Kisah Kasih Luka (TAMAT di Ap...

By MELANuri3

188 16 5

Persahabatan keempat pria yaitu Abbas, Sajid, Hatta dan Raze. Memiliki cerita masing-masing terkhusus Sajid d... More

KKL PART 1
KKL PART 2

KKL PART 3

36 2 5
By MELANuri3

Wajah Raze memerah menahan amarah karena pukul delapan malam Abbas baru pulang. Abbas bahkan lupa untuk mengisi bensinnya. Hatta menenangkan Raze agar tak membuat keributan, mau bagaimana lagi? Memang Abbas selalu begitu.

“Dia tak pernah tepat waktu, selalu ingkar janji dan tak bisa bertanggung jawab,” tandas Raze dan Hatta melotot. “Biar dia dengar sekalian!” Suaranya tambah meninggi.

Sajid yang baru pulang dengan wajah kusut karena lelah itu menatap bingung ekspresi Raze.

“Aku ganti nanti, kenapa kamu emosian begitu?” seru Abbas sambil mengeringkan rambutnya yang setengah basah dengan handuk. Sajid mendesis karena itu handuknya.

“Kita di sini bersahabat tapi jangan seenaknya juga, dong! Aku juga butuh motor buat ke mana-mana tapi kamu seenaknya. Kamu sampai cuti kerja menghabiskan waktu dengan gadis tadi.” Raze benar-benar emosi dan Abbas menatapnya dengan saksama. Raze benar-benar marah padanya. “Kamu bahkan lebih mapan dari pada aku, apa tak bisa berusaha sendiri jangan terus mengandalkan kami?”

“Raze,” tegur Sajid pelan dan Raze mendelik.

“Pelit, lo! Gue ganti!” Abbas menyentak dan memberikan kunci motor dan uang seratus ribu. “Selesai, ya? Aku pusing mendengarmu terus mengoceh dari tadi.”

Raze meremas uang tersebut dan menjatuhkannya. Dia bangkit dan Abbas mengepalkan tangan. Keduanya sama-sama memandang dengan mata menyala murka.

“Bukan masalah duit, Bas. Ini masalah tanggung jawab, waktu, dan kesadaran diri.” Raze benar-benar meradang dan Sajid menariknya mundur. Raze memang paling kecil tapi jika dia marah, habislah sudah main tinju. “Kamu kebiasaan menyepelekan semuanya mentang-mentang sama teman. Tak bisa begitu, di mana-mana juga saling menghargai itu penting!”

“Sabar, sabar.” Sajid menahan kepalan tangan Abbas dan menyeretnya mundur lalu Hatta menarik Raze. “Kamu salah di sini, Bas. Apa salahnya minta maaf, kasihan Raze mungkin dia butuh pergi untuk membeli sesuatu sementara aku dan Hatta juga kan kerja. Kamu boleh meminjam apa pun tapi jangan terlalu lama dan usahakan memberi kabar.” Sajid berusaha menenangkan dan menepuk-nepuk pipi Abbas yang wajahnya tak kunjung berpaling dari Raze dengan tatapan brutal.

“Dari pagi, Jid!” Suara Raze serak.

Hatta menarik Raze pergi keluar dari rumah. Abbas tak kunjung sadar dengan apa yang dia lakukan, dia terus berpikir bahwa bocah seperti Raze benar-benar mempermalukan harga dirinya. Jika dia tak ditahan Sajid, mungkin dia sudah menghantam wajah bocah itu saking kesalnya.

Tidak ada niat sedikit pun di benak Raze untuk mempermalukan. Dia juga butuh barangnya, boleh dipinjam tapi jangan kebablasan.

Tapi Abbas, dia merasa terhina karena Raze menganggapnya tak bertanggung jawab, tak sadar diri, dan menyepelekan semuanya. Dia bersumpah dalam hati tak akan sudi memakai barang apa pun milik Raze.

Sajid susah payah menenangkan. Abbas akhirnya pergi entah mau ke mana dan sempat menabrak dada Raze sampai laki-laki itu meringis memegang dadanya. Sajid meminta Hatta dan Raze tak menyusul. Abbas akan pulang, dia yakin.

Serumah dengan keluarga sendiri saja pasti ada percekcokan apalagi bersama dengan kawan yang sejatinya orang asing. Sudah biasa dan Sajid dengan Hatta tak terlalu memusingkan hal tersebut. Keduanya juga lelah dan Sajid yang sempat membeli bahan makanan memasak di dapur kecil kontrakan mereka.

Luntang-lantung tidak jelas sambil mengisap rokok. Abbas mendesis ketika melihat banyak pesan masuk dari Nilam. Dia harus mengabaikannya jika ingin lepas. Toh dia sudah memiliki kekasih baru juga sekarang yang lebih baik dari Nilam. Isi pikirannya hanya perempuan.

Kepalanya tertoleh saat mendengar suara erangan. Elia sedang diganggu empat pemuda dan terus menatapnya berharap ditolong.

