Istri Mas Duda [End]

By Mentarijelita_

1.6M 124K 1.9K

"Gue dimana sih? Kamar siapa lagi ini? Kalau kamar gue bukan kayak gini" "Ini lagi pada kenapa sama tubuh gue... More

pembukaan cerita
[1] gara-gara boneka bebek
[2] soal pernikahan
[3] Mas Duda
[4] ditinggal pergi Mas Dud
[5] Ananta Dewantara
[6] makan siang bersama
[7] dia Melodi
[8] kantor Arkan
[9] penjelasan Arkan
[10] pasar malam
[11] Anta, Aska dan jajanan
[12] nasi goreng udang
[13] kemarahan Arkan
[14] kerumah sakit
[15] Anta sembuh
[16] perhatian Arkan
[17] pagi yang mengejutkan
[18] kunjungan mertua
[19] satu kamar
[20] luka Refan
[21] cerita Amara
[22] gombal yang gagal
[23] Amara & Kelvin
[24] ke danau
[25] tetap sama
[26] pembagian raport
[27] ke pantai
[28] Arkan yang menyebalkan
[29] ke mall bareng Refan
[30] happy birthday Anta!
[31] tewasnya Amara
[32] hari terakhir, mungkin
[33] kembali pada kehidupan dulu
[35] kembali bertemu
[36] cerita Arkan
[37] restu
[38] Kelvin dan gadis itu
[39] antara Kelvin dan Anta
[40] putri Arkan dan Amara
[41] flashback Refan
[42] Andira Dewantara (Dila)
Mau Promosi😁

[34] mereka, kembali?

35.1K 3.4K 226
By Mentarijelita_

Percaya kah kalian jika sudah tiga tahun lebih Amara berada dalam tubuhnya kembali? Percaya atau tidak tapi itulah yang terjadi, tiga tahun yang tak mudah untuk Amara lewati sendiri. Masih dengan bayang-bayang masa lalu, tapi sekarang semuanya seakan berubah, kehidupan Amara mulai membaik.

"Mara berangkat duluan, bye mami papi dan buat lo Van, buruan makan, keburu telat sekolah nanti" Tunjuk Amara kearah Refan yang sangat lelet menghabiskan nasi goreng didalam piring.

"Udah sana berangkat, udah ditungguin tuh didepan" Kata Refan rada malas, pemuda yang kini sudah menginjak kelas dua belas SMA itu makin sehari makin menunjukkan taringnya yang dulu bersembunyi dibalik bulu yang lebat.

"Ck! Jangan suka bikin masalah di sekolah, kasian mami yang setiap bulan pasti dipanggil guru bk karena ulah lo" Decak Amara kemudian bergegas keluar karena takut membuat orang diluar lama menunggunya.

Dengan langkah lebar dan senyum manis terbit dari sudut bibirnya mengantarkan Amara menuju teras depan dimana seorang laki-laki yang tengah bersandar di bagian depan mobil, ditambah kaca mata hitam yang bertengger dihidung mancung nya membuat Amara terkekeh. Contoh laki-laki yang sangat narsis didepan perempuan dan itu laki-laki di depannya itu.

"Maaf karena udah bikin kamu nunggu lama" Ucap Amara tak enak hati, ini karena tadi dirinya harus sarapan dulu sebelum berangkat ke kampus.

Lelaki itu berjalan mendekat kearah Amara kemudian melepaskan kaca mata hitamnya "biasa aja kali Ra, pakek acara ngomong kamu lagi. Biasanya lo manggil gue Vin kalau nggak Kel" Ujar Kelvin.

Ya lelaki itu adalah Kelvin yang kini sudah bisa disebut sebagai sopir pribadi Amara, karena setiap pagi atau siang tak pernah absen menjemput Amara untuk ke kampus. Walaupun jurusan mereka berbeda dan semester mereka terpaut dua semester tapi Kelvin tetap kekeh ingin mengantar Amara, sekalipun dirinya sedang tak ada jadwal ke kampus.

"Itu pasti bekal buat gue" Kata Kelvin dengan percaya diri bahkan sampai ingin meraih kotak bekal ditangan Amara.

Buru-buru Amara menjauhkan kotak bekal itu dari jangkauan Kelvin lalu menatap tajam kearah Kelvin "enak banget tuh mulut kalau ngomong, nggak, mana ada nih kotak bekal buat lo. Yang jelas ini buat gue sendiri, ya kali gue mau bagi-bagi sama lo" Sinis Amara.

"Yah sayang banget, padahal gue mau. Mana gue belum sarapan pagi lagi cuma buat jemput lo" Ucap Kelvin dengan tatapan memelas tak juga membuat Amara luluh.

Menjulurkan lidah kearah Kelvin Amara buru-buru masuk kedalam mobil, membuat Kelvin juga langsung masuk kedalam mobil.

