[✔] Klub 513 | Long Journey |...

Wiki_Dwiki द्वारा

44.2K 14.3K 1.1K

"Keep an eyes on the Horizon. We will touch that Utopia." 1914 (Kala setiap insan dihadapkan oleh pilihan sul... अधिक

Prologue : "Di Atas Pasir Putih, Sebuah Janji Terikat"
1. Puisi Pelik di Tengah Keramaian
2. Menimbun Kebencian Dalam Hatinya
3. Memikul Pedih, Mengemis Asih
4. Percikan Pertama Api Perang Dunia I
5. Mengangkat Kaki, Membela Harga Diri
6. Dan Tulang Hatinya Patah
7. Mengukir Luka Kekal Dalam Jiwanya
9. Berbagai Hal Yang Tidak Biasa
10. Penjara Dibalik Tenda Sirkus
11. Semburat Dunia Abu-Abu
12. Kepedihan Atas Ketidaksempurnaan
13. Kasta Tertinggi Ialah Wanita
14. Menoreh Serpihan Kaca
15. Bara Api Kebebasan
16. Daratan Komunis
17. Yang Tidak Sejarah Catat
18. Dibalik Tembok Tahanan
19. Usaha Untuk Melarikan Diri
20. Di Sisi Lain Panggung Konflik
21. Pertunjukan Inti Akhir Musim Panas
22. Nama Tanda Penghormatan
23. Takdir Di Atas Air Asin

8. Meninggalkan Tanah Terkutuk

1.7K 622 74
Wiki_Dwiki द्वारा

.
.
.

     Hongjoong menoleh sebentar, lalu mengalihkan matanya ke arah laut lagi. Setelah ini, bodoh baginya untuk berpikir bahwa dia akan menemukan ketenangan. Maut yang sebelumnya mengintainya setiap hari terasa semakin nyata wujudnya, seperti fakta bahwa mungkin saja dia sudah tidak bisa pulang, bagai jiwa terkutuk yang menggenggam kelegaan terakhirnya karena lolos dari hukuman mati untuk sesaat.

    Bisa saja Hongjoong berpikir untuk mengubah identitas dan seluruh penampilannya, pergi jauh jauh dari tanah ini, dan hidup menjadi orang lain. Atau.. dia bisa saja merencanakan bunuh diri, sekarang juga dengan lompat dari tebing dan tenggelam ke dalam lautan luas, menyusul Owen. Namun sebagai manusia hidup, sudah pasti dia akan dipaksa tubuhnya sendiri untuk berenang ke permukaan.

     Dalam kenyataannya, tidak ada jalan untuknya lolos dari pengejaran, kemanapun dia pergi kecuali dia mati. Ya, hanya ada cara untuk menghindar. Bahkan jikapun rencana bunuh dirinya bisa diwujudkan dengan cara gantung diri atau lainnya, dia tidak ada niat melakukannya, karena jika dia benar-benar berniat, maka sudah dia lakukan semenjak dahulu. Bertahan hari demi hari, pekan demi pekan, merajut hari ini tanpa memikirkan masa depan adalah naluri alamiah yang sudah Hongjoong miliki semenjak kecil, seperti manusia yang terus bernapas selama masih ada oksigen di bumi.

  "Setelah ini, apa yang hendak kau rencanakan?" Tanya Yunho.

  "Pergi dari sini, menghindari Ayahmu dan semua antek anteknya sembari mencari tempat itu." Jawab Hongjoong.

    Yunho menekuk alisnya, "Tempat itu?"

  "Tempat dimana tidak ada kegelapan, Utopia." Hongjoong berdiri lalu menghadap Yunho yang masih bersimpuh di tanah, "keikutsertaanmu akan jadi awal perjalananku. Keputusan yang tidak bisa aku paksakan padamu, ikut atau tidaknya dirimu adalah hal yang sama sama aku hormati. Owen menitipkan salam padamu, bukan? Just keep swimming. Maka pilihan bunuh diri bukanlah yang diajukan untukku."

