My Ale! (Side Story Of Raka)

By Rtan04

177K 29K 3.1K

Ale! Gadis barbar yang selalu mengejar-ngejar cinta seorang Raka Allandra. gadis yang selalu merecoki hari-ha... More

Prolog
MOS Hari Pertama
MOS Hari Kedua
MOS Hari Ketiga
Si Biang Kerok Yang Barbar dan Aneh
Tak Percaya
Ale Stres!
Rakambing!
Arjuna Mahendra
Gila
Dia.. Hebat
Dasar Cempreng!
Sepeda Legend
Sama-sama Stres
Zoo
Itu.. Suara Siapa?
Ikan Lele?
Sisi Lain Ale
Sisi Lain Ale 2
Calon Menantu
Paul?
Hari Bersejarah
Merasa Bersalah
Jadi Model Sampul Majalah?
Gempar
Keluarga Prik
Alana Depresi
Aneh Lo!
Biar Mandiri
Harus Jaim
Ale Sakit?
Heboh Sembriwing!
Pejantan Tangguh
Who Dis?
Gue Dijebak!
Gue Gak Butuh!
Gue Benci Lo!
Makan Malam Bersama
Mami Alin
Dikucilkan
Ale Menyeramkan!
Lepas Kendali
Terbongkar
GUE SUKA SAMA LO!
GAK MUNGKIN!
Merana
Bodyguard
Maju Terus Pantang Mundur!
Buah Hati
Raka Bucen!
Cengeng
Raka?!
Saranghae
Jadian
Pasangan Bucin!
Double Date
Ujian Terberat
Seharian Bersamamu
My Ale! Saranghae! (End)

Ngerusuhin Paul Karna Galau

1.8K 358 71
By Rtan04

Adit mengembang ngempiskan hidungnya melihat Raka yang sedang duduk di lobi sofa kantornya. Ia mendapatkan telepon dari resepsionisnya, jika ada anak laki-laki berseragam SMP mencari nama Paul. Tentu saja, Adit langsung tahu siapa anak laki-laki itu.

Dengan langkah lebar, dirinya keluar dari dalam ruangan dan berlari menuruni tangga darurat karena lift yang ia tunggu tak kunjung terbuka.

"Maaf Pak, saya sudah bilang kalau dikantor ini tidak ada yang namanya, Paul." Ucap resepsionis kantor Adit.

"Dia Paul, Tante. Kan udah saya bilang, Paul yang punya kantor ini." Jawab Raka.

"Maaf Dek, ini namanya Pak Adit."

"Dia Paul, Tante. Saya manggilnya, Paul."

Adit menyuruh resepsionis itu untuk kembali ke mejanya. Ia menatap Raka dan menariknya untuk ikut pergi ke ruangannya.

"Bolos lo?" Tanya Adit.

"Enggak, Paul. Cuma pergi diam-diam." Jawab Raka.

"Masih kecil udah pintar bolos lo!"

"Bukan bolos, Paul. Cuma pergi aja."

"Terserah lo, Caman!"

Setelah mengatakan itu, Adit dan Raka berdiri didepan pintu lift. Mereka berdua sama-sama diam dan saling menatap dari pantulan pintu lift.

"Ngapain lo kesini, Caman?" Tanya Adit.

"Galau." Jawab Raka.

"Apa hubungannya galau sama nyamperin gue?"

"Mau ngerusuhin, Paul."

"Wah! Idaman banget lo jadi calon mantu!"

"Paul."

"Hadir."

"Paul ambil anak lain aja. Biar Lele jadi punya saya."

Adit langsung mengupil mendengar perkataan Raka. Ia menghembuskan nafasnya dan merangkul bahu Raka. "Selagi masih belum bisa nyari uang sendiri, Bibit Unggul masih jadi hak milik gue."

"Saya bisa jadi model lagi, Paul." Jawab Raka.

"Gue gak mau punya mantu yang dicintai banyak orang. Kasian Bibit Unggul gue nanti."

"Saya minta warisan sama Papa kalo gitu."

"Gue blacklist langsung lo kalo mainnya minta warisan."

Raka memberengut mendengar perkataan Adit. Ia melepaskan tangan laki-laki paruh baya itu dan bergeser sedikit menjauh.

