Aku Adik dari Anak Kesayangan...

By Sisi_Shalla

864K 100K 1.7K

[Sebelum masuk ke ceritanya, tolong baca dlu deskripsi sampai akhir] Tari tiba-tiba terbangun setelah mengala... More

BAGIAN 1 | Aku lahir?
BAGIAN 2 | Kenangan Pertama dan Terakhir
BAGIAN 3 | Cerita Favorit (1)
BAGIAN 4 | Cerita Favorit (2)
BAGIAN 5 | Rencana
BAGIAN 6 | Kunjungan 'Kakak-Kakak'
BAGIAN 7 | Masih Dengan Kakak yang Menyebalkan
BAGIAN 8 | Kecurigaan
BAGIAN 9 | Papa
BAGIAN 10 | Lily, Tolong Aku!
BAGIAN 11 | Aku Bersalah
BAGIAN 12 | Cepat Sembuh, Zinnia
PENGUMUMAN
BAGIAN 13 | Ada Apa Denganku?
BAGIAN 14 | Minum Teh
BAGIAN 15 | (Masih) Ingin Pulang
BAGIAN 16 | Pembuat Onar
BAGIAN 17 | Pintu
BAGIAN 18 | Pengakuan Eric
BAGIAN 19 | Es Batu
BAGIAN 20 | Kenapa?
BAGIAN 21 | Penitipan Anak
BAGIAN 22 | Kucing Besar
BAGIAN 23 | Runyam Sudah!
BAGIAN 24 | Mengerti
BAGIAN 25 | Aneh
BAGIAN 26 | Pesta Ulang
BAGIAN 27 | Momen
BAGIAN 28 | Hadiah
PENGUMUMAN
BAGIAN 29 | Mengintip
BAGIAN 30 | Menyenangkan!
BAGIAN 31 | Bros Bunga Api
BAGIAN 32 | Taman Bunga
BAGIAN 33 | Aku Siap?
BAGIAN 34 | Aku Tidak Bisa
BAGIAN 35 | Ketahuan
BAGIAN 36 | Prajurit dan Kue
BAGIAN 37 | Langit Cerah
BAGIAN 38 | Gaun Putih
BAGIAN 39 | Pertandingan
BAGIAN 41 | Spesial
BAGIAN 42 | Upacara Pengikat Kekuatan
BAGIAN 43 | Pertanyaan
BAGIAN 44 | Sungai Hutan Putih

BAGIAN 40 | Berduaan

7.4K 964 32
By Sisi_Shalla

Hai. Wkwk. Ngilang lama banget ga tuh aku :'v maaf kalian di gantung :') aku sedang menjelang sidang, minta doanya juga yaa semoga lancar T_T aamiin

Langsung masuk aja yuk ke ceritanya. Aku sendiri udah gatel pengen nulis konflik-konflik dan kelanjutan ceritanya. Wahaha

__________________________________

Aku mendatangi taman belakang sesuai dengan arahan Syina. Benar saja di sana sudah ada banyak anak-anak. Aku bahkan tiba-tiba merasa berat melangkah.

Taman kanak-kanak. Ya. Ini pasti taman kanak-kanak. Apa aku akan tahan diam di sini?

Tapi, ini kesempatan yang baik untuk mendapatkan teman baru. Ini juga kesempatanku untuk bebas dan sendiri. Setelah sekian lama, akhirnya.

"Yang Mulia! Yang Mulia!" terdengar panggilan seorang anak laki-laki berambut coklat. Dia Alka. Bocah yang setahuku berusia 6 tahun.

Alka mendekat padaku dengan mata coklatnya yang besar. Beruang, dia terlihat seperti anak beruang dengan warna rambut dan matanya itu.

"Yang Muli-",

Eric tiba-tiba muncul di hadapanku, menghadap ke anak itu. 

"Apa yang kau mau?" tanya Eric pada Alka.

Alka yang bersinar wajahnya seketika menjadi ketakutan.

"Sa- salam untuk bintang kedua kekaisaran. Pangeran Eric," ucapnya dengan gugup sambil menunduk memberi salam.

Aku merasa kasihan melihatnya. 

"Kak, mengapa kau di sini? Ini tempat anak-anak," ucapku kemudian mencoba mendekati Alka.

