Fake Bride - BNHA Fanfict (Co...

By slayernominee

15K 2.4K 151

Berubah status dari rakyat biasa menjadi bangsawan, tidak membuat Midoriya bahagia. Karena dia sebenarnya han... More

Prolog
°1°
°2°
°3°
°4°
°5°
°6°
°8°
°9°
°10°
°11°
°12°
°13°
°14°
°15°
°16°
°17°
°18°
°19°
°20°
°21°
°22°
°23°
°24°
°25°
°26°
°27°
°28°
°29°
°30°
°31°
°32°
°33°
°34°
°35°
°36°
°37°
°38°
°39°
°40°
°The End°

°7°

365 69 1
By slayernominee

.
.
.
.
.

Midoriya bangun dari tidurnya dengan pemandangan cahaya pagi yang menembus masuk dari tirai jendelanya. Dia bangkit duduk dan mengusap mata, diam sejenak untuk berusaha menyingkirkan kantuk di matanya sebelum berdiri.

Terbiasa langsung mandi begitu bangun, Midoriya berjalan menuju pintu dengan masih setengah sadar. Biasanya Sumire sudah menyiapkan air di pemandian untuknya sebelum dia bangun.

Tangannya menggeser pintu terbuka. Ugh, semalam dia agak sulit tidur karena prajurit yang sibuk berjalan ke sana kemari menjalankan tugas jaganya–

"Selamat pagi, Putri. "

Midoriya hampir terlonjak, kantuknya seketika hilang saat dia menoleh ke arah suara.

Menemukan jika suara itu milik Kirishima, Midoriya kemudian menghela napas lega. Dia jarang mendengar suara laki-laki di kediaman timur, karena semua pelayannya adalah perempuan, jadi panggilan tadi mengejutkannya.

Jenderal itu tersenyum geli. "Maaf, apa saya mengejutkan Anda? "

"Ah, ya. Tidak apa. Aku hanya belum terbiasa dengan kehadiranmu. " Midoriya melihat posisi Kirishima yang berdiri tegak dengan sebelah tangan memegang pangkal pedangnya yang tersarung di pinggang. "Uhm, apa kau berjaga di sini semalaman?"

"Tidak, saya baru berganti jaga dengan prajurit sebelumnya sekitar pukul tiga pagi tadi. "

"Kalau begitu beristirahatlah, kau pasti lelah. "

Kirishima menggeleng. "Tidak perlu, tugas saya adalah menjaga Putri. Saya sudah cukup beristirahat semalam."

Seorang jenderal memang memiliki sikap tegas, Midoriya tidak akan bisa mengalahkan niatnya kalau Kirishima memang tidak mau istirahat.

"Baiklah, terima kasih banyak. Mohon bantuannya, Jenderal."

"Mohon panggil saya dengan senyaman mungkin, Putri. "

"Oh, kalau begitu... Kirishima-san." Midoriya menggaruk pipinya pelan. "Kau juga, tidak perlu terlalu formal denganmu. Aku tidak akan mempermasalahkannya. "

Midoriya hanya tidak terbiasa saja dengan Kirishima yang memanggilnya sebagai 'Putri'. Itu membuatnya merasa semakin bersalah dengan posisinya sebagai penipu.

Kirishima sempat ragu, tapi karena Midoriya terlihat sungguhan tidak mempermasalahkannya, dia pun berpikir.

"Nona? Midoriya-sama? " dia bingung memilih.

"Midoriya saja boleh kok. "

Kirishima terkejut. "Tidak bisa, itu terlalu lancang jika saya memanggil dengan hanya nama."

"Eh... padahal itu lebih nyaman untukku... " cicit Midoriya. "Baiklah, Nona saja kalau begitu. " Sumire dan Koshi, juga para pelayan dan penjaga lain selalu memanggilnya Nona, jadi itu yang paling biasa.

Setelah debat mengenai panggilan, akhirnya Midoriya pergi mandi. Setelah itu Sumire memanggilnya untuk sarapan. Midoriya melihat jika Kirishima berdiri di luar ruang makan sebelum dia mulai makan.

"Kirishima-san. " panggil Midoriya.

Kirishima menoleh. "Ya, Anda perlu sesuatu, Nona? "

"Ya, bisakah kau menemaniku sarapan? "

"Eh? " Kirishima mengerjap bingung.

"Kau belum sempat makan, kan? Masuklah. "

"Tidak apa, Nona. Sudah tugas saya berjaga saat Anda melakukan aktivitas. "

"Tidak akan ada yang terjadi selama aku makan, tenang saja. " bujuk Midoriya. Meski sebenarnya dia juga sedang menyugesti pikirannya sendiri bahwa dia tidak akan terancam sepanjang waktu.

"Ah, ya. Sebenarnya saya bisa saja bergabung..." Kirishima masih ragu.

Midoriya menoleh pada Sumire. "Bisakah kau menambah satu meja lagi, Sumire? "

Kepala pelayan itu mengangguk. "Tentu saja, Nona. Akan saya siapkan segera. "

Sumire beranjak pergi menyiapkan meja baru dan tambahan porsi sarapan. Setelah meja baru ditempatkan di seberang meja Midoriya, Kirishima dengan kikuk memasuki ruangan.

Meski dia jenderal tepercaya sekalipun, Kirishima belum pernah makan bersama dengan anggota inti istana. Midoriya adalah calon permaisuri, jadi dia sudah merupakan anggota penting istana.

Dengan canggung pria bersurai merah itu duduk dan menatap menu sarapan di hadapannya yang mengepul lezat.

"Silakan, jangan sungkan. Makan saja senyamanmu, kau juga boleh mengobrol santai di sini. Aku lebih suka dengan suasana seperti itu. " ujar Midoriya, mulai menyumpit makanannya.

Kirishima masih diam selama Midoriya, Sumire, dan dua pelayan lain mulai makan. Tak lama kemudian Midoriya berbincang santai dengan kepala pelayannya.

"Bagaimana dengan menu hari ini, Nona? "

"Ini lezat, aku selalu penasaran resep dari semua makanan yang kalian buat. "

Sumire tertawa kecil. "Pelayan di dapur akan senang mendengarnya. Bagaimana kalau sesekali Nona melihat ke dapur saat sempat? "

"Bolehkah? Aku sesekali memang ingin mencoba memasak sendiri di sini. "

"Tentu saja, kami akan menyambutmu dengan senang hati. "

Kirishima melihat jika Midoriya begitu akrab dengan kepala pelayan, hal yang tidak biasa untuk dia lihat. Di kediaman utama, saat-saat biasa seperti waktu makan akan menjadi waktu yang hening. Bakugou tidak suka banyak bicara, orang yang paling sering bicara padanya hanyalah Koshi yang notabene adalah penasehatnya sejak kecil.

Suasana di kediaman timur terasa begitu hangat, Midoriya seperti tak mempermasalahkan posisinya sebagai calon permaisuri dan berbaur dengan semua orang.

Kirishima tersenyum dan mulai menyantap sarapannya. Sesekali dia juga ikut dalam pembicaraan santai di ruang makan itu hingga tanpa sadar dia sudah menghabiskan makanannya.

Usai sarapan, Midoriya tetap berada di dalam bangunan kediaman timur karena larangan untuk keluar selama beberapa hari. Biasanya dia akan berjalan-jalan di taman untuk menikmati hawa pagi hari yang sejuk, tapi kali ini dia hanya berada di dalam ruang santai.

Membaca buku-buku yang tersedia atas permintaannya bulan lalu, Midoriya betah duduk diam dalam ruangan yang senyap. Hanya terdengar suara halaman yang dibalik, sisanya hanyalah burung-burung yang asik berkicau merdu di luar dan gemericik air dari sungai juga pancuran. Mungkin tugas untuk tetap diam di dalam tidak akan terlalu sulit baginya.

Selesai membaca satu buku yang sudah dia baca sejak lima hari lalu, Midoriya berdiri untuk mengambil buku lainnya. Saat dia mencapai rak, tanpa sadar dia mengulurkan tangan kirinya untuk mengembalikan buku ke atas rak. Lukanya yang masih belum sembuh benar mencubit perih seketika.

"Ah! " pekiknya pelan, buku jatuh dari tangannya ke lantai.

Kirishima yang sejak tadi berjaga di luar pintu ruangan terkejut, dia segera masuk ke dalam. "Nona, ada apa? " tanyanya dengan penuh siaga.

"Oh, bukan masalah besar. Aku hanya tidak sengaja menggerakkan tanganku terlalu cepat. " ujar Midoriya dengan memegangi sebelah tangannya yang berdenyut-denyut.

Kirishima melihat ke arah tangan kiri gadis itu. "Bolehkah saya memeriksanya sejenak? Saya khawatir jika lukanya kembali terbuka. "

"Uhm, ya, silakan. " Midoriya masih belum terbiasa dengan Kirishima yang menjadi penjaganya. Dia mengulurkan tangan kirinya.

"Permisi. "

Kirishima mengangkat lengan baju Midoriya dengan hati-hati. Memeriksa balutan perban di lengan atasnya sekilas, dia tak melihat adanya masalah. Dengan lega dia kembali menurunkan lengan baju gadis itu.

"Tidak ada masalah. Apa tabib sudah memeriksa lukanya lagi? "

"Belum, kurasa tabib akan datang siang nanti. "

"Begitu. " Kirishima mengambil buku yang terjatuh. Dia menawarkan untuk mengambilkan buku yang Midoriya inginkan.

Sisa waktu hari itu berlangsung cukup lambat, tapi Midoriya memiliki Kirishima sebagai teman bicaranya. Sumire tidak selalu bisa menemaninya, kepala pelayan itu juga sibuk mengurus dan mengawasi para pelayan di kediaman timur.

Sesekali Midoriya mengajak Kirishima untuk ikut pada hal yang dia lakukan untuk membuang bosan. Mungkin tidak baik jika membuat penjaganya menurunkan siaga dan mengajaknya untuk santai, tapi Midoriya tidak merasa nyaman jika Kirishima terus-terusan hanya diam menjaganya. Jadi dia memintanya untuk santai di waktu-waktu yang terlihat paling aman.

Pada hari ketiga, akhirnya Midoriya boleh keluar. Dia kembali menikmati dunia luar meski hanya dengan mengitari taman-taman kediaman timur yang luas. Dia belum boleh pergi terlalu jauh. Sebenarnya Midoriya juga jarang pergi dari kediaman timur sejak awal.

Meski boleh keluar, Midoriya punya masalah lain. Kirishima menjadi begitu siaga, lebih dari biasanya. Jenderal itu sangat mengamati sekitar dan tangannya selalu bersiap di sekitar pangkal pedangnya. Jika ada sesuatu yang mencurigakan sedikit saja, dia tidak akan segan untuk langsung mencabut pedangnya.

Midoriya tidak terlalu nyaman dengan hal itu, tapi dia juga sebenarnya khawatir jika serangan itu akan kembali terjadi. Meski dia yakin keamanan yang sekarang akan sulit untuk ditembus.

Saat berbelok di sudut taman, Midoriya terkejut saat Kirishima menghentikannya. Pria itu memandang siaga ke sosok yang berjalan ke arah merah dengan membawa sesuatu. Namun ternyata itu hanyalah tukang kebun yang membawa gunting rumput.

Insting jenderal itu bekerja karena gunting rumput salah dia kira sebagai senjata berbahaya. Sebenarnya iya, gunting rumput sekalipun bisa berbahaya, jika di tangan yang salah. Tapi tukang kebun itu adalah pria tua yang baik hati, dia jelas tak berani untuk macam-macam.

Baiklah, mungkin sudah sedikit berlebihan. Setelah keamanan yang ditingkatkan, Midoriya tidak tahan kalau Kirishima juga terlalu bersikap protektif.

"Kirishima-san. "

"Ya, Nona? "

"Mungkin... kau tidak perlu sewaspada itu. "

"Yang Mulia sudah memberi saya tugas untuk melindungi Nona, saya harus selalu waspada."

"Iya, memang benar. Tapi tempat ini sudah dijaga banyak orang. " Midoriya melihat pada prajurit jaga yang berlalu lalang. "Mungkin di sini kau bisa sedikit menurunkan waspadamu, kau tidak menjagaku sendirian. Nanti saat keluar dari tempat ini, barulah kau menaikkan siagamu. Bagaimana? "

Kirishima melihat jika perkataan Midoriya ada benarnya juga. "Baiklah. Maaf jika saya membuatmu tidak nyaman, Nona. "

"Tidak masalah, yang penting kau sudah paham. " Midoriya tersenyum dan melanjutkan langkahnya.

