Angel

By nadiahrrn

172 24 4

Ekspetasi memang jauh dari realita. Begitu menyakitkan berharap begitu banyak pada manusia. Harusnya hanya ja... More

00 • Perkenalan
01 • Surat Cinta
03 • Membeku di Tengah Mentari
04 • Tidak Bisa Lupa

02 • Tentang Mentari

35 5 0
By nadiahrrn

Motor itu melaju dengan santai membelah jalanan ibukota yang tengah lenggang karena sinar mentari belum datang. Lelaki dengan seragam putih-abu bersama helm coklatnya bersenandung santai menikmati angin pagi. Sampai motornya berhenti di depan sebuah panti asuhan barulah lelaki itu menghentikan senandungnya.

Ia melepas helm coklatnya sembari turun dari motor. Dari dalam panti asuhan sesosok wanita kisaran 40 tahun keluar dengan senyuman lebar. Wanita itu menunggu di ambang pintu, sampai lelaki berseragam itu sampai di hadapannya.

"Tunggu dalam dulu yuk, Angel nya belum bangun," lantas wanita itu masuk ke dalam panti asuhan diikuti dengan sang tamunya. "Tadi ibu sudah bangunkan, tapi dia kayaknya masih lelah," lanjut wanita itu yang menyebut dirinya sebagai 'ibu'.

Lelaki berseragam itu tersenyum menanggapi sang wanita. "Iya gapapa bu, lagi juga sekolah masuk masih 2 jam lagi, ga akan telat kok," katanya menenangkan.

Wanita atau ibu panti itu tersenyum mendengar ucapan lelaki berseragam itu. Ia tidak menyangka bahwa anak lelaki yang dulu suka mengacaukannya kini sudah bisa mengucapkan kata-kata yang menenangkan seperti ini. "Yaudah kamu tunggu di sini dulu, ibu bangunkan lagi Angel nya ya," kata ibu panti, setelahnya ia masuk ke dalam salah satu kamar.

Lelaki itu menunggu, cukup lama. Ia juga beberapa kali menyempatkan diri untuk mengelap lensa kameranya. Sampai akhirnya gadis itu keluar diikuti dengan ibu panti yang terus mencoba membujuknya agar segera mandi.

"Iya bu iyaaa, ini Angel mau mandi kokk," rengek gadis itu karena sudah jenuh dengan bujukan ibunya. Matanya terbuka dan menangkap sosok lelaki yang sedari tadi menunggunya. "Udah lama?" tanyanya sembari duduk di samping lelaki berseragam itu.

Lelaki itu mengangguk dengan senyuman yang senantiasa terpampang di wajahnya. "Sana mandi, sebelum matahari muncul."

Mendengar nama bintang kesukaannya disebut membuat gadis itu bersemangat 100%. "Tunggu yaaa.. gua mandi duluuuu!" ujarnya sembari berlari masuk ke kamar mandi.

Lelaki itu tersenyum melihat sahabatnya. Ya, gadis itu adalah sahabatnya sejak kecil. Ia jadi mengingat bagaimana masa kecilnya dulu bersama gadis yang namanya berarti malaikat.

Dulu ia tinggal di dekat panti asuhan ini karena ayahnya mendapat pekerjaan di dekat sini. Saat itu ibu dan ayahnya sangat sibuk bekerja yang akhirnya membuat ia sering dititipkan di panti asuhan ini. Teman pertamanya adalah gadis itu, dan sampai sekarang pun masih berteman dekat.

Gadis itu tidak pernah tahu siapa orang tuanya. Ibu panti bilang, suatu hari ada bayi yang terselimuti kain di depan panti, dan itulah bayinya. Gadis yang kini diberi nama Angelina April Dwinarta adalah bayi kecil nan malang yang ibu panti temukan di depan panti.

April tidak pernah kehilangan senyumannya sejak kecil. Ia benar-benar cantik seperti malaikat dan cerah seperti mentari. April mulai jarang tersenyum semenjak ia mengetahui bahwa kedua orang tuanya membuang dia ke panti asuhan, tapi ia tetap April yang bersemangat apalagi semenjak bergabung dengan Dreamy, memang tidak salah Jaf mengajaknya main dengan anak-anak Dreamy.

Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk mandi dan berpakaian. Kini April keluar dengan seragam rapi dan tas ranselnya. Ia berjalan menghampiri orang yang sedari tadi menunggunya, "ayo."