Ck, kenapa tiba-tiba Eric muncul?

Eric kemudian menghalangiku lagi.

"Kau lupa kata-kata Ayah?"

Aku tertegun. Duh, bagaimana ini?

"Oh, Papa!" aku menunjuk ke arah belakang Eric.

Eric menengok. Aku pun menarik tangan Alka dan belari menjauhi Eric. Aku bersembunyi di semak-semak.

"Hei! Zinnia!" teriak Eric. Aku pun terkekeh.

Sekali saja. Aku ingin bebas lagi. Semenjak kejadian terakhir, aku benar-benar tidak dibiarkan sendiri. Aku sudah berusaha membujuk Lily, tapi sekarang Eric malah mengganggu masa kebebasanku yang sebentar ini? Ayolah, aku hanya ingin bersenang-senang.

Setelah merasa suara Eric sudah tidak ada, aku melihat ke arah Alka. Dia menatapku dengan berbinar.

"Pu-Putri Zinnia," ucapnya seperti tak percaya.

"Hey, kau kan sudah berdansa denganku tadi. Jangan seperti kau baru pertama kali bertemu denganku,"

"Ah, maaf, Yang Mulia mau bermain dengan saya yang tidak bisa apa-apa ini, saya hanya terkejut. Te-terima kasih banyak," ucapnya malu-malu.

Tidak bisa apa-apa? kenapa anak berumur 6 tahun sudah rendah diri seperti ini? dan bukankah tadi dia duluan yang menghampiriku? 

"Kata siapa kau tidak bisa apa-apa? Bukankah saat dansa kau berkata punya kekuatan mengendalikan angin?"

Hal itu yang membuatku tertarik dengannya. Kekuatannya kemungkinan sama denganku. Apalagi dia imut sekali. Little Teddy bear.

Matanya langsung berbinar kembali.

"Ya! Saya bisa mengendalikan angin. Apakah Putri ingin melihatnya?" tanyanya dengan semangat.

Aku pun tersenyum cerah, melihatnya yang kembali ceria. "Tentu saja! Kau sudah berlatih teknik apa?"

"Sa-saya memang ingin menunjukkan sesuatu pada Putri,"

Dia mengajakku ke pohon yang hampir berada di ujung taman. Dia mengangkat tangannya. Kemudian sebuah angin yang cukup besar mengitari daun-daun yang ada di ranting. daun-daun itu berguguran di atas kepalaku.

"Wah, indah sekali," ucapku.

Pasti aku akan bisa melakukannya juga nanti. Kira-kira aku bisa apa lagi ya?

"Apakah Putri menyukainya?" tanya Alka dengan tersenyum. Ku jawab dengan anggukan.

"Tapi kasihan sekali daunnya jadi terlepas dari ranting sebelum waktunya," gumamku.

"Ah, a-apakah saya melakukan kesalahan?" tanyanya dengan ekspresi sedih lagi.

Aku terkejut. "Hmm..  tidak-tidak. Tapi.. kita menyayangi makhluk hidup adalah perbuatan yang baik," ucapku.

"Menyayangi?" tanyanya dengan bingung.

Aku mengangguk.

"Menyayangi? Siapa yang menyayangi siapa?" terdengar suara dingin khas Juan.

Aku terkejut dan melihat ke belakang.

"Kak Juan?" ternyata di sebelahnya sudah ada Eric juga.

"Oh, jadi begini kelakuanmu? Berduaan dengan anak laki-laki?" tanya Juan.

"A-aku tidak- Bukan begitu-" kenapa dia membuat hal ini terdengar seperti salah paham? Kami hanya anak-anak. Aku hanya anak berumur 5 tahun. Lalu kenapa aku gugup??

Aku melihat ke arah Eric. Dia hanya tersenyum menyebalkan, seperti berkata 'sudah ku bilang jangan begitu'.

"Kak, aku hanya sedang bermain dengannya," ucapku mencoba tenang.

"Bermain? Sudah cukup, ayo kita pergi," ucap Juan.

"Pergi kemana? Tapi aku masih ingin di sini," tanyaku.

Aku masih ingin melihat apa yang bisa dilakukan oleh kekuatan angin. Aku juga masih ingin berkeliling.