"Ceilah! Ngerujak lo?" Ejek Adit.

"Paul jahat." Jawab Raka.

"Jahat apaan gue? Kalo gue jahat, gak bakalan gue bantuin lo damai sama Bibit Unggul gue."

"Saya bilang sama, Papa."

"Bilang aja sono. Gak takut gue."

"Paul tega."

"Sungguh teganya, teganya teganya.."

Adit malah bernyanyi menjawab perkataan Raka. Ia berjoget sambil mencolek lengan Raka. Merasa Raka hanya diam dan menampilkan wajah datar, Adit mengehentikan jogetnya. Ia kembali merangkul bahu anak laki-laki itu dan membawanya masuk kedalam lift begitu pintu terbuka.

"Udah makan lo?" Tanya Adit.

"Udah." Jawab Raka.

"Makan apa lo?"

"Makan hati."

"Biasa ae lo kardus!"

Raka tertawa mendengar perkataan Adit. Ia melihat tombol lift dan merasa ada yang aneh disana. "Lift nya mati, Paul?"

"Mati? Enggak." Jawab Adit.

"Kenapa angkanya gak jalan-jalan?"

"Lo kata dia punya kaki bisa jalan?!"

"Kenapa gak sampe-sampe keatas maksudnya?"

"Sabar, elah!"

Setelah Adit mengatakan itu, pintu lift terbuka. Raka berjalan keluar dari dalam sana dan mengikuti Adit yang memotong langkahnya duluan masuk kedalam ruangannya.

"Gue banyak kerjaan. Lo diam aja duduk distu." Ucap Adit.

"Minta minum, Paul." Ucap Raka.

"Mau minum apa lo?"

"Air putih."

"Tuh, dikamar mandi gue banyak."

"Gak mau, mau air putih yang ada di minimarket didepan kantor."

"Nih, gue kasih uang. Beli sendiri sana. Terserah lo mau beliin apa lagi."

"Gak mau, mau nya Paul yang beliin."

"Gue botakin juga lo!"

Adit menyentil kening Raka. Ia mengacak-acak rambut anak laki-laki itu dan kembali keluar dari dalam ruangannya. Namun, ia kembali membuka pintu dan mencondongkan kepalanya kedalam.

"Jangan kemana-mana lo. Tunggu gue disitu." Ucap Adit.

Raka menganggukkan kepalanya mendengar perkataan Adit. Ia duduk disofa dan memandang seluruh isi ruangan kerja Adit.

"Bersih dan rapi." Ucap Raka.

Merasa bosan, Raka memainkan ponselnya. Ia memilih memainkan game online sembari menunggu Adit datang.

"Caman! Bukain!" Teriak Adit dari luar.

Cklek!

Raka membuka pintu ruangan dan terkejut begitu melihat banyaknya barang bawaan Adit. Ia langsung membantu laki-laki paruh baya itu dan memasukkan semua belanjaan yang ia beli kedalam ruangan.

"Paul mau jualan?" Tanya Raka.

"Ck! Gue beli semua dagangan yang ada didepan kantor! Biar gue gak mondar mandir!" Jawab Adit ngegas.

"Tapi ini kebanyakan."

"Biar lo kenyang dan gak kelaparan dikantor gue!"

"Bakso, ada Paul?"

"Ada! Tuh, yang dipasti putih!"

"Mangkuknya gak ada, Paul."

"Ambil didapur sana! Dilantai bawah paling pojok!"

"Ambilin, Paul."

"Manja amat lo!"

Adit mencubit pipi Raka karena merasa gemas. Ia kembali keluar dari dalam ruangan untuk pergi mengambil mangkuk. Tak lama, Adit kembali berteriak dari luar ruangan sambil menggedor-gedor pintu ruangannya.

"Caman! Bukain!" Teriak Adit kembali.

"Paul, jangan ter-"

Raka mengedip-ngedipkan matanya melihat banyaknya mangkuk, gelas dan piring yang dibawa Adit menggunakan troli. Ia membuka pintu lebar-lebar dan kembali membantu laki-laki itu masuk.

"Kita mau pesta, Paul?" Tanya Raka.

"Gue bawain semuanya! Daripada gue mondar mandir lagi!" Jawab Adit ngos-ngosan.

