TAEYONGIE - JAEYONG

Par ppeachrose

979K 99.4K 9.4K

BXB || JAEYONG || MPREG "Hei! apa yang kau lakukan?! kau mau telanjang dipinggir jalan?!" - Jaehyun. πŸ₯‡#1- ta... Plus

1. ☁️
2. ☁️
3. ☁️
4. ☁️
5. ☁️
6. ☁️
7. ☁️
8. ☁️
9. ☁️
10. ☁️
11. β˜€οΈ
12. β˜€οΈ
13. β˜€οΈ
14. β˜€οΈ
15. β˜€οΈ
16. β˜€οΈ
17. β˜€οΈ
18. β˜€οΈ
19. β˜€οΈ
20. β˜€οΈ
21. πŸͺ (repost)
22. πŸͺ
23. πŸͺ
24. πŸͺ (πŸ”ž)
25. πŸͺ (πŸ”ž)
26. πŸͺ (πŸ”ž)
27. πŸͺ
28. πŸͺ
29. πŸͺ
30. πŸͺ
32. πŸŒ™
33. πŸŒ™
34. πŸŒ™ (πŸ”ž)
35. πŸŒ™ (πŸ”ž)
36. πŸŒ™
37. πŸŒ™
38. πŸŒ™
39. πŸŒ™
40. πŸŒ™
41. 🀍 (End)
42.🀍 (Bonchap 1/2πŸ”ž)
43.🀍 (Bonchap 2/2)

31. πŸŒ™

12.9K 1.4K 144
Par ppeachrose

Taeyong kira, hubungannya dengan Jaehyun akan jadi tidak seakrab dulu lagi, tapi tidak. Entah apa yang sebenarnya terjadi, setelah kejadian dimana ia tahu, Jisoo tengah memeluk Jaehyun, keesokannya, hubungannya dengan Jaehyun semakin membaik. Jaehyun jadi lebih sering menelponnya, berbicara apapun yang pria tampan itu inginkan.

Hampir tiga minggu, hingga hari ini, Taeyong tidak berani menanyakan tentang, kenapa Jisoo dan Jaehyun bisa berpelukan diclub malam waktu itu. Taeyong hanya takut, jika jawabannya ternyata membuatnya sakit hati. Taeyong juga tidak terlalu memikirkannya lagi, karena hubungan mereka sudah kembali seperti biasa. Lebih sering berkomunikasi, memberi kabar satu sama lain.

Taeyong memiliki beberapa pertimbangan untuk tetap diam dulu disini. Sebenarnya, dikorea ia sedang menjalankan proyek yang tidak bisa dibilang kecil, tentu Taeyong masih membutuhkan beberapa dana, walaupun tabungannya sudah lebih dari cukup. Taeyong tidak mengerjakannya sendiri, ia dibantu Jungwoo. Siapa yang mengira temannya yang bekerja sebagai OB itu adalah anak dari seorang pengusaha kaya, ia kabur dari rumah selama beberapa tahun hanya karena tidak mau dijodohkan. Setelah orangtunya tidak lagi memaksa, Jungwoo kembali pulang kerumah sebenarnya.

Proyeknya tengah dalam pengerjaan, dan Jungwoo yang mengawasinya secara langsung. Taeyong meminta Jungwoo mencari lahan yang pas lebih dulu, mencari tempat yang strategis. Jungwoo menemukannya dan dia bilang lahan itu milik Jaehyun. Taeyong terkejut saat mendengarnya, ini hanya kebetulan apa memang sudah takdir?

Jadi, Jungwoo mencoba memberanikan diri berhadapan dengan Jaehyun langsung untuk menawar lahan itu. Jaehyun tentu saja menolak keras, karena tempat itu begitu pas. Sulit untuk mencari lagi. Jungwoo pernah mengeluh pada Taeyong, betapa keras kepalanya Jaehyun, membuat Taeyong tertawa mendengarnya.