"Baru sebentar kau dengannya dan dia sudah membuatmu begini?" tanya Juan dengan dingin.

Hah? Apa maksud kak Juan? Apa ini tidak berlebihan? Ya ampun.. Apakah mulai lagi?

"Aku hanya ingin melihat Alka menggunakan kekuatan anginnya Kak.. Ini baru pertama kali aku bertemu dengan orang yang punya kekuatan angin, apakah aku salah?" jelasku.

"Kau bisa melihat kekuatanku," ucap Juan sambil ingin menarik tanganku.

"Kak Syina!" panggilku pura-pura ke arah belakang mereka. Mereka berdua menengok ke belakang.

Kena!

Aku langsung berlari sambil mengajak Alka. Aku berlari tanpa melihat ke belakang. Berkhayal agar Juan dan Eric tidak mengikutiku.

Sebenarnya ini acara pesta ulang tahunku? Atau acara kejar-kejaran?

Aku ingin bebas di pestaku! Ini kan kesempatan aku mendapatkan teman juga! Aku lelah!

Tiba-tiba tubuhku terangkat. Juan menggendongku ala pengantin. Tubuhku yang ringan digendong di tangan juan yang kekar. Aku seperti boneka.

"Aa!" teriakku terkejut.

"Mau ku bawa juga teman kecilmu itu? tapi ke ruang bawah tanah?" tanya Juan.

"Ish, Kak! Hari ini saja! Aku ingin bebas, biarkan aku sendiri, ini kan ulang tahunku. Dan jangan ganggu dia!" tegasku.

Juan tidak berkata apa-apa lagi kemudian pergi.

"Tunggu!" ucapku.

Juan berhenti berjalan.

"Aku ingin berbicara dulu dengan Alka sebentar,"

Juan kemudian membalikan badannya ke arah Alka.

"Alka. Sampai bertemu lagi nanti. Terima kasih untuk yang tadi," ucapku sambil melambaikan tangan.

Alka tersenyum tapi kemudian ketakutan melihat ke arah Juan.

Aku mendongkak melihat wajah Juan. Dia menatap tajam ke arah Alka. Aku kemudian menutup wajah Juan dengan kedua tanganku.

"Haha," aku tertawa kikuk sambil melihat Alka. Alka sepertinya tercengang melihat apa yang aku perbuat.

"Pu-putri. Apakah saya boleh berteman dengan Anda?" tanya Alka ragu-ragu.

Aku merasa senang mendengar permintaannya. "Tentu saja! Aku menyukaimu, mari kita berteman,"

"Apa??!" tanya Juan yang menurunkan tanganku dari wajahnya. Berbarengan dengan pertanyaan dari Eric.

Apa? Kenapa? Kenapa mereka begitu?

.

Akhirnya aku berkeliling-keliling. Beberapa anak berani bertanya dan menyapa, yang lain ada yang terlihat takut.

Yang diundang ke pesta ini hanyalah anak yang sudah melakukan upacara pengikat kekuatan. Jadi Akalina dan Leo yang aku temui tidak bisa hadir ke sini. Padahal aku ingin melihat mereka. Aku penasaran bagaimana rupa mereka sekarang.

"Putri? Putri apanya? Dia hanya anak yang membuat Permaisuri meninggal,"

Bisikan itu. Anak-anak sudah bisa berbicara seperti ini? Apa yang orang tuanya ajarkan padanya sampai bisa begitu?

Anak perempuan itu terlihat sekitar berumur 9-10 tahun. Aku yakin seharusnya dia sudah paham bagaimana caranya beretika.

"Eric. Jangan di sini terus. Aku bosan," ucapku ingin segera pergi. Kalau Eric mendengar ucapan anak itu bisa gawat.

"Lalu kau mau kemana?" tanya Eric tersenyum. Kenapa dia malah terlihat senang?

"Hmm.. Aku ingin ke perpustakaan,"

Akhirnya Eric menggendongku dan membawaku pergi.

.

"Kau masih kecil, jangan dulu suka pada anak laki-laki," ucap Eric.

Sepanjang perjalanan, mereka menceramahiku mengenai laki-laki begini lah begitu lah. Aku seharusnya tidak mudah suka dengan laki-laki, dan sebagainya.