.
.
.
.
.

Selama seminggu Kirishima sudah menjadi penjaganya. Karena pria itu bersama dengannya lebih sering dari Sumire, Midoriya mulai berpikir jika dia ingin percakapan mereka jauh lebih santai.

Midoriya pun mengganti memanggil menjadi 'Kirishima-kun'. Sebagai gantinya, Kirishima boleh memanggilnya hanya dengan nama. Meski awalnya Kirishima keberatan, tapi lama-lama dia pun terbiasa. Hanya saja panggilan santai itu dilakukan ketika hanya ada mereka berdua saja. Selain itu panggilan tetap dilakukan seformal mungkin.

Hari itu Midoriya mendengar kabar jika orang yang saat itu menyerangnya sudah tertangkap. Dia adalah seorang pembunuh bayaran. Namun hanya itu saja yang diketahui.

Kediaman utama belum berhasil mendapat info lain karena pembunuh itu menutup mulutnya rapat-rapat. Dia menolak bicara meski pihak istana mengancam.

"Untuk saat ini dia masih ditahan di penjara bawah tanah. Yang Mulia masih memberinya waktu untuk bicara sebelum nantinya dia akan dihukum berat." ujar Kirishima.

Midoriya menghela napas. "Kuharap dia akan segera bicara sebelum hukuman menimpanya... Apa istana bisa menghukum mati tanpa menerima info apapun? "

"Ya, bisa saja. Jika kesabaran Yang Mulia sudah habis, maka dia akan tetap dihukum meski tak ada informasi yang terkuak. "

Mengerikan. Kehidupan bangsawan dan istana itu mengerikan. Midoriya merindukan kehidupan damainya sebagai rakyat biasa.

Hari beranjak gelap. Kirishima menganjurkan Midoriya untuk segera masuk. Dengan penjagaan ketat sekalipun, situasi tetap lebih berbahaya jika malam tiba. Kurangnya cahaya mengurangi keefektifan penjaga.

Midoriya mengangguk, memasuki kediaman timur dan menghabiskan waktu hingga waktu istirahat tiba nanti.

.
.
.

Kediaman timur kembali mendapat kabar putra mahkota yang akan berkunjung. Para pelayan sibuk bersiap untuk kedatangan Yang Mulia.

Sedangkan Midoriya, dia hanya duduk di ruangannya tanpa memedulikan kesibukan yang ada. Riasan yang Sumire pakaian padanya pagi tadi masih terlihat bagus, jadi dia tidak merasa perlu dipoles ulang. Yang akan dikunjungi adalah dirinya, tapi Midoriya menjadi orang yang paling tenang di sana.

Kirishima awalnya mengira Midoriya hanyalah tipe gadis yang tidak mudah panik, tapi dia melihat jika tak ada wajah bahagia dari Midoriya. Mendapat kunjungan dari putra mahkota, yang terutama adalah calon suaminya, seharusnya menjadi hal yang mendebarkan karena tidak setiap saat mereka bisa bertemu.

"Midoriya, kau baik-baik saja? " tanya Kirishima.

Gadis itu menoleh. "Huh? Ya, aku baik-baik saja."

"Ah, maaf. Hanya saja, kau tidak terlalu bersemangat dengan kedatangan Yang Mulia. Kupikir kau sedang tidak enak badan. "

Midoriya tersenyum kecil. "Karena aku tahu dia pasti datang hanya karena paksaan Koshi. " pikirnya.

"Kirishima-kun, aku memberitahumu ini karena kau penjagaku. Tapi sebenarnya hubunganku dengan Yang Mulia tidaklah begitu baik. " Midoriya memutuskan untuk sedikit jujur.

"Sejak awal kami berdua tidak saling kenal. Kemudian tiba-tiba diputuskan akan menikah, itu tidak mudah untuk diterima begitu saja. Jadi yah, meski kami sudah bertunangan, aku dan Yang Mulia masih seperti orang asing."

Kirishima terdiam. Di acara tunangan kemarin, dia berpikir putra mahkota dan Midoriya sangat serasi. Jadi meski dia tidak tahu Midoriya adalah gadis seperti apa, dia mendukung hubungan mereka.

