Istri Mas Duda [End]

By Mentarijelita_

1.7M 129K 1.9K

"Gue dimana sih? Kamar siapa lagi ini? Kalau kamar gue bukan kayak gini" "Ini lagi pada kenapa sama tubuh gue... More

pembukaan cerita
[1] gara-gara boneka bebek
[2] soal pernikahan
[3] Mas Duda
[4] ditinggal pergi Mas Dud
[5] Ananta Dewantara
[6] makan siang bersama
[7] dia Melodi
[8] kantor Arkan
[9] penjelasan Arkan
[10] pasar malam
[11] Anta, Aska dan jajanan
[12] nasi goreng udang
[13] kemarahan Arkan
[14] kerumah sakit
[15] Anta sembuh
[16] perhatian Arkan
[17] pagi yang mengejutkan
[18] kunjungan mertua
[19] satu kamar
[20] luka Refan
[21] cerita Amara
[22] gombal yang gagal
[23] Amara & Kelvin
[24] ke danau
[25] tetap sama
[26] pembagian raport
[27] ke pantai
[28] Arkan yang menyebalkan
[29] ke mall bareng Refan
[30] happy birthday Anta!
[31] tewasnya Amara
[33] kembali pada kehidupan dulu
[34] mereka, kembali?
[35] kembali bertemu
[36] cerita Arkan
[37] restu
[38] Kelvin dan gadis itu
[39] antara Kelvin dan Anta
[40] putri Arkan dan Amara
[41] flashback Refan
[42] Andira Dewantara (Dila)
Mau Promosi😁

[32] hari terakhir, mungkin

41K 3.3K 205
By Mentarijelita_

Seakan bumi tau kesedihan yang tengah dirasakan oleh sejumlah orang yang kini berada didepan sebuah gundukan tanah yang masih basah, ditambah taburan bunga yang masih segar. Langit yang memang sudah sedari tadi pagi tak menampakkan sedikitpun cahaya matahari begitu mengambarkan bagaimana keadaan hati seorang laki-laki yang berjongkok didepan makam istrinya yang meninggal semalam.

Tak ada kata maupun suara yang terdengar disana, seakan semua membisu membiarkan laki-laki itu dengan dunianya. Satu persatu orang yang tadinya mendampingi mereka perlahan pergi, hingga meninggalkan beberapa orang lagi.

"Saya langsung pulang ya," Ucap Geladis yang sebenarnya masih syok karena mengetahui kematian sang anak yang begitu tragis. Padahal semalam dia baru saja melihat senyum manis dari anaknya itu, tapi mengapa bersamaan dengan dirinya yang sudah pulang disaat itu pula berita tentang kematian Amara menyebar.

Raden menggenggam tangan istrinya menuntun untuk menjauh dari gundukan tanah itu, dirinya juga sama masih tak percaya akan apa yang terjadi pada anak semata wayangnya.

Kepergian kedua orang tua Amara diikuti oleh kedua orang tua Arkan yang ingin memberi ruang kepada ayah dan anak itu yang sama-sama terlihat tak baik-baik saja.

Tinggallah Arkan dan Anta disana berjongkok bersebelahan, Anta memandang lekat papan yang bertulisan nama sang mama yang kini sudah tak ada. Padahal dirinya belum mencoba untuk membahagiakan orang tersebut.

"Papa" Lirih Anta menoleh kearah Arkan dengan mata sembab karena menangis membuat Arkan harus menatap anaknya itu.

"Kenapa mama pergi? Kita jahat ya Pa? sampai mama harus pergi ninggalin kita?" Tanya Anta dengan wajah polosnya membuat Arkan tak dapat berkata-kata. Hatinya sakit, benar kata Anta. Mungkin dirinya dulu terlalu jahat dengan Amara, mengabaikan gadis itu tapi disaat gadis itu sudah pergi dirinya merasa tak rela. Karena nama Amara sudah mengisi sebagian hatinya atau malah sepenuhnya.

Arkan memaksakan senyum di bibirnya "Anta, dengerin Papa ya. Mungkin kita sempat buat Mama Amara marah atau kecewa, tapi yang jelas Mama Amara sayang... Banget sama kita" Ucap Arkan parau, seakan suara tercekat ditenggorokan.

"Sekarang Mama Amara udah bahagia disana, nggak ada lagi yang bikin Mama Amara marah atau kecewa" Tambahnya.

"Berarti Mama Amara udah bahagia ya, bareng Mama Syella? Pasti sekarang Mama Amara udah ketemu sama Mama Syella 'kan?"

"Anta kangen Mama Syella sama Mama Amara" Lirih Anta memeluk tubuh bagian samping Arkan. Isak tangis perlahan terdengar, padahal baru tadi subuh Anta berhenti nangis karena dibujuk.

Arkan memeluk tubuh Anta membawanya masuk dalam dekapan hangat miliknya. Dirinya juga sama seperti Anta, merindukan dua orang itu, tapi apa mungkin dia harus menangis dan menampakkan kesedihan itu di depan Anta-anaknya.