  "Aku tahu kau mencintai Ibumu dan tanah airmu, aku tidak mengajakmu untuk berkhianat padanya, tapi aku akan mengajakmu melihat bahwa dunia yang kita lihat berbeda. Setelahnya, berjanjilah jika kau akan menunjukkan dunia milikmu padaku." Hongjoong melanjutkan sambil mengulurkan tangannya. "Aku telah berjanji padamu, bahwa jika aku pergi maka akan aku bawa kau bersamaku. Bukankah itu yang kau inginkan?"

     Yunho tersenyum, senyum tulus yang memang sangat akrab dengan sosoknya sebagai bangsawan Elsworth. Tangannya yang hampir dua kali lebih besar dari Hongjoong menggapainya, Yunho mengangguk lalu berucap dengan suara lembutnya, "Selama aku bisa melihatmu, maka aku tak peduli dimana.. aku selalu bersamamu."

.
.

    Malam harinya, Yunho menghampiri sang Ibu yang sedang merajut di depan perapian ruang tamu megahnya. Langkahnya sedikit ragu ragu, namun sebisa mungkin Yunho tidak menunjukkan adanya keraguan atas keputusannya pada wanita paling dia cintai itu. Sampai di hadapannya, Yunho bersimpuh di bawah kakinya sambil meraih dua tangan selembut sutra itu.

  "Ibu, saya rasa sudah saatnya untuk mematikan lampu kamar saya untuk waktu yang lama, karena tidak ada lagi pemuda yang akan mengetuk jendela kamar saya." Kata Yunho.

     Mendengar perkataan putra tunggalnya, tak bisa bohong bahwa wanita itu merasakan sakit luar biasa di hatinya. Anak semata wayangnya, anak yang dia tunggu tunggu kelahirannya kala itu akan meninggalkannya. Namun bukan air mata, tidak, wanita itu tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika sampai air mata yang dia tunjukkan pada putranya untuk terakhir kalinya, makanya dia tersenyum. Dikecup lembut pipi dan kening pemuda yang sangat dia cintai ini sebagai wujud izin dan restunya.

  "Dimanapun kamu berada.." Wanita itu berbisik, "ingatlah bahwa di dunia yang kini penuh dusta—"

  "—kejujuran adalah tindakan revolusioner. Saya mengerti Ibu, saya akan mengingatnya." Ucap Yunho.

  "Lindungi dia, lindungi lautan yang sangat kau hormati." Katanya.

    Yunho mengangguk. "Akan saya lindungi, bahkan jikapun itu berarti saya menentang Ayah, akan saya lakukan."
 
 
     Pada malam itu juga, ketika Yunho melangkahkan kakinya keluar dari mansion mewah keluarganya, dia sadar sepenuhnya bahwa sejak detik itu, Ayahnya telah mengutuknya, telah menetapkannya sebagai pemberontak yang wajib dihukum mati. Memikirkan itu membuat Yunho takut, namun dia lebih takut dengan rasa sesal seumur hidupnya jika dia tetap tinggal. Duduk di kursi empuk sembari menonton kebohongan Yang Paling Agung dan menganggap hal itu sebagai kebenaran untuk selamanya jauh lebih mengerikan daripada mati.

    Hongjoong berdiri di samping pagar dermaga, menunggunya. Jubah panjang yang ia kenakan menutupi identitasnya dari orang orang yang juga akan menaiki kapal. Ketika Yunho sampai di hadapannya, pemuda itu menyunggingkan senyum dan Yunho terkejut, sudah sekian lama dia tidak lihat Hongjoong tersenyum begitu padanya, apa gerangan tiba tiba membuat dia terlihat bahwa mereka hanya akan pergi berwisata dan kembali minggu berikutnya?

  "Jarang sekali menonton senyummu itu, Hongjoong." Kata Yunho sambil berjalan mengikuti Hongjoong yang naik ke atas kapal bewarna kelabu itu.

