Through the Lens [END]

By dindaarula

83.9K 9.2K 831

I found you through the lens, then I'm falling right away. --- Ketika bertugas sebagai seksi dokumentasi dala... More

šŸ“· chapter o n e
šŸ“· chapter t w o
šŸ“· chapter t h r e e
šŸ“· chapter f o u r
šŸ“· chapter f i v e
šŸ“· chapter s e v e n
šŸ“· chapter e i g h t
šŸ“· chapter n i n e
šŸ“· chapter t e n
šŸ“· chapter e l e v e n
šŸ“· chapter t w e l v e
šŸ“· chapter t h i r t e e n
šŸ“· chapter f o u r t e e n
šŸ“· chapter f i f t e e n
šŸ“· chapter s i x t e e n
šŸ“· chapter s e v e n t e e n
šŸ“· chapter e i g h t e e n
šŸ“· chapter n i n e t e e n
šŸ“· chapter t w e n t y
šŸ“· chapter t w e n t y o n e
šŸ“· chapter t w e n t y t w o
šŸ“· chapter t w e n t y t h r e e
šŸ“· chapter t w e n t y f o u r
šŸ“· chapter t w e n t y f i v e
šŸ“· chapter t w e n t y s i x
šŸ“· chapter t w e n t y s e v e n
šŸ“· chapter t w e n t y e i g h t
šŸ“· chapter t w e n t y n i n e
šŸ“· chapter t h i r t y
šŸ“· chapter t h i r t y o n e
šŸ“· chapter t h i r t y t w o
šŸ“· chapter t h i r t y t h r e e
šŸ“· chapter t h i r t y f o u r
šŸ“· chapter t h i r t y f i v e
šŸ“· chapter t h i r t y s i x
šŸ“· chapter t h i r t y s e v e n
šŸ“· chapter t h i r t y e i g h t
šŸ“· chapter t h i r t y n i n e
šŸ“· chapter f o r t y
šŸ“· chapter f o r t y o n e
šŸ“· chapter f o r t y t w o
šŸ“· chapter f o r t y t h r e e
šŸ“· chapter f o r t y f o u r
šŸ“· f i n a l chapter

šŸ“· chapter s i x

2.4K 243 0
By dindaarula

"Tolong dong, divisi acara. Menurut rundown harusnya ini udah beres dari dua puluh menit lalu, anjir," protes Radya sembari memerhatikan satu per satu rekan-rekan panitia yang ada di sekitarnya, barangkali ia dapat menemukan divisi acara yang hanya beranggotakan satu orang saja. Namun, rupanya ia serta sang ketua divisi tak berada di sana. "Lah, pada nggak ada yang stand by di sini?"

"Sabar, Rad, si Okta lagi otw ke sini," sahut Ojan yang kebetulan sama-sama berpartisipasi dalam kepanitiaan hima untuk membantu menjalankan acara seminar yang diadakan oleh jurusan Manajemen Bisnis. "Kalau si Dwiki gue nggak tau, nggak keliatan anaknya dari tadi."

Radya berdecak sembari memindahkan gimbal beserta kamera yang terpasang di sana  dari tangan kanan ke kiri karena merasa pegal.  Pekerjaannya sudah selesai, omong-omong. Sebab merekam dan memotret keseluruhan acara dari awal hingga akhir bukanlah tugasnya. Ia hanya mengambil beberapa potongan video yang kemudian akan diedit untuk keperluan media sosial.

Sesungguhnya, untuk kali kedua, Radya sama sekali tak berminat untuk bergabung menjadi panitia. Salah satu alasannya adalah karena waktu dilaksanakannya acara seminar dengan Festival Musik FEB hanya berjarak satu minggu saja. Namun, lagi-lagi karena kekosongan anggota divisi publikasi dan dokumentasi ditambah dengan bujukan-bujukan tiada henti dari sang ketua pelaksana saat mendekati hari H, Radya jadi tak memiliki pilihan lain.

Yah, meski hanya menambah-nambah pekerjaannya saja, tetapi bukan berarti Radya menyesal juga. Tentu saja, setidaknya Radya dapat kembali meningkatkan hard skill-nya, 'kan? Selain itu, ia dan panitia yang lainnya pun memperoleh keuntungan tersendiri karena acara kali ini murni diadakan oleh jurusan, bukan merupakan bagian program kerja dari himpunan.

Dari bagian samping panggung, Radya masih memerhatikan pembicara dalam seminar masih belum menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan aktivitasnya, membuat ia hanya bisa mengembuskan napas panjang.

Untungnya Okta--yang ternyata habis dipanggil untuk menghadap ketua jurusan--segera tiba di sana dan berusaha mengingatkan dengan sopan bahwa waktu telah habis, lantas sang pembicara mengakhiri materinya yang kemudian ditutup oleh moderator. Satu per satu panitia pun mulai meninggalkan auditorium, beranjak menuju ruangan khusus yang telah dipinjam sebelumnya.