"Shuuut, Anta nggak boleh nangis. Kalau Anta nangis Mama Amara bakal ikutan nangis juga karena liat Anta" Kata Arkan menenangkan Anta agar tak semakin menangis.

"Kita pulang aja ya"

Masih dengan wajah penuh dengan air mata Anta mengangguk. Tapi sebelum itu dia turun dari pangkuan Arkan dan menuju papan nama milik Amara lalu mengecupnya pelan.

"Mama, Anta pulang dulu ya. Nanti Anta datang lagi bawa bunga yang banyak buat Mama. Anta janji nggak akan pernah nakal dan bakal dengerin semua ucapan Papa, karena Anta nggak mau bikin Mama marah atau kecewa sama Anta, dadah Mama~" Anta melambaikan tangannya kearah gundukan tanah itu.

"Saya pulang dulu ya, nanti saya datang lagi bersama Anta"

Kedua orang itu langsung pergi meninggalkan area pemakaman yang memang tak terlihat satu orang pun disana. Mobil yang ditumpangi kedua orang itu melesat pergi menuju jalanan dan pulang kerumah.

•••••

Ruangan dengan nuansa putih yang hanya dihuni oleh seorang pasien dengan sejumlah alat medis yang menempel ditubuhnya. Belum genap sebulan pasien itu menempati ruangan itu tapi tak pernah seharipun keluarga dari pasien absen untuk datang kesana.

Dalam kesunyian yang melanda terdengar suara pintu yang terbuka menampakkan seorang laki-laki yang menggunakan baju sekolah dan di tangannya terdapat dua buah es krim dengan varian coklat.

"Hai Kak Mara!" Sapa laki-laki itu yang tak lain adalah Refan yang baru saja pulang dari sekolah.

"Liat deh gue bawa apaan?" Refan memainkan es krim yang ada di tangannya kemudian kembali memandang kakaknya yang belum juga membuka mata "kak, kapan lo bangun sih? Gue kangen sama lo, lo tau semua boneka bebek koleksi gue udah dibuang sama Mami dan gue nggak marah. Karena gue tau penyebab dari keadaan lo kayak gini, ya karena boneka bebek gue" Ucapnya.

"Lo tau, bahkan teman gue yang juga korban kecelakaan kayak lo udah bangun dari komanya dua hari lalu. Tapi lo kenapa belum bangun, apa mimpi lo indah banget sampai lo nggak mau bangun lagi? Kasian Mami sama Papi yang selalu nungguin lo, termasuk gue" Lirih Refan diakhir kalimatnya. Tangannya bergerak membuka bungkus es krim kemudian memakannya, bahkan dengan iseng dia mencolek sedikit es krim kemudian menempelkan pada bibir Amara.

"Rasa coklat, pasti lo suka" Kekeh Refan geli melihat kelakuannya, kalau sampai Mami tahu mungkin dia sudah dipukul karena bermain-main dengan kakaknya dalam keadaan seperti ini.

Berbeda dengan Refan yang asik terkekeh, seorang gadis tengah bersusah payah membuka matanya walau seluruh tubuhnya sangat sulit untuk digerakkan. Gadis itu berdecak saat kedua bola matanya seakan menempel dan tak bisa terbuka. Akhirnya setelah bersusah payah matanya perlahan terbuka dan langsung disuguhkan dengan cahaya yang begitu menyilaukan mata, tunggu... Ada apa dengan mulutnya sekarang? Manis, apakah dirinya yang baru terbangun langsung bisa makan makanan yang manis? Ah itu tak mungkin, tapi ini kenapa dengan mulutnya, manis dan perpaduan rasa coklat... Es krim kesukaannya!

"Refan!" Entah suara dari mana Amara sampai bisa meneriakkan nama adiknya itu, padahal kini tenggorokannya sangatlah kering dan butuh sedikit air untuk menyegarkannya.

Refan kaget sampai menjatuhkan es krik miliknya kelantai saat mendengar suara yang sangat dia rindukan beberapa minggu ini. Matanya membola saat melihat tatapan tajam yang ditunjukkan oleh sang kakak. Kenapa baru bangun sudah jadi singa saja, pikir Refan menelan ludah susah payah.

"K-kak lo udah bangun?" Pertanyaan bodoh terlontar dari mulut Refan membuat Amara kesal bukan kepalang.

"Nggak! Gue masih mati dan arwah gue masih gentayangan, tau lo!" Ketus Amara, dia tak ingin lama-lama melihat Refan yang sepertinya kelakuannya sudah sedikit berbeda. Tambah nyebelin.

Refan berhamburan dalam pelukan Amara membuat Amara mau tak mau harus membalas pelukan sang adik "lo jangan pergi lagi ya, soalnya gue nggak bisa hidup tanpa kakak kayak lo didunia ini" Kata Refan dramatis bahkan suara isakan dibuat sedemikian rupa olehnya.

"Ah lebay lo" Ejek Amara melihat tingkah Refan yang seperti bocah.

tak berselang lama pintu kembali terbuka menampakkan dua orang paruh baya yang menatap kaget dimana putrinya tengah berpelukan dengan anak mereka satunya lagi.