Lelaki itu bangun dan langsung mengenakan helmnya. Ia juga merapikan filter-filter kameranya yang tadi sempat ia bersihkan sembari menunggu sahabatnya itu. Setelah rapi semua ia lantas berujar, "ayo."

April tersenyum dan sejurus kemudian dia berteriak, "ibu! Angel berangkat yaaa!" Tanpa menunggu jawaban dari sang ibu, April segera menarik lengan sahabatnya itu. April tidak ingin ketinggalan melihat kembarannya terbit.

Mereka berdua pun membelah jalanan ibukota di pagi hari yang masih gelap ini. Di ujung jalan sana sinar mentari mulai terlihat, itu menjadi pertanda bahwa kembaran April akan tiba menyapa dunia. Motor itu melaju dengan lambat, tidak ingin cepat-cepat menyelesaikan perjalanan ini dan cenderung ingin berlama-lama menikmati mentari.

"Matahari cantik banget ya, Jaf?" tanya April pada lelaki yang tengah membawa motor tersebut membelah jalanan ibukota yang mulai ramai.

Jaf menanggapinya dengan tawa. "Iya, Pril, mirip kayak malaikat yang lagi gua bonceng." Setelahnya Jaf pun terkena sebuah pukulan dari April.

"Masih pagi, Jaf, udah ngalus aja lu. Gimana entar siang coba?" canda April.

"Entar siang mah udah bukan alus lagi, Pril. Dah rata kali." Lelaki itu tertawa renyah setelah melempar jokes buruknya. Dan beruntungnya, malaikat yang ia bonceng ikut tertawa meski sedikit.

"Jaf, gua mau nembak Kail."

Hening. Tawa renyah yang sedari tadi mengalun menemani perjalanan indah pagi ini tiba-tiba hilang bagai ditelan mentari. April menundukkan kepalanya, ia tahu ini mungkin akan membuat sahabatnya itu berceramah, ia akan menerimanya karena April sudah bertekad.

April salah. Jaf tidak merespon apapun, ia hanya diam mengamati jalanan pagi. Matahari tidak lagi seindah beberapa menit lalu.

"Jaf! Kok lu diem aja?!" teriak April, tidak terima. Dia lebih baik diceramahi oleh Jaf daripada dibiarkan seperti ini. April sudah siap jika harus diceramahi.

Jaf berdeham. Pikirannya mencoba mengatur kosa kata yang tepat untuk diutarakan. "Iya, Pril. Good luck ya."

Hanya itu katanya. Ini membuat April mengernyit heran. Jaf tidak biasanya seperti ini, biasanya ia akan berkata, "ngapain sih, Pril, pacar-pacaran? Kalo lu diterima, kalo malah ditolak gimana? Terus nanti kalo putus, kabar Dreamy gimana?" dan macam-macam lagi.

April hanya diam. Ingin dia berkata lagi, tapi mungkin saja Jaf sudah menyerah dengan dia. Dan akhirnya tidak ada lagi percakapan di antara mereka berdua sampai motor itu berhenti di parkiran sekolah.

Bel masuk sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, para murid pun sudah mulai kembali ke dalam kelas mereka. Setelah menoleh ke kanan dan ke kiri, dan setelah memastikan bahwa semua sudah aman, Jaf dan Efal pun keluar dari tempat sembunyinya. Jaf dan Efal kini sudah berdiri tepat di depan deretan loker.

Jaf menoleh pada Efal yang berdiri di belakangnya. "Lu yakin, Fal, ini ga apa-apa?" tanya nya cemas.

Efal mengerlingkan bola matanya malas. Entah sudah berapa kali Jaf bertanya hal itu padanya, ia sudah sangat bosan menjawab pertanyaan yang sama. "Iya, Jaf, iyaa! Udah deh buruan ambil, nanti keburu keliatan sama orang."

Jaf berdecak kesal, dan setelahnya ia pun mengambil sebuah amplop yang terselip di salah satu pintu loker. Lalu setelah itu, ia memberikan amplop tersebut pada Efal. Dan dengan segera mereka pun pergi dari sana.

Efal sempat mengatakan bahwa ia akan mengirim foto setelah membuka amplop tersebut.

