KELVINAR

By shaantyypt

3.5K 2.3K 1.6K

Setelah putus dari sang mantan, Kinara tidak pernah mau berbicara ataupun melirik lelaki disekelilingnya, bah... More

00. Prolog
01. Kinara Adistiana
02. Kelviano Ganendra
Cast
03. Mantan Sahabat
04. Masalah
05. Promise
06. Perdebatan
07. FALL
08. Apa Yang Terjadi?
09. Why Not?
10. Tantangan
11. Tantangan (2)
12. Kejadian di Pagi Hari
13. RAIN
14. Payung
15. Kotak Bekal
16. Bertengkar
17. Satu Nama
18. DIAM
19. Feeling
20. Tinggal Bareng
22. Pembalasan
23. Pesan Misterius
24. Forget Her

21. Semangat Nara

103 61 206
By shaantyypt

Hai! Aku kambali dengan update an terbaru. Tinggalkan jejak berupa VOTE dan KOMEN tiap linenya. Jika berkenan boleh banget shere cerita ini ke teman-teman kalian, aku sangat berterimakasih untuk itu.

Btw ada yang kangen gak sama KELVINAR?

SELAMAT MEMBACA!


***

"Nar," Kelvin mengetuk pintu Nara sebanyak tiga kali.

"Udah mau terlambat. Lo gak inget sekarang ada ulangan?"

Tidak ada sahutan dari dalam. Kelvin memutuskan untuk membuka ganggang pintu. Terlihat Nara masih terlelap dalam mimpi.

"Masih tidur si kebo." Gumam kelvin bersedekap dada. Tiba-tiba ide jahil nya muncul. Kelvin keluar dari kamar itu. Lalu melangkah menuju dapur.

Tanpa membuang-buang waktu, pria itu datang kembali sembari membawa wajan besi dengan spatula.

Kelvin melangkah maju lebih dekat. Wajan dan spatula sengaja di dekatkan. Lalu ia memukul-mukul wajan itu menggunakan spatula sehingga menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga apalagi di tambah dengan nyanyian Kelvin yang asal-asalan.

"AYO BANGUN, AYO BANGUN, AYO BANGUNLAH NARAAA!!~"

"SEKARANG WAKTUNYA MAKAN,  LALU PERGI KE SEKOLAH~"

Nara menggeliat, tidurnya terusik karena nyanyian Kelvin yang teramat membuat telinga pecah. Ia mencoba untuk tak peduli dan semakin menelusup ke bawah selimut. Namun, bukan Kelvin namanya kalau tidak berbuat jail yang berujung menimbulkan perdebatan.

"NARAAAA~~"

"BANGU–"

Dengan mata yang masih terpejam satu tangan Nara meraba-raba bantal, lalu memukul wajah Kelvin menggunakan bantal, sehingga nyanyian itu dapat di hentikan.

"Berisik!!"

Pria itu menghentikan aktivitasnya. Rencananya membuat Nara bangun pagi telah berhasil.

Mata yang semulanya terpejam menjadi terbuka, Nara bangun dari tidurnya dengan kesal. "Lo gila?! Gue masih ngantuk."

"Cepetan mandi, gue udah siapin sarapan di bawah," titah Kelvin akhirnya.

"Iya iya. Udah lo sana pergiii." Usir Nara dengan menggoyang-goyangkan tangannya.

Sebelum benar-benar pergi, Kelvin kembali memutar badannya, "awas kalo lo tidur lagi, gue ceburin ke kolam ikan." Todongnya.

"Lama-lama lo yang gue ceburin ke kolam buaya, Kel!!" Seru Nara bersiap memukul menggunakan bantal guling.

Kelvin menghiraukan ucapan itu berlari keluar dengan ketawa puas karena dapat mengerjai Nara. Cara ibu-ibu membangunkan anaknya menggunakan wajan dengan spatula sangat berguna juga.