"Jahat bener dah,"

Memutar bola mata malas Amara melirik sekilas Kelvin dengan ujung matanya "Kel, buruan jalan deh. Gue nggak mau telat, mana hari ini ada dosen baru pengganti Pak Ilham. Jangan sampai gue ngeliatin tingkah buruk gue didepan tuh dosen"

"Buruan jalan, napa sih lo?" Sentak Amara kesal membuat Kelvin langsung menghidupkan mobilnya lalu menjalankannya menjauh dari halaman rumah Amara.

Nampak selama perjalanan Kelvin lebih diam dari biasanya. Padahal setiap didalam mobil dia selalu mengajak Amara berbicara sampai Amara sendiri jadi malas meladeni obrolan yang kadang kurang jelas dari Kelvin.

"Lo jangan sampai suka sama dosennya loh" Kata Kelvin tiba-tiba yang seperti tidak suka dan melarang Amara yang membuat Amara langsung menoleh kearah Kelvin.

Melihat ke terdiaman Kelvin membuat ide jail muncul dari pikiran Amara "emm emangnya kenapa? Kalau dosennya masih muda terus ganteng ditambah masih lajang langsung gas nggak ada salahnya kan, gue juga mau punya pasangan" Ucap Amara berniat membuat Kelvin kesal karena selama ini setiap laki-laki yang ingin mendekati dirinya harus berhadapan terlebih dahulu dengan Kelvin, entahlah lelaki itu terlalu menjaganya dari para lelaki yang ada di kampus.

"Lo udah lupain Ar---"

"Shuut, gue nggak mau ngomong lagi sama lo sebelum lo traktir gue dikantin nanti" Potong Amara melipat kedua tangannya didepan dada lalu tatapannya terfokus pada mobil yang ada didepan.

Beginilah kalau Kelvin mengungkit nama sakral yang sangat Amara hindari selama tiga tahun ini dan selama itu pula tak jarang Kelvin memergoki Amara yang menangis sendiri. Perjuangan Amara untuk menjalankan hidup normal tanpa kehadiran dua orang itu kini membuahkan hasil, dimana Amara mulai bisa berinteraksi dengan banyak orang. Dulunya orang yang dekat dengan Amara bisa dihitung jari dan itu bukan keluarga dekatnya.

"Iya nanti gue traktir"

•••••

Turun dari mobil Kelvin Amara langsung menuju kelasnya, tak ada acara perbincangan yang biasa terjadi saat mereka menuju kelas. Bahkan Amara meninggalkan Kelvin begitu saja tanpa sepotong kata.

Hatinya kembali bergemuruh mendengar nama itu. Bukan, bukan Amara ingin melupakan orang itu tapi dirinya tak bisa terus-menerus memikirkan orang yang belum tentu bisa bersamanya lagi.

Dirinya tak ingin berharap lebih pada apa yang sangat mustahil untuk terjadi di kehidupannya yang ini. Dirinya ingin hati kembali membaik dan menjalani hidup dengan tenang tanpa bayang-bayang masa lalu. Sudah tiga tahun, bukan waktu yang sedikit untuk Amara belajar hidup tanpa kehadiran kedua orang itu.

Amara meletakkan tasnya diatas meja lalu mengeluarkan satu buku binder warna biru, tak lupa satu pulpen. Tak ada yang dia lakukan selain mencoret kertas disana sambil merebahkan kepalanya diatas meja. Moodnya memburuk saat pagi begini, itu bukanlah hal yang baru untuk dia alami.

Entah sudah berapa menit terlewat tapi tak ada tanda-tanda dosen akan masuk. Apakah dosen itu tak datang? Tapi tak mungkin, bukankah kata Pak Ilham dosen pengganti akan datang hari ini.

"Eh, sayang banget dosennya nggak bisa masuk hari ini. Katanya lagi ada acara mendadak" Ucap salah satu cewek dengan bandana merah di kepalanya yang duduk didepan meja Amara.

Terdengar helaan nafas dari orang yang lain dan tak bukan adalah Neli si maniak cogan "Yah sayang banget, padahal yang gue tahu tuh dosen tampan banget, nggak kalah sama oppa-oppa korea pokoknya"

"Gue juga denger kalau dosennya tuh duda, mana masih muda udah menduda aja. Kalau gitu ceritanya gue mau deh jadi istri keduanya"

Amara hanya mendengar obrolan sekelompok mahasiswi di depannya itu tanpa ada niatan untuk gabung. Ingatkan dirinya kalau moodnya belum kembali membaik karena kejadian tadi pagi.

"Nel, dosennya nggak masuk ya?" Tanya Amara membuat Neli menolehkan kepalanya kebelakang.

"Iya, tadi dikirimin chat di grup. Lo nggak baca" Amara menggeleng lalu bangkit dari duduknya berniat keluar.

"Kalau ada apa-apa tolong telfon gue ya, soalnya gue mau ke kantin dulu mau ngisi perut"

"Sip"

Dengan tas di punggungnya Amara melangkah keluar dari kelas berjalan melewati koridor kampus yang bisa dibilang cukup panjang dan sepi. Pasti orang-orang tengah berada didalam kelas, berbeda dengan dirinya.