Berkat mulut manis dan cerewet yang Jungwoo punya, akhirnya Jaehyun menyerah dan menjual lahan itu. Sebenarnya, Taeyong bisa saja meminta langsung pada Jaehyun, tapi Taeyong ingin berusaha sendiri tanpa bantuan pria itu.

Ya, tinggal sedikit lagi. Setelah selesai, Taeyong akan kembali. Ia perlu berusaha beberapa waktu lagi.

"Selamat pagi, Taeyongie. Kau sudah mandi?" Sapaan dan juga pertanyaan yang selalu ia dapat ketika mengangkat telpon dari Jaehyun dipagi hari, sangat pagi bahkan masih terlalu pagi untuk bangun tidur.

Tentu pertanyaan seperti itu pasti hanya akan Taeyong jawab dengan mulut yang menguap lebar, membuat Jaehyun terkekeh melihat wajah bantal Taeyong melalui layar ponselnya karena mereka selalu melakukan video call.

"Kau sedang apa?" Jaehyun bertanya.

Saat ini mereka tersambung melalui sambungan telepon biasa, tidak dengan video call.

Taeyong tersenyum, ia mengapit ponselnya diantara leher dan juga bahunya, sementara tangannya mengaduk secangkir kopi yang baru saja ia buat dengan asap yang masih mengepul.

"Sedang buat kopi."

"Tidak biasanya."

Taeyong menghela nafas, "Tadi malam aku lembur, jadi aku masih ngantuk, minum kopi satu-satunya cara agar aku masih bisa terjaga dengan baik."

Taeyong mengambil ponselnya yang terjepit dibahunya, lalu duduk pada mini bar yang tersedia. Saat ini Taeyong sedang berada didapur kantor, beberapa staff dan juga office boy berjalan mondar-mandir disekitarnya.

"Kau sudah makan?"

"Untuk saat ini belum," jawab Taeyong lalu mulai menyesap kopinya yang sudah ia tiup pelan.

"Lain kali, makan dulu baru minum kopi."

Taeyong terkekeh pelan, ia mendongak saat melihat seluet seseorang yang duduk didepannya, Taeyong tersenyum saat melihat orang itu adalah Yeji.

"Aku akan mengingatnya," jawab Taeyong. "Sudah dulu ya?"

"Hm, jaga kesehatanmu. Don't get sick, if you're sick, my heart will be hurt."

Taeyong kembali tersenyum, sebelum mematikan sambungan telponnya. Taeyong benar-benar ingin mendekap pria itu sekarang juga.

"Apa itu telpon dari Jaehyun?" Tanya Yeji.

"Ya," jawab Taeyong dengan senyumnya, "Dia lebih sering mengobrol denganku akhir-akhir ini."

Yeji balas tersenyum, kedua tangannya bertaut diatas meja, saling menggenggam dengan perasaan ragu. Yeji menatap sekelilingnya yang sudah sepi, tidak ada siapapun disini selain dirinya dan juga Taeyong.

"Aku ingin berbicara sesuatu denganmu," cicit Yeji pelan, tapi Taeyong masih bisa mendengarnya.

Taeyong mengangguk, mengizinkan. "Berbicaralah. Apa ada hal penting?"

"Sebenarnya aku.." Yeji menggigit bibirnya, jarinya saling meremat dengan gugup. "Aku.." Yeji menunduk, mengindari tatapan Taeyong, ragu menyeruak kembali, berpikir apakah ia harus mengatakannya atau tidak.

"Yeji?"

Yeji menarik nafasnya, mencoba menutupi rasa gugupnya. "Aku menyukaimu Taeyong."

Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengaku, ia juga tidak bisa menyembunyikan hal ini lebih lama lagi.

Melihat raut terkejut Taeyong, membuat Yeji langsung menarik tangannya, dan menggenggam tangan Taeyong dengan erat.

"Maafkan aku, Taeyong. Aku salah, kau menganggapku sebagai kakakmu tapi aku justru memiliki perasaan lain."