Melihat Kelvin yang sudah menghilang di balik pintu, Nara mengambil jam wekernya untuk mengecek jam. Perasaan ia hanya tidur sebentar kenapa sudah pagi? Dan kenapa tiba-tiba ia ada di kamar padahal kemarin ia di ruang tamu?

Mata Nara melebar, "gila Kelvin! Ini baru jam enam! Padahal 'kan ulangannya mulai jam delapan."

Nara menghempaskan tubuhnya. Menarik selimut sebatas dahi lalu menendang-nendang selimutnya kesal. Sudah Nara bilang bukan. Ia lebih suka sendirian di rumah.

༺♥༻

"Mama!!" Nara menempel benda pipih itu di telinga.

"Jangan teriak-teriak nenek masih tidur, ada apa?" Sontak Elvi menjauhkan ponselnya.

"Oh! Keadaan nenek sekarang gimana ma?"

Diseberang sana Elvi keluar dari ruang inap, "Nenek kamu sudah mendingan, kata dokter besok sudah boleh pulang."

"Titip salam ya, ma. Nara kangen sama nenek,"

"Mungkin nenek nggak mengharapkan itu dari Nara..." Tanpa sadar cairan bening luruh dari pelupuk matanya.

Elvi menahan untuk tidak menangis. Ia tahu bahwa putrinya menangis mengingat akan masa lalunya, "hallo, Nara kamu kenapa?"

Nara mengusap air matanya yang sempat mengalir, "enggak ada apa-apa kok, ma. Lupain aja hehe,"

"Oiyaa, kamu sama Kelvin udah sarapan?" Tanya Elvi mengalihkan topik.

"Lohh kok mama tau? Pasti mama nyuruh Kelvin untuk ke sini 'kan?"

"Mama khawatir kalau kamu sendiri di rumah, Nara. Kemarin mama hubungin kamu tapi kamu nggak angkat telepon. Jadi mama bilang sama tante Dinda buat jagain kamu."

"Tapi enggak Kelvin juga kali, maa."

"Mama tau gak. Dia itu ngeselin banget ma, masa jam segini Nara di bangunin padahal 'kan ulangannya mulai jam delapan."

Elvi terkekeh geli.

"Kok ketawa sih, ma?"

"Habisnya kamu susah di bangunin." Ucap Elvi di sertain tawa yang pelan.

"Enggaklah, ma," Nara berdecak kesal.

"Iya iya. Kamu sarapan apa, nak?"

"Mana Nara tau, sarapannya Kelvin yang buat. Ini aja Nara baru bangun." Balas Nara acuh.

"Ga boleh gitu, Nara. Kamu itu tuan rumah, seharusnya kamu yang buatin sarapan. Belajar dong masak jangan makan aja taunya."

"Iya iya, ma. Nara tutup teleponnya. Bye!" Panggilan itu di akhiri oleh Nara.

༺♥༻

Nara telah selesai memakai seragam. Rambut di kepang satu seperti ekor kuda. Hari ini Nara tidak memakai make up apapun, ia hanya memakai sunscreen dan lip blam saja.

Prinsip yang ia miliki saat ini ngapain juga riasan toh juga gak ada yang suka.

Nara menuruni tangga sembari memasang dasinya yang kelihatan tidak rapi. Karena fokusnya teralih pada dasi kupu-kupu itu. Nara tidak menyadari bahwa tangga paling bawah cukup tinggi tak lupa pula sepatu sneaker yang ia kenakan juga cukup tinggi.

Pada pijakan tangga paling bawah, tanpa di sangka kakinya keseleo sehingga membuat gadis itu kehilangan keseimbangan dan terhuyung ke samping kanan.

Kelvin keluar dari dapur. Melihat hal itu ia bergerak cepat untuk menangkap Nara dengan tangan kanan ia letakkan pada bahu Nara, sedangkan tangan kirinya terletak di pinggang gadis itu.

