukannya sendiri."

"Hmm." Neissya berlalu pergi dari dapur.

Farenza tampak berpikir. "Jadi, 'Hmm' itu artinya apa? Apakah dia marah atau sekedar bergumam menanggapi perkataanku?"

Di ruang keluarga, Neissya tampak duduk di sofa sambil menonton TV dengan matanya yang mengantuk. Tidak ada acara bagus di TV pada jam tengah malam. Hanya film-film lama yang diputar ulang.

Farenza memasuki ruang keluarga dengan satu mangkuk besar berisi mie instan goreng. "Ayo, kita makan bersama."

Neissya menoleh sebentar pada suaminya. "Aku tidak lapar, makanlah."

"Apa kau marah?" tanya Farenza.

"Aku tidak marah." Neissya tersenyum dipaksakan.

"Aku minta maaf kalau aku membuatmu kesal," kata Farenza yang mengeluarkan jurus pria untuk mengakhiri perang dingin yang bahkan belum dimulai.

Neissya tersenyum. Ia menangkup wajah suaminya. "Aku tidak marah, Sayang. Aku harap kau tidak merahasiakan apa pun dariku termasuk rasa lapar. Aku istrimu yang harus menjagamu seperti saat kau menjagaku."

Farenza terdiam membeku. Tentu ia memiliki rahasia, sebuah rahasia yang sangat besar yang disembunyikan dari Neissya. Rahasia yang tidak mungkin bisa diterima oleh istrinya itu jika sampai mengetahuinya.

"Makanlah, mie-nya keburu dingin," kata Neissya.

Farenza pun memakan mie-nya. Tidak lupa juga ia menyuapi istrinya. Neissya pun menerima suapan suaminya.

"Kau habiskan sendiri. Mulai besok aku harus diet," Neissya menolak suapan berikutnya.

Farenza memundurkan wajahnya. "Kenapa kau harus diet? Apakah ada yang salah dengan tubuhmu? Kau tidak berubah sama sekali, kau tetap seksi di mataku. Meski berat badanmu bertambah, aku tidak peduli."

Neissya menatap Farenza dengan tatapan serius. "Kau akan tetap mencintaiku meski aku gendut?"

"Tentu saja," jawab Farenza cepat.

Neissya tersenyum kecil. Ia menyentuh perutnya yang rata. "Aku harap aku bisa memiliki bayi tahun ini."

Farenza meletakkan mangkuk yang sudah kosong itu ke meja. "Kita akan memilikinya, makanya kita harus bekerja lebih keras lagi, Sayang."

Neissya memutar bola matanya. "Memang itu yang kau inginkan."

Farenza tampak berpikir. "Bagaimana kalau kita menambah jadwalnya?"

"Huh?" Neissya mengernyitkan dahi.

"Tidak hanya malam, kita juga harus melakukannya di siang hari untuk mempercepat prosesnya," ucap Farenza dengan serius, tapi memasang ekspresi innocent.

"Mana bisa seperti itu? Kita sama-sama bekerja di siang hari dan di tempat yang berbeda," gerutu Neissya.

Farenza kembali menyahut, "Aku bisa datang ke kantormu kapan saja dan...."

Neissya memotong ucapan suaminya, "Ah, bagaimana dengan pandangan karyawanku nanti saat melihatmu datang ke perusahaanku? Ah, memalukan."

"Memangnya kenapa? Apa salahnya suamimu ini datang ke kantormu?" ketus Farenza.

"Ya, tidak ada yang salah, tapi tujuanmu datang ke kantorku yang ingin...." Neissya berhenti bicara.

Farenza menunggu Neissya melanjutkan kata-katanya.

Namun, tampaknya Neissya tidak berniat menyambung kalimatnya. "Aku mau tidur lagi."

Farenza menatap punggung Neissya yang berlalu pergi menaiki tangga menuju ke kamar. Ia tersenyum kecil. Perdebatan manis itu memang selalu menemani mereka berdua selama berumah tangga.

Baik Farenza mau pun Neissya tidak menganggapnya sebagai pertengkaran yang serius. Mereka menganggapnya sebagai perdebatan kecil atau cara menggoda satu sama lain.

Farenza suka sekali menggoda Neissya dan membuatnya kesal. Ia suka melihat semburat merah di pipi istrinya itu saat malu padanya, suaminya sendiri.

Sementara Neissya yang malu-malu dengan sikap dan ucapan Farenza. Ia kadang kesal dan gemas dengan sikap kekanakan dari suaminya itu yang jelas-jelas lebih tua darinya.

"Sayaaaaang." Farenza menyusul istrinya ke kamar. Ia melihat Neissya tertidur di ranjang.

Farenza tahu kalau Neissya tidak benar-benar tidur. Wanita itu hanya pura-pura tidur. Dengan jahil, Farenza menyentuh pinggang istrinya itu.

Neissya langsung bergerak menghindari tangan suaminya. "Jangan sentuh di bagian sana, geli tahu."

Tentu Farenza tahu titik-titik kelemahan istrinya. Ia senang sekali membuat Neissya kesal.

"Jadi, bagian mana yang boleh aku sentuh?" Farenza menepuk bokongnya istrinya.

Neissya menarik tangan suaminya agar memeluk perutnya, bukan menyentuh bokongnya. Farenza tersenyum kecil. Ia pun melelapkan tubuhnya dan menuruti keinginan istrinya itu dengan memeluk perutnya.

"Kau sudah mengantuk?" bisik Farenza lirih di telinga Neissya.

"Apakah perlu kujawab? Aku tidak yakin jawabanku akan menghentikanmu," ujar Neissya.

"Kau bilang, kau ingin punya bayi, kan? Bayi tidak jatuh dari langit, Sayang. Kita yang harus membuatnya. Biar Tuhan yang mengurus sisanya." Farenza mengecup cuping telinga Neissya. Tangannya bergerak menarik tali jubah tidur istrinya itu.

Neissya berbalik menatap suaminya. "Baiklah, ayo, kita buat bayinya. Aku mau bayi kembar yang lucu."

"Tentu." Farenza mengecup bibir Neissya dengan lembut. Neissya menyambutnya. Keduanya berciuman dengan mesra.

Farenza menyingkirkan jubah tidur dari tubuh Neissya. Kini terlihat jelas tubuh indah istrinya yang mulus. Farenza menindih tubuh Neissya tanpa melepaskan ciumannya. Neissya membelai lembut rambut suaminya yang berada di atasnya. Farenza mengusap paha istrinya.

Ciuman Farenza turun ke leher dan dada Neissya. Ia meninggalkan jejak-jejak kemerahan di sana.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

23.42 | 1 Desember 2021
By Ucu Irna Marhamah

Continue Reading

You'll Also Like

77.7K 5.6K 24
________________________________________ Cerita ini tentang BL,Mafia,Harem dan tolong jangan ber komentar hal hal yang tidak ber etika! Terkecuali me...
3.9K 281 25
[17+] Kabur dari perjodohan biar gak jadi istri dari seseorang yang gak diinginkan, tapi pas kabur malah .... Kuy, baca ceritanya, Guys! Seru! Tujua...
18.3K 1.8K 45
Menerima perjodohan hanya untuk balas dendam. Itulah yang di lakukan Krittin Shaqille kepada sang istri Pavel Carden, Omega yang ia nikahi lima tahun...
114K 7.7K 46
Ini bukanlah cerita spesial, hanya kisah kehidupan seorang gadis yang terpilih oleh sebuah penyakit yang sangat kejam, Ataxia. [ COMPLETED ]