"Wow, demi apa ini konsumsi buat panitia?!" Seseorang berseru tak percaya kala menginjakkan kaki dalam ruangan tersebut dan mendapati sesuatu yang tiba-tiba ada di dalam sana. Beberapa yang lainnya bahkan memberi reaksi yang sama pula.

Penasaran, Radya pun turut ingin melihat apa yang rekan-rekannya lihat itu. Sepasang netranya kontan membola saat menangkap dua buah plastik besar berisi dus konsumsi dengan nama restoran cepat saji yang namanya sudah tak asing lagi. "Gile, royal banget jurusan kita, cuy," tukas laki-laki itu. "Ini baru yang namanya konsumsi."

"Kali ini gue setuju sama lo, Rad, karena jujur aja gue masih trauma berat sama nasi basi pas proker beberapa bulan lalu," timpal Ojan yang seketika tampak merinding karena teringat kembali akan kejadian yang sudah lalu. "Padahal pihak kampus nggak pernah pelit soal bantuan dana, tapi anggaran buat konsumsi panitia suka dipangkas terus-terusan."

"Hadeh, pake lo ingetin segala lagi, Jan. Masih kerasa banget sakit hatinya, bro, karena gue udah tremor parah gara-gara laper tapi malah dapat konsumsi kayak gitu." Radya beralih pada rekan-rekan panitia sejenak. "Ini jadi pelajaran penting buat lo lo semua yang masih semester satu dan tiga. Jangan sampe ngeliatin banget kalau hima kita miskin lah, kalau bisa."

"Heh!" Salah satu kawan Radya yang bernama Shafira langsung saja menoyor kepala laki-laki itu setelah mendengarnya. "Sembarangan amat ngomongnya. Lo pengen kita miskin beneran, hah?"

"Yaelah, pake dibawa serius segala sih, Fir, kayak baru kenal si Radya aja," Ojan berkomentar. "Udahlah, intinya sekarang kita bisa makan enak, guys. So, nikmatin aja!"

Setelahnya Radya hanya menatap Shafira malas sembari mendengkus, sementara gadis itu mulai membagikan konsumsi pada tiap-tiap panitia yang berada di sana agar lebih tertib daripada membiarkan yang lainnya mengambil sendiri-sendiri.

Alih-alih memilih untuk makan bersama, Radya yang sudah lebih dulu membereskan barang-barangnya justru memisahkan diri dari mereka dan berencana pergi ke kantin FEB. Oleh karena evaluasi diadakan di lain waktu--berdasarkan apa yang tak sengaja Radya dengar, maka agenda terakhir hanyalah clear up area. Radya beserta para panitia pun memiliki setidaknya tiga puluh menit yang bisa digunakan untuk bersantai.

"Mau ke mana lo, Rad?" Ojan melempar tanya usai melihat Radya menyampirkan satu tali tas pada bahu kanannya.

"Kantin," jawab Radya. "Mau nyebat gue."

"Eh, ikut, dong. Haus banget gue. Gue kira ini konsum udah sekalian sama minumnya."

Radya tak membalas, tetapi ia membiarkan Ojan mengekorinya keluar dari ruangan. Mereka berdua pun lekas saja pergi menuju kantin.

Setibanya di tujuan, beberapa pengunjung yang kebetulan berada di sana kontan mencuri pandang pada Radya maupun Ojan. Yah, mungkin karena kemeja himpunan keduanya yang cukup mencolok--meski sejatinya berwarna hitam. Kemungkinan lainnya adalah karena para mahasiswa dan mahasiswi di sana ada yang berasal dari jurusan Manajemen Bisnis atau sama-sama merupakan bagian dari organisasi yang sama sehingga mereka dapat mengenali senior-seniornya itu.

"Bang, gabung sini aja! Masih kosong, kok," tawar seorang laki-laki yang Radya ketahui merupakan adik tingkatnya yang juga tergabung dalam himpunan jurusannya. Ia duduk bersama teman-temannya di meja panjang yang dapat memuat banyak orang. Namun, beberapa teman perempuannya juga berada di sana.

Radya tergeming sejenak, merasa ragu. Kemudian ia pun membalas, "Thanks, bro. Gue di meja sana aja." Laki-laki itu menunjuk salah satu meja kosong. "Takut ganggu gue," lanjutnya. Lebih tepatnya, asap rokok gue yang bakal ganggu.

"Ah elah, kayak sama siapa aja lo, Bang!"

Sahutan itu hanya Radya balas dengan kekehan, setelahnya ia bersama Ojan pun segera menempati meja yang sudah diincar sebelumnya.

"Lo mau nitip, Rad?" tanya Ojan yang baru saja meletakkan tasnya di kursi.