Mata gadis itu terpejam rapat dengan kedua tangan yang terkepal di depan dada. Perlahan-lahan Nara membuka mata. Menemukan sosok Kelvin yang sangat dekat dengan wajahnya. Manik mata Kelvin bertemu dengan manik mata milik Nara. Mereka bertatapan selama beberapa detik.

Nara berdiri tegak lalu mengalihkan pandangannya ke segala arah asalkan tidak bertemu dengan netra pria itu.

Kelvin berdeham pelan, "lo nggak apa-apa?"

Nara menggeleng. Hendak melangkah ke meja makan, "akhh!"

Tanpa mengatakan apapun pria itu langsung menggendong Nara ala bridal style lalu mendudukkan gadis itu di ruang makan.

Kelvin menarik kursi yang ada di dekatnya, "kaki mana yang sakit?"

"Kanan." Lirih Nara.

"Bentar gue ambilin es," Ucap Kelvin bergegas mengambil es dari kulkas.

"Kaki gue yang sakit ngapain ngambil es sih?" Sewot Nara.

Kelvin datang dengan membawa bantal sofa dan beberapa es batu yang diletakkan ke dalam kantong plastik di bungkus dengan handuk kecil yang sudah di basahi air dingin. Pria itu hendak melepaskan sepatu, namun Nara sudah lebih dulu melepaskan sepatu serta kaosnya.

"Taruh kaki lo di atas bantal sofa itu." Titah Kelvin datar.

Nara hanya bisa menurutinya saja.

"Lain kali hati-hati kalo turun tangga." Peringat kelvin. Masih mengompres kaki Nara secara perlahan.

Nara mengangguk, "iyaa dehh terserahh."

"Btw kok gue bisa di kamar? Jelas-jelas kemarin gue tidur di ruang tamu. Lo gak ngapa-ngapain gue kemarin 'kan?" Kedua tangan Nara menyilang di depan dada.

Kelvin refleks memukul pelan kaki Nara yang sakit.

"Akhhh!! Sakit!" Nara memegangi kakinya.

"Jangan mikir aneh-aneh," peringat kelvin, "Lo tau? kalo tidur dengan posisi duduk bisa bikin pegal-pegal. Jangan di biasain nanti lo–"

"Udah jangan di lanjutin, makin pusing gue dengerinnya," Celetuk Nara sembari menutup telinga, "eva kenapa gak jadi nginep?" Tanyanya.

Kelvin mengangkat kedua bahunya tidak tahu menahu.

"Pasti lo usir 'kan? Ngaku gak lo." Todong Nara asal.

Kelvin mengacuhkan ucapan Nara yang tidak penting. Setelah selesai mengompres kaki Nara. Ia pergi ke dapur untuk menaruh kantong plastik berisi es batu yang sudah mencair.

Di meja makan hanya ada suara dentingan sendok dan garpu. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Kelvin menatap Nara yang makan masakannya dengan lahap.

Merasa di perhatikan Nara mendongak. Tiba-tiba ia tersedak oleh makanan yang belum terkunyah dengan benar. Kelvin dengan segera mengambilkan minuman untuk Nara.

"Makan tuh pelan-pelan. Tersedakkan lo." Cibir Kelvin sembari meletakkan gelas.

"Habis dari tadi lo liatin gue mulu, emang gue secantik itu sampai segitunya liatin gue." Ucap Nara dengan penuh percaya diri.

Kelvin menoyor kepala Nara, "Ge-er banget sih lo."

Nara merotasikan bola matanya tidak mengindahkan ucapan Kelvin. Memilih untuk menyelesaikan makanan.

༺♥༻

Semua murid memasuki ruangan masing-masing. Ulangan kali ini ruangannya sama seperti ulangan tengah semester lalu. Di setiap ruangan hanya ada 20 peserta di dalamnya dengan 5 kebelakang dan 4 ke samping.

Siswa di kelas 10 IPA 1 ada 30 siswa, di kelas 10 IPA 2 ada 30 siswa, kelas 10 IPA 3 ada 33 siswa, dan  di kelas 10 IPA ada 32 siswa. Maka, dari ruangan 1 hanya ada 20 siswa begitupun seterusnya.