Bel pulang sekolah berbunyi. Setelah mendengar salam penutup dari sang guru, April segera membereskan alat tulisnya. Ia langsung mengenakan ranselnya setelah semua alat tulis masuk ke dalam ranselnya.

Jere yang melihat April begitu terburu-buru pun bertanya, "lu taruhan sama Harun apa begimana sih? Buru-buru amat lu. Mending bareng aja sama gua ke warung si Abah."

April menoleh ke arah Jere. Berdecak sebal setelahnya. Ia tidak ingin anak Dreamy yang lain tahu sebelum Kail benar-benar menerimanya.

"Ga deh, Jer. Gua ga ke warung Abah dulu. Gua mau nunggu jawaban," ujar April setelah itu berlari keluar dari kelas. April meninggalkan Jere dengan banyak pertanyaan di kepalanya.

Melewati deretan loker yang berada di depan kelas. April berlari seolah ia sedang dikejar oleh hal yang menakutkan, atau justru ialah yang menakutkan. Yang mengisi dan memenuhi kepalanya saat ini hanya nama Kail, ada segala macam pertanyaan tentang nama tersebut.

Saat kaki April menginjak lapangan, ia menyempatkan diri menoleh ke gedung IPA yang terlihat sudah ramai karena muridnya baru saja selesai sekolah. April menangkap sosok sahabatnya yang menatap datar padanya—Jaf. April tahu dia salah, April tahu Jaf diam dan bilang "good luck" itu bukan karena Jaf setuju dengan rencana April melainkan karena Jaf sudah menyerah dengan April.

Holaaaa . . .
Salam manis dari Aris . . .
Eh!
ARIS MANA ARIS?!

Sabar gaes ini baru bagian kedua, nanti Aris pasti bakal muncul kok, tenang aja.

Sebelum lanjut lagi aku mau kasih kata mutiara dulu buat Dreamy Lovers:)

April berdiri di halte bus, bukan untuk menunggu bus melainkan untuk menunggu Kail. Harapannya begitu tinggi, tapi di sisi lain ia juga begitu cemas. Sekolah sudah mulai sepi, April bisa buktikan itu karena suara-suara anak SMA Dreamers sudah mulai tidak terdengar.

April mulai menggigit bibirnya, cemas. Tidak tahu apakah Kail sudah pulang atau belum, tapi sejauh ini ia belum melihat Kail lewat. Ia masih berharap tinggi, bahkan sudah mulai mengkhayalkan skenario indah yang akan Kail buat untuknya.

Sampai khayalannya itu buyar karena suara motor butut yang tiba-tiba berhenti dan mengklakson di hadapannya. April segera pergi dari khayalannya dan melihat siapa pengganggu dengan motor butut itu. Efal.

"Lu ngapain di sini, Pril?" tanya Efal. Ia menstandar motornya lalu turun dan menghampiri April. "Gua anter pulang aja yuk, gausah nunggu bus," lanjutnya tanpa berniat mendengar jawaban dari April.

April menggeleng lalu berkata, "gua ga nungguin bus kok, kalo lu mau pulang, pulang aja duluan."

Efal berdecak kesal. "Kalo ga nunggu bus, terus lu lagi nunggu apa di halte bus?" tanya nya, sudah sebal karena April tidak jelas. Orang yang berdiri di halte bus sudah pasti menunggu bus, atau setidaknya menunggu ojek online, tapi sepertinya April tidak menunggu keduanya, terbukti karena ia tidak berusaha melihat ponselnya.

April ikut berdecak kesal juga. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya tengah menunggu Kail 'kan? Lantas ia pun berpikir untuk menanyakan sesuatu yang sedari tadi mengganggunya. "Suka-suka gua, nunggu apa kek. Btw, Jaf udah pulang belum?" tanya nya pada Efal.

"Udah dari tadi, kenapa? Lu nunggu Jaf?" Efal tidak mau berbasa-basi, ia ingin langsung menyelesaikan percakapan ini. Berharap April segera membuat keputusan.

"Engga sih . . . kalo Kail udah pulang belum?" Jaf itu hanya basa-basi, karena intinya itu adalah Kail.

Efal mengerutkan dahinya. Bingung dengan April yang tiba-tiba bertanya tentang Kail, mencurigakan. "Lu nunggu Kail?"

Continue Reading

You'll Also Like

806K 96.1K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
567K 22.1K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
3.4M 278K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 56.2K 25
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...