Tunggu,

Kenapa dirinya merasakan ada seseorang yang sedari tadi mengikuti dirinya dari belakang. Memberanikan diri untuk menoleh kebelakang Amara tak mendapati siapapun kecuali jejeran bangku panjang dan sejumlah tanaman. Dengan perasaan was-was Amara mempercepat langkahnya untuk cepat sampai di kantin.

Perasaan Amara makin tak karuan saat sepertinya orang itu semakin dekat dengan dirinya, di satu sisi dia tak berani untuk menoleh kebelakang untuk kedua kalinya.

"Mama Mara~~"

Deg

Ke-kenapa dengan hati Amara sekarang, rasa hangat tiba-tiba menjalar di seluruh tubuhnya saat mendengar suara yang sangat familiar bagi pendengarannya.

Saat dirinya ingin menoleh disaat itu pula wajah Kelvin berada di belakangnya membuatnya kaget bukan kepalang. Sampai secara reflek dia menabok wajah tampan itu, ya Amara mengakui jika wajah Kelvin tampan tapi jika dibandingkan dengan wajah Mas Dud maka akan kalah jauh. Kenapa dirinya malah kembali memikirkan nama dia lagi.

"Ayo kekantin, gue yang traktir" Ucap Kelvin dengan cengiran menyebalkan yang sangat ingin Amara tabok bibir itu.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Amara kurang suka bahkan kini wajahnya jadi cemberut.

"Sengaja ngikutin lo" Cuek Kelvin mengikuti raut wajah Amara.

Dengan kesal dia memukul bahu Kelvin "jadi lo yang ngikutin gue dari tadi? Sampai takut gue, kirain orang jahat"

"Mau banget dijahatin sama orang, udah ah kita ke kantin. Masih sepi nih pasti" Kelvin merangkul bahu Amara kemudian kedua orang itu langsung menuju kantin yang tinggal setengah koridor lagi. Bukankah sudah dibilang kalau koridor begitu panjang.

Sedangkan tak jauh dari tempat Amara berada tadi lebih tepatnya perpotongan koridor dengan toilet terlihat dua orang berbeda generasi tengah berada disana. Seorang anak kecil nampak terisak dalam pelukan seorang laki-laki yang menggunakan kemeja hitam.

"Mama Mara" Lirih anak itu menunjuk ke arah koridor yang sudah sepi. Air mata terus mengalir dari mata bulatnya dan tak dapat dihentikan.

Laki-laki itu mengusap punggung anaknya agar tenang "iya, papa tahu. Tapi Anta ingat kan kalau kita nggak boleh langsung ketemu mama Mara kayak gini? Kita tunggu dulu ya" Ucap laki-laki dengan suara lembut.

Sebenarnya dirinya juga sulit untuk mengendalikan diri agar tak langsung mendekap pemilik tubuh yang sangat dia rindukan selama ini. Tapi dia juga tak ingin membuat Amara terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.

"Tapi Anta kangen mama Mara" Ucapnya dengan suara bergetar.

"Papa juga,"

Laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah Arkan menggendong tubuh Anta yang kini sudah mulai besar dan Anta menyembunyikan wajahnya diceruk leher Arkan, masih dalam keadaan menangis.

"Anta mau peluk mama Mara" Bisik Anta tepat di telinga Arkan membuat Arkan tersenyum.

"Nanti kita peluk sama-sama ya, pasti mama Mara kangen sama kita" Ucap Arkan membuat Anta mengangguk.

Kini keduanya kembali menuju ruangan milik Arkan. Tadi saat mereka menuju toilet tanpa sengaja malah melihat Amara yang berjalan sendirian di koridor membuat Anta berniat mengikuti hingga tapi disaat itu pula seorang laki-laki malah menghampiri Amara balik.

•••••

Wah apaan nih? Siapa yang kangen sama kehadiran si duda sama anaknya. Akhirnya aku bisa munculin mereka dipart kali ini dan kedepannya.

Untuk masalah publish aku nggak jamin kapan dan hari apa. Kalau emang udah selesai aku bakal publish terus dan juga tergantung sama kuota.

Untuk part ini jangan lupa vote dan komen. Masa iya udah capek nulis nggak ada yang vote atau bahkan komen.

Sampai jumpa di part selanjutnya papayyyy!!

Continue Reading

You'll Also Like

195K 12.5K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
2.8K 284 21
Bagaimana jadinya jika kamu dijodohkan dengan seorang Idol yang sangat terkenal namun kamu tidak menyukainya? Dan bagaimana jadinya jika kamu seorang...
1.9M 89.3K 46
Di satukan oleh keponakan crush Kisah seorang gadis sederhana, yang telah lama menyukai salah satu cowo seangkatannya waktu sekolah dulu, hingga samp...
2.1M 161K 46
Maira,murid sma nakal yang jiwanya masuk kedalam tubuh Airin istri dari seorang presma dan memiliki sifat baik dan penurut. ----------------------- �...