Ruangan sengaja diberikan 20 bangku
agar tidak terjadi kecurangan. Kali ini tempat duduknya menjadi 1 bukan sebangku lagi. Tidak ada lagi duduk sebangku.

Di ruang 5. Nara duduk di bangku dari depan nomor dua dan dari samping kiri nomor tiga.

Nara melihat sekeliling ruangan, semua murid sedang sibuk komat kamit membaca buku catatan. Bahkan ada yang sampai meletakkan bukunya di atas kertas matanya terpejam namun mulutnya masih berbicara. Adapula yang menghafal berjalan kesana kemari.

Ulangan kali ini sangat penting bagi mereka karena nilai terbaik menentukan kenaikan kelas mereka.

Sepertinya di ruangan yang Nara dapatkan sangat dipenuhi oleh orang ambis. Lihat saja, hanya ia sendiri saja yang terlihat santai di ruangan itu.

"Udah belajar lo?" Tanya Ethan membuyarkan lamunan Nara.

"Ngagetin lo," refleks Nara memukul lengan pria itu, "ngapain belajar, nanti sekali liat soal paling langsung lupa,"

"Percuma belajar kalo gak di pahami." Lanjutnya dengan wajah datar.

"Lo badmood kalo gue tanyain itu?"

"Iya, udah sana-sana belajar nanti kasi gue contekan." Ucap Nara asal.

Ethan mengusap gemas surai hitam Nara. Namun, dengan cepat Nara menepis tangan pria itu.

Tepat pukul 07.50 pagi. Dua pengawas pria dan wanita ruangan datang. 20 siswa telah duduk dengan rapi.

Pengawas wanita tampak ingin berbicara. Semua siswa bersiap untuk mendengarkan penyampaian dari wanita itu.

"Perhatian semua. sebelum ibu bagikan soal ulangannya, di meja hanya ada pulpen dan pensil. Pastikan tidak ada buku di kolong meja. Kalau ada salah satu dari kalian yang ibu liat membawa buku di kolong meja, maka ibu akan mengeluarkan siswa tersebut,"

"Bagi siswa yang membawa tas silahkan menaruh di depan papan."

Semua siswa melakukan hal yang telah diperintahkan oleh pengawas wanita tersebut. Satu persatu siswa ke depan untuk menaruh tas mereka.

Nara duduk dengan jari yang bertautan. Ia merasa tegang namun, masih terlihat untuk tetep santai.

Kelvin datang dengan membungkuk sedikit lalu mengepalkan tangan kanannya, "Semangat Nara."

Belum sempat Nara membalas, Kelvin sudah kembali duduk.

Setelah semua siswa duduk, dua pengawas berjalan memeriksa kelengkapan serta memeriksa kolong meja agar tidak terjadi kecurangan.

Setelah berkeliling memeriksa. Dua pengawas itu kembali ke depan untuk mengambil soal, lembar jawaban, serta kertas untuk orak orek.

Pengawas pria berbicara, "sebelum jam delapan, jangan ada yang membuka soal."

Dua pengawas tersebut membagi satu persatu soal serta lembar jawaban.

"Masih tersisa waktu 5 menit. Silahkan buka lembar jawaban, isi data diri kalian dengan lengkap." Titah pengawas pria sembari berjalan ke belakang.

Semua siswa melakukan instruksi yang diberikan.

Pengawas wanita melihat arloji nya.

08.00 wib

"Silahkan ulangannya bisa di mulai!"

Semua siswa dengan cepat membuka soal matematika. Ada 50 soal pilihan ganda dengan waktu pengerjaan 120 menit. Semua siswa baik perempuan maupun laki-laki, mereka tampak serius membaca soal.

Nara membaca satu persatu soal, lalu mencari-cari soal yang menurutnya gampang. Namun, ternyata malah sebaliknya.