“Bang Abbas!” Elia menangis dan tubuh mungilnya sudah merapat ke tembok menghindari colekan tangan jahil mereka.

Abbas diam membeku hanya menonton lalu tersenyum miring. Bukan urusannya dan dia tak peduli, suruh siapa malam-malam gadis itu kelayapan?

“Bang, tolong!” jerit Elia dan menjatuhkan kantong plastik belanjaannya. “ABAAAANG!”

Abbas bangkit dan satu pemuda menoleh padanya. Elia tersenyum tipis karena melihat respons pria itu tapi nyatanya Abbas berlalu pergi sambil meletakkan ponsel di telinga, berbincang mesra dengan kekasihnya. Tangisan Elia semakin lantang dan seorang pria paruh baya kocar-kacir untuk menolong dan berpapasan dengan Abbas. Pria paruh baya itu memaki karena melihat sikap abai Abbas. Abbas tak peduli walaupun ia mendengarnya.

“Pergi!” teriak pria itu dan Elia merosot ketakutan. “Saya lapor polisi jika kalian macam-macam.” Dia merogoh sakunya dan keempat pemuda itu mundur menjauh saat melihat Sajid.

“Bang Sajid, Sajid, ayo pergi.” Mereka kelabakan padahal Sajid hanya menatap.

“Bang Sajid.” Elia menangis tersedu-sedu, mengadu sambil mencengkeram kuat baju Sajid.

“Mereka mengganggu anak ini,” kata pria paruh baya tadi dan Sajid menatap wajah sembab Elia.

“Tadi ada Bang Abbas tapi dia nggak mau nolongin Elia,” adunya dan Sajid mendesis.

“Terima kasih, Pak. Biar saya yang antar Elia pulang, dia anak ketua RT di sini. Para pemuda itu memang suka sekali iseng,” kata Sajid sambil tersenyum dan Elia terus menangis. Pria itu mengangguk dan memandang. Sajid pamit dan berjalan bersebelahan dengan Elia yang terus mengeluhkan sikap Abbas.

“Dia tak suka sama Elia jadinya nggak mau nolongin,” kata Elia dan Sajid menggaruk alisnya.

“Tapi dia bisa menolong karena rasa kemanusiaan. Maafin bang Abbas, ya? Biar nanti Abang tegur dia. Sekarang pulang dan istirahat, jangan ngomong apa-apa sama ayah kamu, nanti Abang ditanya-tanya,” kata Sajid pelan dan Elia mengangguk menurut.

Sajid berdiri menatap Elia sudah memasuki rumahnya yang berlantai dua, dia was-was takut anak polos itu mengadu. Si Abbas juga entah kesambet setan apa sampai begitu tidak peduli dengan sekitarnya. Elia masih belia, entakkan darinya pasti membuat para pemuda itu ciut tapi dia malah berlalu dengan entengnya. Sajid geram, entah harus bagaimana menegur sahabatnya itu. Tak suka Elia tak apa, tapi tidak sampai begitu juga kali.

Paginya Sajid berniat bertanya kemudian akan menegurnya tapi Abbas pergi subuh-subuh. Sajid tak bisa menahan dan Raze yang melihat juga tak peduli.

“Kenapa, Jid?” tanya Hatta sambil mengancingkan kemejanya.

“Semalam Elia diganggu anak-anak dari kompleks sebelah, Abbas ada tapi dia diam saja. Dia boleh tak suka Elia tapi tak begitu juga, Elia polos dan dia perempuan. Bisa-bisanya dia begitu,” katanya pelan sambil meraih kaos kaki.

Raze dan Hatta saling pandang lalu tersenyum.

“Kamu naksir bocah itu, Jid?” tanya Hatta. Keduanya sibuk menggoyangkan bahu lebar Sajid dan Sajid diam keheranan.

“Elia?” tanyanya dan keduanya mengangguk sambil mesem-mesem. “Idih! Dia masih kecil, aku tak suka lah. Dia itu lucu, baik, polos. Emang salah ya dengan sikapku ini?” Sajid bingung dan keduanya terbahak.

“Elia itu sudah lulus SMA kali, dia memang begitu rupa sama tingkahnya kayak anak SMP. Ya, umur kalian tak beda jauhlah kalau memang cocok seruduk saja.” Hatta sudah melantur lagi dan Sajid menatap jam dinding kemudian dia lekas pergi. Kedua sahabatnya mengira Sajid salah tingkah padahal tidak sama sekali.

***


Assalamu'alaikum.... Silakan yang mau lanjut baca mampir ke aplikasi karyakarsa (Cari aja di google play store)

Cerita ini sudah tamat. Bisa kalian baca dengan bayar perbab atau paketan secara langsung (FULL CERITA SAMPAI TAMAT DAN LEBIH HEMAT)

Terima kasih... Wassalamu'alaikum

Continue Reading

You'll Also Like

3.7M 40.5K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
1.1M 44.2K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
803K 51.9K 33
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
1.5M 137K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...