"Kalau lo nggak keberatan buat bayarin dulu, boleh dah. Lagi kagak pegang duit cash gue."

"Nggak yakin bakal diganti nih, gue."

Radya kontan berdecak. "Astaga, lo tenang aja sih, Jan. Nih, gue transfer ke lo sekarang juga bisa--"

"Oke, oke, gue talangin dulu," sela Ojan cepat, lalu ia pun beranjak menuju salah satu kedai yang menjajakan berbagai macam minuman dalam kemasan serta makanan ringan.

"Pelit amat jadi manusia, padalah minuman doang nggak nyampe ceban," gumam Radya sebal sementara kedua tangannya mulai membuka dus makanan yang menjadi konsumsinya hari ini sebagai bayaran atas tugas yang telah ia kerjakan. Kedua sudut bibirnya secara otomatis langsung tertarik usai melihat ayam bakar madu yang begitu menggugah selera.

Setelah Ojan kembali sambil membawa dua botol minuman dingin, keduanya pun mulai menikmati santapan siang menuju sore mereka.

"Omong-omong," Ojan yang pertama membuka obrolan usai makanan mereka telah tandas, "setelah gue liat-liat, cara gue buat nyoba cari cewek di foto itu nggak bakal sepenuhnya berhasil, Rad."

Radya yang sebelumnya sudah menduga hal tersebut hanya bisa menghela napas dalam dan mengembuskannya dengan perlahan. Alih-alih segera memberi balasan, ia lebih dulu mengapit sebatang rokok di antara kedua bibirnya dan membakar ujungnya dengan korek gas. Setelahnya ia isap nikotin yang terkandung dalam benda tersebut dan meloloskan asap melalui mulut.

Membicarakan soal cara mencari sang gadis yang Ojan maksud yakni dengan mengunggah foto-foto dokumentasi Baswara Chandra dalam Festival Musik saat itu ke akun Instagram BEM FEB dan menaruh potret terkait di slide pertama. Ojan berkata bahwa mungkin saja di antara orang-orang yang melihat akan ada yang mengenali gadis itu dan berkomentar sembari menyebutkan nama akun yang bersangkutan.

Namun, sayangnya realita yang ada tidaklah demikian. Selama tiga hari ke belakang sejak foto-foto diunggah, Radya justru hanya menemukan sekumpulan penggemar Baswara Chandra di sana yang memuji-muji idolanya tersebut. Yah, sekalipun gadis itu hanyalah objek pendukung yang kebetulan saja paling menonjol di antara lain, tetapi tetap saja terkalahkan oleh pesona sang penyanyi yang begitu bersinar malam itu.

Lagi, Radya membuang asap setelah mengisap rokoknya. "Bukan nggak bakal sepenuhnya, tapi emang nggak berhasil, Jan," tukas Radya dengan secuil kekecewaan yang tampak di wajahnya.

"Tapi belum tentu juga sih, Rad. Baru juga tiga hari. Coba aja tunggu sampe seminggu atau dua minggu lagi."

"Sebenernya cara lo ini nggak bener-bener efektif, karena belum tentu dia anak Santosha. Dan kalau memang bener anak sini, belum tentu juga dia atau orang-orang yang kenal dia follow akun BEM FEB atau nggak sengaja nemuin di explore."

"Halah, tapi lo tetep aja setuju buat ngelakuin itu, tuh."

Kontan saja Radya pun dibuat bungkam. Radya setuju untuk mencobanya semata-mata karena ia sama sekali tak bisa memikirkan cara yang lain. Mencari seseorang hanya berdasarkan sebuah potret tanpa tahu identitasnya dengan jelas nyatanya memang benar-benar sulit, membuat sebuah perasaan ragu pun mulai memenuhi diri Radya.

Apakah ia benar-benar bisa bertemu dengannya secara langsung suatu hari nanti?

📷

bandung, 29 agustus 2022

Continue Reading

You'll Also Like

528K 52.3K 39
Namanya Gemintang. Anak Papi Bumi dan Mami Wulan. Pacarnya.... Gak punya. Baru aja putus 6 bulan yang lalu karena mami ga setuju. Ya, baiklah, sebaga...
414K 42.5K 44
Mantan playboy dan playgirl dipertemukan ketika keduanya sama-sama patah hati dan ingin bertaubat. Tampaknya, takdir sedang bermain dengan magic mome...
166K 18.1K 46
Sesbania Maheswari, menyukai Ginelar Juangkasa karena tingkah baik cowok itu yang selama ini Seses salah artikan. Seses kira, Juang menyimpan rasa, n...
200K 3.8K 5
Ayra: Keluarga adalah segalanya Bara: Nggak usah peduli apa kata orang, pertahankan apa yang perlu di pertahankan Ciara: Jadi juara kelas itu wajib K...