Susah-susah semua soalnya, padahal kemarin gue udah belajar kenapa satupun gak ada di soal. Batin Nara.

Berbeda dengan Nara.

Kelvin sudah menjawab beberapa soal. Ia membaca soalnya sebentar. Kemudian ia hanya menghitung dengan sekali melihat soal tersebut bahkan tanpa mencoret-coret kertas pun ia dapat menemukan jawabannya. Tidak memerlukan waktu 10 detik, Kelvin sudah melingkari jawabannya.

80 menit berlalu.

Kelvin telah menyelesaikan soal ulangan. Masih tersisa waktu lagi 40 menit. Ia memeriksa jawabannya sebelum di serahkan kepada pengawas.

"Untuk yang sudah selesai mengerjakan soal ulangan, silahkan kumpulkan disini dan boleh keluar ruangan lebih dulu." Ucap pengawas wanita.

Kelvin berdiri di susul oleh dua siswa dari deretan bangku depan dan juga Ethan dari deretan bangku belakang paling pojok.

Kelvin berjalan melewati Nara yang masih mencoret-coret kertas untuk menemukan jawaban. Gadis itu mendongak menatap Kelvin yang sudah menyerahkan kertas pengerjaannya sampai keluar kelas.

Merasa di perhatikan Kelvin memutar badan. Lalu tersenyum manis ke arah Nara. Kedua tangan pria itu terkepal sembari menggerakkan mulutnya.

"Fighting!"

"Bro, kantin yok." Ajak Ethan.

"Lo duluan aja." Balas Kelvin.

Ethan merotasikan bola matanya malas. Ia memutuskan untuk duduk di depan kelas bersama Kelvin.

"Waktunya tinggal 30 menit lagi. Manfaatkan waktu sebaik mungkin, jangan ada yang tolah toleh. Kalau ada yang ibu liat tolah toleh ibu akan langsung keluarkan dari ruangan."

Semua siswa menunduk untuk fokus kembali pada kertas ulangan mereka masing-masing.

Tinggal 7 soal yang belum Nara jawab.  Ada beberapa soal yang ia asal jawab dan ada beberapa soal lagi yang ia cari jawabannya.

"Waktu tinggal 10 menit lagi!"

Nara telah selesai mengerjakan semua soal, namun ia harus memeriksa lembar jawabannya. Walaupun masih kurang yakin dengan jawaban itu ia tidak akan bisa mengulang karena sebentar lagi waktu akan habis.

"Waktu habis! Silahkan kumpulkan soal serta lembar jawaban ke depan." Ucap pengawas pria itu.

Satu persatu siswa berjalan untuk menyerahkan kertas pengerjaannya.

"Huhh!"

"Kenapa lo?" Tanya Ethan saat melihat Nara keluar kelas dengan menghela nafas panjang.

"Susah woy!" Balas Nara, "pasti gue salah banyak." Nara memanyunkan bibirnya seperti anak kecil.

"Daripada lo kayak gitu, mending ikut gue ke kantin," Ucap Kelvin akhirnya.

"Gak mau. Gue pasti salah jawab itu, banyak soal yang gue jawab asal-asalan. Pas UTS nilai matematika gue dapet 60 jadi sekarang nilai gue harus tinggi dari itu." Ujar Nara misuh-misuh sendiri.

Kelvin menarik pergelangan tangan Nara sedangkan Ethan memegang kedua bahu Nara yang masih meronta dan misuh-misuh seperti burung berkicau.

TO BE CONTINUED

A/N:
ayo ngaku siapa yang sama kayak Nara? Angkat kaki:v☝️
Btw VOTENYA di kenceng in dong sama komentarnya. Biar aku semakin semangat untuk terus update ✨

Komen ya kalian penumpang kapal mana nih?

1. Kelvin dan Nara

2. Ethan dan nara

Sampai jumpa di update berikutnya 💖


21 Oktober 2022

Continue Reading

You'll Also Like

4.2M 319K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 334K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 82.8K 37
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
10.6M 675K 44
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...