Yeji ingin meraih satu tangan Taeyong yang lain, tapi Taeyong menjauhkannya dari Yeji, melepas genggaman wanita itu pada tangannya, menyembunyikannya dibawah meja dengan keadaan yang mengepal diatas paha.

Ia terkekeh pelan, lalu menggeleng lemah, "Kau bercanda kan? Aku bahkan sudah memiliki kekasih."

"Tidak, Taeyong." Suara Yeji tercekat, "Aku tidak bercanda."

"Sejak kapan?"

Yeji mengalihkan pandangannya lagi, tidak berani menatap Taeyong. "Sejak.." ia menggigit bibirnya pelan, "Sejak kau menciumku diclub."

"Aku tahu, seharusnya itu tidak terjadi. Aku berusaha mengelak, aku mencoba mengabaikannya, tapi tidak bisa," tanpa sadar Yeji terisak kecil, apalagi saat ia saksikan wajah Taeyong yang sepertinya tidak terima dengan perasaannya.

"Aku senang saat kau berada didekatku, kau memberi perhatian yang aku inginkan, kau merawatku saat aku sedang sakit, padahal kau sudah memiliki janji dengan Jaehyun. Saat aku tahu, kau lebih memilihku, aku semakin tidak bisa menahan perasaanku," Yeji mengusap pipinya, "Aku tidak rela saat kau meluangkan waktu untuk kekasihmu, aku hanya ingin kau selalu berada didekatku, aku selalu memberi beberapa kesibukan untukmu agar kau lupa dengan Jaehyun. Aku merasa menang saat kau mengabaikan Jaehyun karena sibuk bekerja denganku."

Ada jeda sebentar, Yeji meremat jari-jarinya yang bertumpu diatas meja, "Aku mencoba cara apapun, agar kau jauh dari jangkauan Jaehyun, termasuk membawamu kesini. Aku hanya ingin kau menatapku, aku hanya ingin- hiks."

Yeji menutup wajahnya ketika tangisannya semakin deras, "Maafkan aku, Taeyong. Hiks. Aku sudah memisahkan mu dari Jaehyun, maafkan aku. Aku egois."

Merasa begitu jahat ketika mengakui semuanya. Ia kira rasanya tidak akan semenyakitkan ini ketika mengaku.

Taeyong terpaku, mencerna dengan baik apa yang Yeji katakan. "Aku pikir kau benar-benar membantuku." Taeyong terkekeh lemah, "Aku mengerti sekarang, kenapa kau mau membantu ku hingga sejauh ini."

Yeji menggeleng, "Tidak, Taeyong. Aku tidak bermaksud-"

"Yeji," Taeyong tersenyum, "Aku harusnya mengucapkan banyak terimakasih untukmu, bahkan sepertinya aku tidak akan bisa membalas apa yang telah kau berikan padaku. Aku hanya sedikit kecewa, tentang tujuanmu sebenarnya."

"Aku juga minta maaf. Maaf karena tidak bisa memberikan apapun untukmu, termasuk perasaanku. Aku sudah sangat mencintai Jaehyun, tidak ada lagi yang lain." lanjut Taeyong.

Yeji mengusap kedua pipinya yang basah, menatap Taeyong dengan penyesalan. Tidak seharusnya ia egois sampai harus memisahkan dua orang yang saling mencintai.

"Tidak Taeyong, kau tidak perlu mengatakan apapun. Aku salah. Kau boleh pulang sekarang, aku juga mengizinkanmu jika kau tetap tinggal dan bekerja disini. Aku tidak akan menahanmu lagi. Hampir lebih satu tahun, aku selalu mencuri perhatianmu, tapi kurasa aku memang tidak memiliki kesempatan apapun."

Taeyong menatap sendu pada Yeji, "Maaf," gumamnya. Yeji sudah memberi banyak hal padanya, tapi ia tidak bisa memberi satupun yang berharga apalagi perasaannya.