"Kan bisa minta tolong petugas kebersihan."

"Kenapa lo gak ngomong daritadi!"

"Lupa."

"Gue aduk juga lo!"

Adit berjalan ke meja kerjanya. Ia duduk dikursi dan kembali mengerjakan laporan yang harus ia selesaikan.

"Paul, bukain." Rengek Raka.

"Buka sendiri kan bisa." Jawab Adit.

"Susah."

"Lembek amat lo jadi cowok!"

"Tolong, Paul."

Raka memasang wajah memelas melihat Adit. Ia berjalan mendekatinya dan membawa mangkuk kedepan laptop pria itu.

"Lo manja amat dah! Ketempelan lo?" Ucap Adit.

"Gak boleh ya, Paul?" Tanya Raka.

"Bukan gak boleh."

"Terus?"

"Tumben-tumbenan aja lo."

Adit mengambil mangkuk dan bakso yang masih didalam bungkusan plastik. Ia membuka ikatan plastik bakso itu dan menuangkannya didalam mangkuk dengan perlahan.

"Nih, makan." Ucap Adit.

"Untuk Paul aja." Jawab Raka.

"Lah? Kan, lo yang mau makan."

"Paul, belum sarapan kan?"

"Tau darimana lo?"

"Perut Paul bunyi terus daritadi."

Mendengar itu, Adit terdiam. Ia memegang perutnya dan tetawa karena perkataan anak remaja laki-laki ini benar.

"Yuk, kita makan meja sofa." Ajak Adit.

"Saya minum aja Paul." Ucap Raka.

"Makan, gue paling gak suka makan sendirian."

Adit membuka satu bungkus bakso lagi. Ia menuangkannya didalam mangkuk dan menyodorkannya kepada Raka.

"Alasan lo kesini mendadak, apa sebenarnya?" Tanya Adit penasaran.

"Galau." Jawab Raka.

"Gak mungkin. Gak percaya gue. Jujur lo!"

Raka terdiam sebentar mendengar perkataan Adit. Ia menundukkan kepalanya dan melirik laki-laki itu. "Nanti, kalo Paul udah pindah, saya gak bisa kayak gini lagi."

Mendengar itu, Adit menghentikan makannya. Ia mantap Raka dan meletakkan sendoknya keatas meja.

"Kata siapa lo gak bisa kayak gini lagi sama gue?" Tanya Adit.

"Paul, pindahnya jauh." Jawab Raka dengan suara bergetar.

"Gue gak pindah. Cuma sementara aja disana."

"Tapi, pasti nanti lama pulangnya."

Adit berdiri setelah mendengar perkataan itu, ia berjalan mendekati Raka dan duduk disebelahnya.

"Zaman udah canggih. Lo bisa VC gue kalo kangen." Ucap Adit.

"Beda, pasti gak akan seasik ketemu langsung." Jawab Raka.

"Udah, lo jangan nangis. Nanti gue beliin lo tiket biar bisa nyusulin gue."

"Paul janjikan?"

"Janji gue."

Mendengar itu, Raka mengusap matanya. Ia berdiri dan mengambil tasnya. "Kalo gitu, saya pulang dulu Paul."

"Lah?! Trus, siapa yang makan ini semua?!" Tanya Adit panik.

"Untuk Paul aja. Kalo gitu, saya permisi dulu, Paul." Jawab Raka sambil menyalami tangan Adit.

Setelah itu, Raka berjalan keluar dari dalam ruangan. Ia mengusap air matanya dan terkekeh kecil karena bisa menghabiskan sedikit waktu bersama Adit.

Sedangkan Adit, ia menatap satu persatu makanan dan minuman yang ia beli. Lalu, ia mengacak-acak rambutnya frustasi dan berteriak kesal.

"Dasar anak Azka prik lo!!!"

20 September 2022

Tamat











Tapi boong 😂😂😂

Gimana? Sesuai janji ya, Mak double up hari ini 🤗

Bagaimana part ini???

Ada yang mau disampaikan???

Jangan lupa follow Instagram emak ya: rtan_04 🤗

Continue Reading

You'll Also Like

8.8M 947K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
3.9M 304K 50
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
4.5M 267K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
2.3M 125K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...