  "Bukankah tidak apa sesekali mempertontonkan senyum begini? Kapan lagi aku bisa tersenyum jika tidak sekarang?" Jawab Hongjoong.

    Yunho tertawa, "kau jarang sekali tersenyum, setiap orang tahu fakta itu. Namun, bukan berarti aku tidak suka melihatmu begitu, aku hanya terkejut, ternyata pemuda berkepala batu sepertimu bisa tersenyum."

  "Tutup mulutmu!" Balas Hongjoong.

  "Kemana tujuanmu?" Tanya Yunho.

  "Se—"

  "Tuan Muda Elsworth?!" Sebuah suara berat itu mengejutkan mereka, Hongjoong menarik tudung jubah yang dia kenakan dan berjalan pergi dari sana, sementara Yunho menoleh ke sumber suara. Lantas dia temukan seorang pria gemuk dengan setelan baju rapihnya. Hal yang membuat Yunho terkagum, adalah warna rambut pria itu yang pirang terang, seakan melanin rambutnya benar benar telah menghilang.

  "Saya penasaran apakah saya salah mengenali seseorang sebagai dirimu naik ke atas kapal, ternyata saya tidak salah." Ucapnya sambil mengulurkan tangan.

    Yunho tersenyum sambil membalas uluran tangan itu. Tangan pria itu terbilang cukup halus untuk seukuran pria, tapi Yunho tak ambil pusing, mungkin saja pekerjaan pria itu hanya duduk di belakang tumpukan kertas sambil terus makan.

  "Apa yang membuat Anda menaiki kapal usang ini, Tuan?" Tanyanya.

  "Apakah saya tidak boleh melakukanya?" Tanya Yunho balik.

     Pria itu segera menggeleng sambil tertawa renyah, "Tentu saja boleh! Hanya mengejutkan bangsawan sekelas Anda bukannya menaiki kapal mewah justru malah menaiki kapal ini."

  "Anda sendiri? Bukankah itu juga bisa dipertanyakan karena keberadaan Anda di kapal ini?" Tanya Yunho.

  "Saya melaksanakan sebuah tugas, Tuan. Saya diminta untuk mencari putra angkat Owen Hamlin yang kabur itu. Semua orang percaya bahwa dia juga lah yang bertanggung jawab atas hilangnya mayat Owen yang belum sempat di bedah." Jawabnya, "Saya berkeliling di kapal ini guna mencari pemuda itu, jikalau Anda melihatnya, segera beritahu saya. Tuan Besar Elsworth pasti akan bangga pada Anda nantinya."

    Yunho tak berucap apapun lagi dan hanya tersenyum. Pria itu membungkuk sopan lalu melanjutkan pekerjaannya. Setelah orang itu pergi, Yunho berjalan ke arah Hongjoong yang sedang sembunyi dibalik setumpuk koper milik para penumpang.

  "Kau sudah memulai karir mu sebagai buron sepertinya." Kata Yunho.

  "Aku tak mau mendengarnya dari orang yang mencari mati dengan mengikutiku sepertimu." Balas Hongjoong.

    Yunho hanya tersenyum, dia duduk di salah satu bangku di sana sambil menatap air. Rambutnya tertiup angin laut yang membawa aroma menenangkan dengan sedikit sentuhan amis. Seringkali, Yunho benar benar melupakan bahwa dia seorang ningrat, dia lupa soal kedudukan keluarganya ataupun pangkat ayahnya setiap dia bicara dengan Hongjoong. Pemuda itu tidak memperlakukannya seperti bagaimana kau harus memperlakukan seorang bangsawan, entah memang sifatnya tidak sopan atau dia tak mau melakukannya khusus kepada Yunho.

  "Jangan melamun begitu, kau terlihat menyeramkan." Kata Hongjoong.