"Kumohon, jangan minta maaf Taeyong," ucap Yeji dengan mata yang kembali berkaca-kaca. "Aku tak apa. Besok ayah akan menjodohkanku dengan anak dari temannya, ayahku bilang aku mengenal laki-laki ini," Yeji tekekeh disela tangisannya, "Tapi, aku belum bisa menebak siapa. Aku berharap, ketika aku menerima perjodohan ini, aku akan lupa dengan perasaanku padamu. Dan juga, agar aku bisa terlepas dari hubungan anehku dengan Hyunjin. Aku hanya membutuhkan perhatian kecil dari seseorang yang bisa menjagaku."

Yeji berdiri dari duduknya, ia menatap Taeyong yang mendongak balas menatapnya, "Keputusan sekarang ada padamu, Taeyong. Tetap disini atau pulang. Pergi temui kekasihmu, sebelum kau kehilangannya."

🌷

Taeyong menatap kosong pada ramainya kota dibawah sana. Ruangan yang diberi dinding kaca penuh, membuat ia memandang dengan mudah apa yang sedang terjadi diluar sana. Taeyong tersentak, saat seseorang menepuk bahunya. Ia mendongak dan mendapati Rowoon yang berdiri disampingnya. Seperti biasa, Rowoon selalu datang tiba-tiba, tanpa suara, datang dengan mengejutkan.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Rowoon, yang dijawab Taeyong dengan deheman pelan.

Rowoon menghela nafas, "Aku baru tahu, jika kau sudah memiliki kekasih."

Ucapan Rowoon membuat Taeyong menatap pria tinggi disampingnya, ia menyerngit, seingatnya ia tidak bercerita apapun, "Darimana kau tahu?"

Rowoon balas menatap Taeyong, "Aku tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Yeji."

Taeyong mendesis kesal, dengan kening yang mengerut tajam.

"Sepertinya kau ada masalah dengan Yeji." Ujar Rowoon.

"Aku dan Yeji baik-baik saja."

"Kita sudah saling kenal selama setahun, apa itu masih tidak cukup membuatmu mempercayaiku?"

"Bukan aku tidak percaya," Taeyong mendengus, "Aku hanya tidak mau menceritakan hal yang tidak perlu diketahui orang lain."

"Jadi, aku masih orang lain untukmu?"

"Rowoon, berhenti." Taeyong menatap sepenuhnya pada Rowoon matanya mulai berkaca-kaca. Ia sedang tidak dalam suasana yang baik, dan Rowoon selalu mengacaukan keadaan menjadi lebih buruk.

"Maaf," lirih Rowoon, ia tidak berpikir jika Taeyong akan menjadi sesensitif ini.

"Kau butuh pelukan? Setidaknya sampai kau tenang." Rowoon merentangkan tangannya hendak memeluk Taeyong, tapi pria cantik itu menolaknya dengan memundurkan langkahnya.

"Aku tidak butuh apapun saat ini termasuk pelukan."

Setelah mengatakannya, Taeyong keluar dari ruangannya. Menutup pintu sedikit lebih keras. Banyak hal yang harus ia urus setelah ini.

To be continue..

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

1.2M 154K 36
[COMPLETE] [BAKU/NON BAKU] Jaehyun dan Tzuyu akan menikah, namun Taeyong datang, menghancurkan semuanya. - JUNG JAEHYUN X LEE TAEYONG - BOY X BOY - N...
1.3M 124K 37
Jeno dan Jaemin itu musuhan sejak SMA. Tapi gimana jika tiba-tiba mereka harus terikat dalam sebuah ikatan 'perjodohan' yang dibuat atas kesepakatan...
430K 40.4K 32
Jung Taeyong yang secara tiba2 mendapat seorang adik, kisah awal Taeyong bahagia memiliki adik, namun setelah tumbuh dewasa ada keraguan didalam diri...
12.1K 605 14
Ini tentang pengalaman pribadiku selama menjadi siswa SMA kelas 12 semester akhir. Galau, dilema berkepanjangan, stres, dan nyaris gila. Hampir sem...