Tolonglah, Alka hanya anak-anak. Aku menyukainya sebagai teman. Teman.

"Kau paham kan Zinnia?" tanya Juan.

"Iya, iya Kak. Aku paham,"

"Kau tahu, sepertinya aku harus menyelidiki anak yang bernama Alka ini," ucap Eric pada Juan.

"Kau benar. Jangan-jangan dia mengincar sesuatu dari Zinnia," jawab Juan.

Hah.. Mereka mulai lagi. Sesuka hati mereka saja.

Kamipun sampai ke suatu tempat.

"Kenapa kita ke sini?" tanyaku ketika sampai di perpustakaan yang waktu itu aku bertemu dengan Eric untuk pertama kalinya setelah Eric hilang ingatan.

Di dalam ternyata sudah ada Kaisar.

"Papa!" aku pun berlari menghampiri Kaisar.

"Zinnia. Mengapa kesini? kau bosan dengan pesta ini?"

"Tidak kok Pa, pestanya luar biasa! Aku hanya.. ," aku melihat ke arah Juan dan Eric.

"Aku hanya lelah.. Haha,"

Awas saja kalau mereka mengungkit soal Alka pada Kaisar.

Kaisar hanya tersenyum.

Aku melihat ke sekeliling dan bertanya, "sebenarnya ini tempat apa Pa?"

Kaisar mengelus kepalaku. "Ini perpustakaan milik Ibumu, kau bisa ke sini kapanpun kau mau. Kakak-kakakmu juga sering datang ke tempat ini," ucapnya.

Perpustakaan milik Permaisuri. Aku tidak menyangka ada tempat seperti ini.

"Perpustakaan Ibu?"

Kaisar mengangguk dan membawaku ke lukisan besar yang terpampang di lantai dua. Lukisan Permaisuri.

"Ini adalah wajah Ibumu. Kau pasti belum pernah melihatnya," ucap Kaisar.

Sebenarnya aku sudah pernah melihatnya ketika aku pertama kali datang ke dunia ini, makannya aku bisa langsung mengenali wajah itu.

"Kau tahu? Ibumu adalah orang kekaisaran Holimon. Tempat yang paling sering ia kunjungi selain Hutan Putih adalah perpustakaan ini," jelas Kaisar.

Mengapa aku sering sekali mendengar hubungan antara Permaisuri dan Hutan Putih? Apakah Permaisuri sangat menyukai hutan itu?

"Papa, apakah aku bisa ke hutan Putih?"

"Tentu saja, kau bisa ke sana besok,"

"Besok?"

"Ya. Kau akan melakukan Upacara Pengikat Kekuatan besok," ucap Kaisar.

Upacara itu! Akhirnya aku akan melakukannya?

___________________________________

Jika kamu suka ceritanya, jangan lupa klik ⭐ ya ^^

Makasih buat votenya ❤

[Diupload oleh Sisi Shalla 20-11-2022]

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 195K 37
Aurora tersenyum tipis, menatap Aric tanpa benci sedikitpun. "Aku harus apa, Ar?" Lirihnya. Aric tertegun. "Aku harus apa untuk benci kamu, Ar?" Tany...
1.9M 126K 70
Seorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yan...
1.4M 72.8K 72
[๐‡๐š๐ซ๐š๐ฉ ๐Ÿ๐จ๐ฅ๐ฅ๐จ๐ฐ ๐ฌ๐ž๐›๐ž๐ฅ๐ฎ๐ฆ ๐ฆ๐ž๐ฆ๐›๐š๐œ๐š] [๐‚๐ž๐ซ๐ข๐ญ๐š ๐ญ๐ข๐๐š๐ค ๐ฆ๐ž๐ง๐ ๐š๐ง๐๐ฎ๐ง๐  ๐›๐ข๐›๐ข๐ญ-๐›๐ข๐›๐ข๐ญ ๐ฉ๐ž๐ฅ๐š๐ค๐จ๐ซ] [๐“๐ž๐ซ๐...
382K 44.2K 55
Rafka, seorang mahasiswa berumur dua puluh tujuh tahun yang lagi lagi gagal dengan nilai terendah di kampus nya, saat pulang dengan keadaan murung me...