  "Oh, astaga, aku mungkin gila karena orang tadi mungkin akan melaporkan diriku kepada ayah. Selamat untukku, aku akan menjadi buronan sepertimu juga setelah ini." Balas Yunho.

     Hongjoong tertawa, "sebelum itu terjadi, maka banyak hal yang harus kita lakukan."

  "Hal seperti apa?" Tanya Yunho.

  "Masuk ke negara lain." Jawab Hongjoong.

.

    Kapal yang mereka tumpangi berlayar pelan mengikuti arus air dan angin laut. Hongjoong menyandarkan kepalanya pada pundak Yunho, matanya terpejam namun dia tidak tidur. Sementara Yunho hanya diam menatap langit malam musim panas yang dipenuhi oleh bintang.

  "Pernahkah kau dengar soal istilah bahwa Perang Ialah Damai, Hongjoong?" Tanya Yunho tiba tiba.

    Hongjoong tanpa membuka matanya menjawab, "Slogan yang mereka siapkan untuk dunia baru di Eropa. Paska perang salib, dunia terbagi atas beberapa kekuasaan yang sangat besar. Banyak pihak yang mengambil kesempatan di tengah konflik terbesar antara umat muslim dan umat kristen dalam sejarah. Para elite politik telah meramalkan hal itu dan mereka berencana membuat dunia baru, menyatukan semua kekuatan besar itu dalam satu wadah dengan slogan bodoh mereka, yaitu Perang Ialah Damai."

  "Ayah bergabung dengan rencana itu, mereka akan menciptakan dunia dimana hanya ada orang orang terpilih, mereka akan melakukan eliminasi kepada orang orang yang dianggap tidak diperlukan dalam dunia baru itu. Para seniman, pembuat anggur, politikus, filsuf akan berada dalam posisi paling aman, sementara yang menyandarkan hidup mereka pada agama dan belas kasihan akan dihilangkan." Jelas Yunho.

  "Eliminasi kau bilang?" Tanya Hongjoong.

    Yunho mengangguk, "Mereka menyadari potensi luar biasa dari wabah yang terjadi sebelum ini.. wabah Justinian, Black Death, mereka akan melakukan metode serupa guna mengeliminasi penduduk bumi sehingga hanya ada orang orang yang dibutuhkan."

  "Mereka akan membuat wabah?" Tanya Hongjoong.

  "Kudengar itu adalah masalah utama mereka, belum ada seseorang yang cukup muda untuk bisa mengabdikan dirinya menciptakan wabah dengan dampak serupa. Aku harap tak ada yang bisa melakukannya." Kata Yunho, "Para ilmuwan terbaik yang dimiliki oleh mereka sudah terlalu tua, dan mereka khawatir para ilmuwan itu tidak bisa menyelesaikannya selama masih hidup."

  "Mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan." Hongjoong berucap, "Seorang pemuda dari Jerman, pastilah ada satu yang bisa melakukannya."

  "Kenapa Jerman?" Tanya Yunho.

    Hongjoong tersenyum. "Hanya mereka yang bisa melakukannya. Tanah mereka yang keras, pekat dengan jiwa nasionalisme yang bisa kau sebut hampir radikal. Harga diri mereka yang berharga melebihi apapun dan kepribadian mereka yang kaku dan sulit didekati.. ya, semua hal itu cukup untuk jadi alasan hanya mereka yang bisa mewujudkan apa yang para elite ingin wujudkan. Because they're Germany, right?"

  "Just because they're Germany, itu tidak bisa membuktikan bahwa salah seorang dari mereka bisa melakukannya." Kata Yunho menanggapi.

    Hongjoong menggeleng, "Tidak semua di dunia ini terjadi dengan kebetulan. Semuanya bisa diprediksi, lihatlah sekelilingmu dan kau akan mengerti, Yunho. Ada beberapa orang pemuda, baik di masa kini, dahulu dan besok, mereka akan melihat dunia dengan sisi yang berbeda.. bukan seperti dirimu ataupun diriku, mereka akan melihat bahwa dunia membutuhkan beberapa permainan, dengan nyawa orang lain maupun diri mereka sendiri. Um, bagaimana kalian menyebutnya? Kumpulan orang orang nekat? Kurasa itu yang paling tepat. Beberapa dari mereka akan berjalan di atas jalan yang baik namun ada pula yang melenceng. Beberapa akan melakukannya untuk menyelamatkan dunia dan beberapa lagi akan menghancurkan dunia. Hal itu pasti terjadi."

  "Kau berkata seolah kau telah melihatnya sendiri." Kata Yunho.

  "Memang telah aku lihat." Jawab Hongjoong.

    Yunho diam, dia tak bicara apapun lagi. Terkadang apa yang Hongjoong katakan itu sedikit menyeramkan. Dia seakan meramalkan apapun yang dia bisa lihat, dan sejauh ini, dia belum meleset. Sama seperti ketika dia bilang pada Yunho jika dia telah mempersiapkan dirinya untuk kemungkinan paling buruk, yaitu kematian Owen. Dia akan mengembalikan Owen pada Darya yang sangat pria tua itu cintai seumur hidupnya, dia akan pergi, jauh dari negara yang menoreh luka menganga di hatinya.

  "Yunho," Hongjoong memanggil dengan suara lirih. Yunho menoleh, memberitahu Hongjoong bahwa dia mendengarkan.

  "Aku belum pernah melihatmu menangis. Bahkan ketika kau hampir saja mati karena tenggelam kala itu, kau tak juga menangis." Kata Hongjoong.

  "Kenapa aku harus menangis?" Tanya Yunho.

  "Beberapa orang menangis karena mereka sedih, beberapa lagi menangis karena mereka ketakutan, dan dirimu tak memiliki ketakutan apapun." Ucap Hongjoong.

  "Aku? Oh, tidak. Kau salah. Aku punya banyak ketakutan, lebih banyak dari yang bisa kamu bayangkan. Aku terbiasa untuk tidak menangis, karena Ibu juga tak pernah menunjukkan kesedihannya. Dia bilang manusia itu ibarat cermin, kita kau menangis, maka orang lain akan ikut menangis. Tak apa menangis namun jangan ajak orang lain untuk mengasihanimu. Jangan pernah sekalipun." Balas Yunho.

    Hongjoong lalu menatap lurus ke arah mata Yunho, "Kalau begitu, Yunho. Besok, ketika tiba waktu kita berpisah, jangan kau berani menangisi kematianku."
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
########

Halo, Hola!

Apa kabar kalian hari ini?
Semoga minggu ini adalah hari hari yang baik untuk kalian. Jikapun bukan, aku harap kalian baik baik aja, semua akan baik baik aja, pasti bakal baik baik aja, kok! Gapapa ^^

Jaga kesehatan jangan sampai sakit yaa..
Jangan lupa bahagia juga <3
 
 
Makasih udah baca!
 
Luv kalian semua ❣️❣️❣️
 
 
 

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

84.3K 13.3K 35
terjebak di dalam dunia magic? Started : 22/10/2020 Ended : 29/11/2020 highest rank : #2 - Yoshinori #6 - Haruto #2 - Mystery #11...
[2] Alarm | TXT ft. SKZ『√』 jey द्वारा

रहस्य / थ्रिलर

225K 57.5K 34
[TXT ft. SKZ series thriller 2] ❝Ssst, matiin alarm lo dan jangan berisik.❞
103K 33.2K 36
Wooyoung : "Kode terbaik yang nggak akan lekang oleh zaman adalah nge share lagu yang mewakili perasaan lewat SW." Yohan : "Lingsir Wengi gitu misaln...
257 65 36
Setelah Sohyun menceritakan tentang mimpinya yang terus berulang kepada kakak perempuannya, sang kakak berpendapat bahwa Sohyun mengalami lucid dream...