Mengetahui kebenaran itu membuat Kirishima sedih dan bersalah. "Maaf, kau terlihat bahagia di acara kemarin. Jadi kupikir... "

Midoriya tersenyum lembut. "Tidak apa. Memang aku sendiri yang berniat tersenyum sebaik mungkin saat itu. Justru aku minta maaf kalau kau jadi tertipu."

"Menurutku itu pilihan terbaik. Justru jika kau tidak tersenyum maka seisi istana akan banyak berkomentar miring padamu. "

Itu barulah setitik tipuan yang dia ungkap pada Kirishima. Jika sampai perannya sebagai penipu besar di istana terungkap, entah reaksinya akan seperti apa.

"Jadi kau sedang berusaha untuk mengembangkan hubungan kalian, ya? Kalau begitu sebagai penjagamu aku akan membantu sebaik mungkin! " Kirishima mendengus semangat.

Midoriya hanya bisa tersenyum dan berterimakasih pada niat baik sang jenderal itu.

Sekitar satu jam kemudian Bakugou akhirnya tiba bersama Koshi. Kali ini dia bergabung dengan acara makan siang. Sikapnya masih dingin, tapi dia lebih banyak bicara dibanding sebelumnya. Meski topik pembicaraan hanya sekedar hal ringan biasa.

Usai makan siang selesai, Bakugou bersiap kembali ke kediaman utama. Seperti biasa dia masih dengan jujur bersikap sibuk, tidak basa basi mengulur waktu.

"Bagaimana dengan penjagaannya? " tanya Bakugou sebelum dia keluar dari ruang makan, merujuk pada Kirishima. "Apa ada masalah? "

Midoriya menggeleng. "Tidak ada, Jenderal Kirishima melakukan tugasnya dengan baik. Saya merasa aman dalam penjagaannya. "

"Baguslah kalau begitu. " Bakugou melihat pada Kirishima yang berdiri di belakang Midoriya. "Awasi juga prajurit di sini, pastikan mereka bekerja dengan benar. "

Pasukan penjaga di kediaman timur tidak diganti dengan pasukan baru setelah insiden yang lalu. Meski Bakugou sudah berniat untuk mengganti, tapi dia masih mau memberikan kesempatan kedua setelah pemimpin pasukan memohon padanya. Namun jika terjadi sesuatu lagi karena kelengahan mereka, maka Bakugou tidak akan segan untuk memecat mereka.

Kirishima membungkuk hormat. "Saya mengerti. "

Usai Bakugou pergi, Koshi masih berada di kediaman timur untuk bicara dengan Midoriya.

"Nona, meski masih dalam masa penyembuhan, apa saya boleh minta tolong akan sesuatu? "

Midoriya mengangguk. "Selama aku bisa melakukannya. Ada apa? "

"Mulai besok, bisakah Nona mulai belajar untuk mengurus beberapa tugas Yang Mulia? "

"Eh? Tugas Yang Mulia? "

"Ya, sebenarnya Nona baru akan membantu tugas Yang Mulia setelah kalian menikah nanti, tapi karena menumpuknya tugas istana saya pikir mungkin Nona bisa mulai belajar mengurus beberapa hal kecil."

"Ah, begitu. Baiklah, besok aku akan mencobanya. " Midoriya menyetujui. Meski dia sebenarnya cemas dengan tugas negara macam apa yang akan dia tangani.

"Terima kasih banyak, Nona." Koshi membungkuk hormat. "Maaf karena harus memintamu melakukannya, tapi istana tengah sangat sibuk melebihi ekspetasi. "

"Tidak masalah, aku paham soal itu."

"Kalau begitu saya permisi. "

Koshi pun pergi menyusul Bakugou kembali ke kediaman utama. Meninggalkan Midoriya yang mulai gugup memikirkan hari esok.

.
.
.
.
.

Continue Reading

You'll Also Like

156K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
1.1K 273 44
"𝘋𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘋𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘵𝘶. 𝘛𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢...
506K 37.6K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
173K 14.4K 24
{END} yakkk seperti judulnya ini ff yaribu.. (m/n) takashi kakak berbeda 1 tahun dari tono yang ikut pindah bersama tono takashi ke sekolah khusus pr...