"Mara!" Mami Amara berlari menuju ranjang anaknya lalu memeluk putrinya yang terbaring beberapa minggu dirumah sakit. Kinilah saatnya dia melepas rindu dengan anaknya itu.

Sama halnya dengan sang istri Panji juga langsung memeluk tubuh sang putri yang terlihat semakin kurus selama koma. Tapi tak apa, putrinya akan tetap terlihat cantik di matanya.

"Sayang akhirnya kamu sadar, ada yang sakit nggak atau kamu perlu sesuatu? Mami bakal langsung ambilin" Ucap Karina yang cukup khawatir.

"Air Mi" Mendengar itu buru-buru karina mengambil air lalu menatap tajam sang putra yang tengah memakan es krim yang tadinya tinggal satu.

"Kamu ini gimana sih, kakak kamu bangun bukannya dikasih minum malah diajak pelukan, kasian tahu kakak kamu" Omel Karina pada Refan yang terlihat santai-santai saja dengan es krimnya.

"Mi, bahkan tadi Refan tawarin Mara makan es krim. Padahal Mara waktu itu belum sadar, eh pas sadar malah ngerasa kok kayak ada rasa coklat ya dimulut. Tuh gara-gara tuh orang yang iseng" Ngadu Amara pada sang Mami.

"Kamu ini" Tunjuk Karina membuat Panji geleng-geleng kepala dengan tingkah semua anggota keluarganya.

"Sayang sekarang kamu istirahat lagi ya, nanti bakal ada dokter yang akan datang memeriksa kamu"

Amara mengangguk saja mendengar perintah sang Papi yang tak bisa diganggu gugat dengan alasan apapun.

Malam harinya Amara terbangun dan melihat maminya yang tengah tertidur disofa, lalu ada Refan yang sudah mengelar sebuah karpet bulu kecil dilantai. Tapi dia tak melihat keberadaan sang Papi, mungkin lagi ke toilet atau keluar pikirnya.

Dia memandang kesamping kanan dan melihat jendela yang tak tertutup dengan gorden dan dapat dia lihat bulan bersinar begitu cerah, berbeda dengan hatinya yang tak memiliki kecerahan sedikitpun karena kejadian yang telah dia lalui dengan kedua orang itu masih sangat jelas berputar didalam kepalanya.

"Mas Dud apa kabar ya? Terus Anta, apa dia sedih ya karena gue udah nggak ada atau malah sebaliknya. Gue harap mereka baik-baik aja disana tanpa adanya gue dan gue berharap mereka bisa ikhlasin kepergian gue"

"Tuhan, kalau emang kita bisa bersama walau sebenarnya itu nggak mungkin. Aku berharap untuk kembali dipertemukan dengan kedua orang itu, walau dalam wujud yang berbeda atau dengan sifat yang berbeda dan wujud yang sama" Mohon Amara.

"Arkansas Dewantara," Amara akan mengenang nama itu didalam hatinya sampai kapanpun.

"Kamu kenal sama dia?" Pertanyaan tiba-tiba muncul dari mulut papi Amara membuat Amara sontak menoleh.

"Maksud papi?"

"Kamu kenal dengan pria yang kamu sebutkan nama tadi?"

Amara mengangguk ragu "mungkin" Jawabnya.

Panji mendekat kearah ranjang milik Amara kemudia mengelus surai indah milik sang putri "pria yang kamu sebutkan nama tadi itu salah satu rekan kerja papi, dan satu bulan yang lalu mereka mengalami kecelakaan pesawat hingga menewaskan istri dari pria itu. Tapi papi nggak tau gimana keadaan dia dan anak laki-lakinya" Cerita Panji.

"Jadi papi kenal?"

"Hmm"

"Kamu kenal dari mana?" Tanya panji penasaran.

"Dalam mimpi" Ucap Amara membuat Panji mengernyit bingung dengan ucapan Amara.

"Kalau gitu Amara tidur lagi ya, lagi ngantuk soalnya" Buru-buru Amara memejamkan matanya.

Setelahnya panji juga ikut merebahkan kepala disamping tubuh Amara dengan hanya bertumpukan tangan.

•••••

Hai semua!!

Gimana sama part yang ini? Jangan lupa vote dan komen oke, nggak maksa kok tapi ya tetap harus biar aku makin semangat.

Kalian tim mana nih:

-kembali mempersatukan Amara dan Arkan dalam hubungan yang lebih serius

-mereka bakal hidup dengan dunia dan kehidupan mereka masing-masing

Ayo kalian tim yang mana nih, silakan dipilih. Pilihan kalian menentukan ending akhirnya. Sampai jumpa nanti babayyyy!!

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 146K 73
❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Peringkat Mengesankan: #1 in mafia [18 Agustus 2024] #1 in fantasi [21 Agustus...
27.9K 3.5K 17
setiap cewek centil pasti butuh pacar spek preman, cool, emosian, posesif tapi act of service_ kata Sean Zyvalia Roseanne btw jay sm rosΓ© cuma cast...
1.3M 131K 49
Di novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketena...
2.9M 186K 46
[Part lengkap] Blur : Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang...