Kisah Papa Papi - Guanren

By yourxpine

670K 71.5K 11K

Hanya kisah sederhana mengenai perdebatan 24/7 antara Papa Alin dan Papi Injun. © Yourxpine 🚦BXB , MPREG... More

Bagian Perkenalan
satu.
dua. (Kilas balik)
tiga.
empat.
lima.
enam.
tujuh.
delapan. (Kilas balik)
sembilan. 🔞
sepuluh. (Kilas balik)
sebelas.
dua belas.
tiga belas.
empat belas.
lima belas. (kilas balik)
enam belas.
tujuh belas.
delapan belas.
sembilan belas. 🥵🔞
dua puluh.
dua puluh satu.
dua puluh dua.
dua puluh tiga. (Kilas balik)
dua puluh empat.
dua puluh lima.
dua puluh enam.
dua puluh delapan.
dua puluh sembilan.
tiga puluh.
tiga puluh satu.
tiga puluh dua. (kilas balik)
tiga puluh tiga. (Kilas balik)
tiga puluh empat.
tiga puluh lima.
tiga puluh enam.
tiga puluh tujuh.
tiga puluh delapan.
tiga puluh sembilan.
empat puluh.
empat puluh satu.
empat puluh dua.
empat puluh tiga.
empat puluh empat. (Kilas balik)
empat puluh lima.
empat puluh enam.
empat puluh tujuh.
empat puluh delapan.
empat puluh sembilan.
lima puluh.
lima puluh satu.
lima puluh dua.
lima puluh tiga.
lima puluh empat.
lima puluh lima.
lima puluh enam.
lima puluh tujuh.
lima puluh delapan.
lima puluh sembilan.
enam puluh. 🔞
enam puluh satu.
enam puluh dua. (kilas balik)
enam puluh tiga.
enam puluh empat.
enam puluh lima.
enam puluh enam.
enam puluh tujuh.
enam puluh delapan 🔞
enam puluh sembilan (kilas balik)
tujuh puluh.
tujuh puluh satu.
tujuh puluh dua.
tujuh puluh tiga.
Tujuh puluh empat.
Tujuh puluh lima.
Tujuh puluh enam.
Tujuh puluh tujuh.
Tujuh puluh delapan.
Tujuh puluh sembilan.
Delapan puluh.
Delapan puluh satu.
Delapan puluh dua.
Delapan puluh tiga.
Delapan puluh empat.
Delapan puluh lima.
Delapan puluh enam.
Delapan puluh tujuh.
Delapan puluh delapan.
Delapan puluh sembilan.
Sembilan puluh.
Sembilan puluh satu.
Sembilan puluh dua.
Sembilan puluh tiga.
sembilan puluh empat.
Sembilan puluh lima.
sembilan puluh enam.
Sembilan puluh tujuh.
Sembilan puluh delapan.
Sembilan puluh sembilan.
Seratus.
Season 2?
Bonus chapter I
Bonus chapter 2
Bonus chapter 3.
Bonus chapter 4
Bonus chapter spesial ulang tahun papi

dua puluh tujuh.

6.5K 742 148
By yourxpine

"Linn.."

"Enggak! Gue bilang enggak ya enggak!"

"Paaa"

"Gak mempan."

"Papaaa.. Alinn.."

"Gak, Ren! Enggak! Lo tau arti dari enggak, gak sih?!"

Renjun kembali mencebik, sedangkan Guanlin terlihat begitu frustasi dengan permintaan Renjun kali ini. Bagaimana mungkin orang yang sedang hamil sekitar empat bulan lebih itu ingin melakukan bungee jumping.

Salahkan siaran televisi barusan yang menayangkan bagaimana keseruan salah satu selebriti melakukan bungee jumping dan membuat Renjun merengek ingin melakukan kegiatan ekstrim tersebut.

"Tapi dedek pingin"

"Jangan bawa bawa dedek sebagai alasan kalau itu lo yang pingin. Gue bisa ngabulin apapun keinginan lo, tapi enggak buat yang ini"

Renjun Nampak begitu kecewa ketika permintaannya tidak di turuti oleh Guanlin. "Sekali aja, ya ya?"

"Enggak!"

Renjun mendekat, melingkarkan tangannya di lengan Guanlin yang tengah fokus menonton pertandingan basket di layar kaca depannya. Sedangkan Ayden, bocah mungil itu tengah menikmati snack sorenya sembari menonton cocomelon kesukaannya dari tablet yang Guanlin beli untuknya.

"Jahat banget gak mau nurutin.."

Guanlin menoleh. "Aku tanya sama kamu, bagus gak bungee jumping buat orang hamil? Kamu tanya itu sama dokter, boleh gak?"

Renjun tidak menjawab, ia menundukan kepalanya menghindari tatapan tajam Guanlin.

"Kenapa diem? Udah tau kan jawabannya apa?" Guanlin menghela nafas pelan, "Gak semua ngidam atau keinginan itu harus di turutin, Ren. Kamu juga harus mikirin dampak baik buruknya buat kamu, buat dedek. Jangan buat aku pusing sama permintaan aneh aneh kamu kayak gini."

Terdengar helaan nafas berat dari Guanlin, Renjun perlahan mendongak dan menatap Guanlin dengan raut wajah yang tengah menahan amarahnya itu.

Renjun tidak menjawab semua ucapan yang Guanlin lontarkan barusan. Setelah matanya bersitatap dengan Guanlin, Renjun langsung melengos dan berdiri.

"Mau kemana?" tanya Guanlin

"Ke kamar. Gue males masak hari ini, kalau lo laper, pesen makanan aja sekalian sama Kakak"

"Aku belum selesai bicara"

"Renjun."

"Ren?!"

Renjun tidak menjawab, ia langsung melangkahkan kakinya dengan sedikit hentakan menuju kamar.

"Pwiiii" panggil Ayden ketika melihat Papinya itu melangkah pergi

"Papi lagi capek kak, main sama Papa aja ya? Main ke luar yuk? Ketemu Jisung sama Chenle"

"Cung ma yeye?"

"Iya"

"Mawuuu, mawu naik bingg yaa" (Mau naik mobil ya)

Guanlin mengangguk, "Iya ayo main mobil mobilannya kakak. Papa keluarin dulu mobilnya"

Ayden mengangguk, ia kemudian mengikuti langkah Guanlin untuk keluar rumah.

*
*
*

Guanlin mengetuk pintu kamar mereka beberapa kali, berharap Renjun mau keluar dari kamar.

"Yang, makan dulu. Udah malem nih, si Kakak juga daritadi nyariin lo"

Tidak ada jawaban dari Renjun, bahkan ponselnya sengaja ia matikan. Guanlin menghela nafas beberapa kali, mencoba bersabar karena ia tau, hormon orang hamil memang susah di tebak dan sedikit menyebalkan.

"Makan dulu, nanti lo sakit lagi"

"Oke, kalau lo gak mau makan, ini makanannya gue taruh di depan kamar ya? Gue gak bakal ganggu lo dulu. Yang penting lo makan"

"Pwiii, mammm" teriak Ayden sembari ikut mengetuk pintu di hadapannya itu

"Tuh, Kakak nyuruh lo makan. Makan dulu"

"Pwi nana?"

"Papi di dalam. Panggil lagi kak, biar papinya mau keluar"

"Pwiii.. ni kakkk. Ukaa piii" (pi, ini kakak, buka pi)

"Pwiii.. mamam"

Renjun akhirnya luluh setelah mendengar suara Ayden, ia membuka pintu sedikit. "Kakak aja yang masuk. Lo jangan" ucapnya sedikit mengintip di balik pintu

Guanlin kembali menghela nafas, Ayden berjalan masuk ke kamar mereka. "Makan dulu"

"Hm, nanti gue makan"

"Makan, sekarang."

"Iya iya, cerewet!" ucap Renjun sembari mengambil makanan yang di bawah Guanlin dan kembali menutup pintu dengan kencang.

"Anak gue ekstrim bener ngidamnya. Awas aja, kalau lahir gak ada mirip miripnya sama gue, gue lempar tuh ke panti asuhan!"

"GUANLIN!! GUE MASIH BISA DENGER YA?!" teriak Renjun dari dalam

Guanlin menutup mulutnya, ia menggeleng sebentar dan kemudian memilih kembali ke bawah untuk melanjutkan beberapa kerjaannya yang belum selesai.

Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, Guanlin sudah bersiap untuk tidur. Mungkin malam ini ia harus rela tidur di kamar Ayden, karena suami mungilnya itu masih dalam mode ngambek. Tadi sekitar pukul delapan, Guanlin sudah naik ke kamar dengan membawakan susu untuk Renjun dan Ayden, namun Renjun masih tidak membiarkannya untuk masuk.

Guanlin kembali mengecek setiap pintu rumah dan memastikan sudah tertutup rapat. Guanlin kini tengah berada di dapur, ia ingin mengambil air minum terlebih dahulu sebelum naik ke atas.

Tinggg.. tinggg

Bunyi bel dari pintu belakang membuat Guanlin mengerutkan keningnya, ia berjalan menuju pintu belakang dan membuka pintu tersebut.

"Kak Mark? Ngapain?" tanyanya ketika melihat Mark berdiri di depan pintu dengan Haechan di belakangnya

Mark tersenyum canggung, ia melirik Haechan. "Sorry ya Lin kalau gue ganggu lo malam malam. Tapi ini, gimana ya gue ngomongnya. Ini laki gue lagi ngidam"

Guanlin terlihat masih kebingungan. "..iya?"

"Ah kak Mark kelamaan. Udah biar Echan aja yang ngomong" Haechan menggeser tubuh Mark, "gini lin, anak gue lagi pengen makan nasi goreng"

"Kalau anak lo pingin nasi goreng, ngapain lo kesini? Gue gak jual nasi goreng"

Haechan mendengus, "Gue belum kelar bicara!"

"Sabar, babe" ucap Mark yang melihat Haechan mulai kesal

"Nih si tiang bikin emosi aja"

"Ya elo, nyari nasi goreng kok di rumah gue"

"Gue tuh mau nasi goreng, tapi lo yang masakin"

Guanlin Nampak terkejut, "gue banget nih yang masakin?"

"Iya. Cepetan"

"Lo kalo minta tolong yang kalem dong"

"Lin, turutin aja ya lin, daripada nangis nih laki gue. Gue udah pusing banget dia daritadi minta nasi goreng buatan lo"

Guanlin menghela nafas pelan. "Ya udah, masuk dulu deh. Gue buatin"

"Tumben lo baik?" ucap Haechan

"Jangan mancing"

Haechan terkekeh, ia kemudian mengikuti langkah Guanlin masuk ke dalam rumah.

"Renjun mana? Udah tidur? Gue kok gak liat Renjun dari sore ya? Sakit apa ya?" tanya Haechan

"Lagi ngambek"

"Kenapa?"

Guanlin mulai mengeluarkan segala keperluan untuknya memasak. Ia tidak ahli masak, namun untuk ukuran nasi goreng, ia masih bisa.

"Lagi ngidam, gak gue turutin. Ngambek deh"

"Tuhkan! Laki mah emang gitu, doyan nanem doang tapi gak mau bantu nurutin ngidam. Padahal ini juga benihnya" kesal Haechan tiba tiba yang membuat Mark dan Guanlin saling berpandangan

"Lo dengerin dulu, apa yang dia idamin"

"Apa emangnya? Lo mah kaya doang, tapi gak mau nurutin ngidamnya laki lo"

"Dia tuh pengen bungee jumping. Lo tau kan bungee jumping? Yang loncat dari ketinggian?"

Haechan dan Mark Nampak terkejut. "Serius?" tanya Mark

"Iya, kak. Lo kalau jadi gue, apa ya mau nurutin?"

"Ya enggak sih"

"Nah! Gue juga gak mau kali ambil resiko"

"Buset, ngeri bener ngidamnya Renjun"

Guanlin hanya mengangguk, kemudian kembali melanjutkan aktifitasnya. "Mau gue bantuin gak, lin?" tanya Mark

"Gak usah kak. Temenin aja tuh suami lo, biar mulutnya gak ngoceh aja. Tuh kalau mau minum ambil aja di kulkas, ada cemilan juga"

Haechan yang mendengar itu langsung berdiri dan mengambil beberapa minuman serta cemilan dari lemari pendingin milik keluarga Guanlin.

Di lain sisi, Renjun yang sudah tertidur semenjak pukul sepuluh itu terbangun. Ia melihat kesamping dan mendapati anak sulungnya tertidur pulas. Renjun menaikan selimut Ayden perlahan. Ia kemudian dengan perlahan turun dari ranjang.

"Guanlin udah tidur belum ya?"

"Gue cek aja deh"

Renjun berjalan keluar kamar, hendak ke kamar Ayden, siapa tau Guanlin tidur disana. Namun langkahnya terhenti ketika merasakan bau harum khas nasi goreng.

"Ini Guanlin masak malem malem? Atau gimana?" monolog Renjun yang kemudian berjalan perlahan menuju dapur

Langkah Renjun terhenti ketika mendapati Haechan yang tengah memakan sepiring nasi goreng  dengan lahapnya di meja makan rumahnya, dan Mark serta Guanlin yang tengah bercengkrama.

"Chan? Ngapain lo disini?" tanya Renjun yang sontak membuat semua orang menoleh

"Nih, makan nasi goreng"

Renjun kembali menatap bingung, ia menoleh kepada Guanlin meminta penjelasan.

"Ini, si Echan ngidam minta nasi goreng buatan gue katanya"

Renjun mengerutkan keningnya, "Ngidamnya laki orang di turutin, ngidam laki sendiri gak di turutin" kesal Renjun

Guanlin nampak panik, sedangkan Haechan dan Mark saling berpandangan. Guanlin masih terdiam, Haechan meneguk air putih di depannya.

"Ya lo ngidamnya aneh aneh, njun" ucap Haechan

"Namanya juga ngidam. Nah ini, lo juga ngidam masakan suami gue. Kenapa gak minta suami lo aja?"

Haechan melirik Mark. Ia kemudian kembali menatap Renjun. "Gak bisa masak, dia" ucap Haechan tanpa bersuara

Renjun mencebik kesal. Ia membuka lemari pendingin miliknya dan mengambil sebatang coklat kemudian menutup pintu lemari pendingin dengan sedikit keras membuat ketiga orang disana terdiam. Tanpa menoleh, Renjun langsung kembali menuju ke kamarnya.

"Lin, sorry ya. Gue jadi bikin Renjun makin kesel sama lo" ucap Haechan

Guanlin mengangguk dan memaksakan senyumnya. "Santai, Chan"

"Lin, gue beneran minta maaf ya. Gue jadi gak enak nih"

"Gapapa kak, udah santai aja"

Mark mengangguk, "Udah babe? Kalau udah ayo balik, takut Chenle kebangun"

"Udah kak"

"Taruh aja kak, besok bakal ada yang bersihin kok" ucap Guanlin ketika melihat Mark hendak mencuci piring yang telah di gunakan

"Gak enak gue lin, lo udah masak masa gue gak bantu apa apa"

"Udah gapapa. Lo kalau kelamaan disini takut Chenle kebangun, ntar nangis dia gaada kalian"

Mark akhirnya mengangguk dan berpamitan kepada Guanlin. Setelah kembali menutup dan mengunci pintu belakang, Guanlin mencoba menghampiri Renjun di kamar. Namun ternyata suami mungilnya itu masih marah atau lebih marah lagi karena mengunci pintu kamar mereka. Guanlin pun akhirnya memutuskan ke kamar Ayden untuk beristirahat, karena besok ia akan ada meeting pagi hari.

*
*

"Ren"

"Hm?"

"Lo masih marah sama gue?" tanya Haechan setelah ia menurunkan Chenle dari stroller yang ia bawa, mereka kini tengah berada di tempat preschool para balita itu

"Lah? Renjun kenapa marah ke lo chan?" tanya Jaemin yang memang tidak paham dengan pertikaian mereka

"Gue tadi malam ngidam banget masakan Guanlin"

Jaemin Nampak melebarkan matanya. "Serius?"

"Iya. Gak tau juga kenapa"

"Wah, karma tuh. Lo biasanya suka julid ke Guanlin"

"Dih, mana ada"

"Terus Renjun marah kenapa? Lo marah kenapa, Ren?"

"Gue gak marah" jawab Renjun singkat

"Lo masih ngediemin Guanlin?" tanya Haechan yang tidak mendapat jawaban dari Renjun

"Kenapa?" bisik Jaemin

"Ini, Renjun masa ngidam bungee jumping"

"Gila! Bahaya tau, Ren"

Renjun mencebik, ia menoleh kepada kedua sahabatnya yang berada di sampingnya itu. "Tapi gue pengen! Kayaknya enak banget lompat gitu, kayak beban lo ilang"

"Nyawa lo juga bakal ikut ilang!" ucap Haechan yang langsung mendapat senggolan Jaemin

"Tapi kan gak baik Ren buat lo sama anak lo. Inget lo lagi hamil, mungkin kalau gak hamil Guanlin pasti ngebolehin"

Renjun kembali mendengus, bibirnya semakin melengkung ke bawah. "Kasian tau ren si tiang. Serius deh gue liat wajahnya tadi malem kayak gak tega gitu. Padahal gue biasanya doyan banget nistain laki lo" ucap Haechan

"Guanlin juga pasti bingung, mau ngabulin semua ngidam lo, tapi dia juga tau bahayanya kalau ini di kabulin"

"Gue keterlaluan ya?" tanya Renjun

"Enggak, bukan gitu maksud gue. Ya lo boleh ngidam ini itu, tapi pikirin juga dampaknya buat kalian"

"Bener tuh kata si Nana"

"Kalau gitu, kalau misal nih gue ngidam elus elus laki lo pada, boleh gak?" pertanyaan Renjun sontak membuat Haechan dan Jaemin melebarkan matanya

"ELUS ELUS APA?!" ucap mereka berdua bersamaan

Renjun terkekeh, "bercanda"

Jaemin dan Haechan menghela nafas lega. "Gue kirain mau elus elus beneran" ucap Haechan

"Kalau boleh sih. Kan lo tadi malem juga ngidam laki gue"

"Heh! Bukan ngidam laki lo. Tapi ngidam masakan laki lo. Kalau ngidam laki lo mah yang gue makan bukan nasi goreng, tapi laki lo" ucap Haechan yang sontak mendapat pukulan di lengan dari Renjun

Setelah kegiatan preschool selesai, Renjun memutuskan untuk ke kantor Guanlin untuk mengajak makan siang bersama serta meminta maaf atas kerandoman ngidamnya dia tadi malam.

"Pwaaaaaa" teriak Ayden yang melihat Guanlin baru saja keluar dari lift

Guanlin menoleh dan mendapati Ayden tengah berlari ke arahnya. Guanlin jelas kaget dengan kehadiran tiba tiba dari keluarga kecilnya itu. Guanlin terdiam sejenak kemudian menggendong Ayden.

"Kok disini?" tanyanya

"Nih pii anen"

"Papi kangen?" tanya Guanlin yang di angguki Ayden

"Emang kakak tau kangen itu apa?"

"Ndakkk"

Guanlin terkekeh, mencubit pelan pipi Ayden. "Kok gak bilang mau kesini?" tanya Guanlin kepada Renjun yang sudah berada di hadapannya itu

"Surprise/?"

"Ahh.. udah gak marah?" tanya Guanlin yang di jawab gelengan pelan oleh Renjun

"Lo mau kemana?"

"Niatnya mau makan siang tadi"

"Sama klien?"

Guanlin mengangguk. "Gue ganggu dong?" lanjut Renjun

"Enggak. Mau makan siang bareng?"

"Iya, niatnya gitu. Tapi kalau lo udah ada janji, gapapa lain waktu aja"

Guanlin tidak menjawab, ia menarik tangan Renjun menuju ruangannya. "Tunggu sini bentar, yang. Gue mau ngobrol sama Daehwi bentar" ucapnya setelah sampai di ruangan Guanlin

Setelah lima menit, Guanlin kembali lagi ke dalam ruangan kerja miliknya.

"Ayo, mau makan siang dimana?" tanya Guanlin sembari mengambil kunci mobilnya yang berada di laci

"Lo beneran gak jadi makan siang sama klien?"

"Iya, udah di wakilin sama Daehwi dan yang lain"

"Gapapa?"

"Gapapa sayang" Guanlin menundukan dirinya di samping Ayden yang tengah fokus dengan lego di tangannya. "Kakak mau makan apa?"

Ayden mendongak, berfikir sejenak. "Mawu yayam"

"Ayam goreng?" tanya Guanlin dan di angguki Ayden

"Lo mau apa yang?"

"Terserah aja kalau gue"

"Ayam juga?"

Renjun menggeleng. "Bosen"

"Beef yakiniku?"

"Lagi gak pingin"

"Pasta?"

"Eneg"

Guanlin menghela pelan, "apa dong?"

"Ayam goreng aja, itu Kakak pingin"

Guanlin memaksakan senyumnya, mengusak rambut Renjun sejenak. "Ya udah, ayo"

Guanlin akhirnya memilih membawa Renjun dan Ayden untuk makan siang di salah satu restoran yang menyediakan ayam goreng di dekat kantornya. Setelah memesan beberapa makanan dan minuman, selang lima belas menit semua hidangan sudah tersaji di depan mereka.

"Kakk mau tuh pwiii" ucap Ayden sembari menunjuk ice chocolate di depan Renjun

"Nanti, makan dulu" jawab Guanlin

"Nooo!! Mawuu tuuhh"

"Nanti, kak. Kalau kamu minum itu sekarang, nanti kamu gak mau makan"

Ayden memanyunkan bibirnya, "Makan dulu ya, nanti papi kasih ice chocolatenya buat kakak kalau kakak mau habisin makanannya"

"Makan, kak" ucap Guanlin yang membuat Ayden akhirnya menurut dan membuka mulutnya

Sekitar lima belas menit mereka menghabiskan makanan mereka dengan di selingi obrolan ringan dan si kakak yang masih ngambek karena gak di bolehin minum ice chocolate, akhirnya semua hidangan di depan mereka habis tak bersisa.

"Nih kak, reward karena kakak mau makan sampai habis" ucap Renjun yang kemudian memberikan ice chocolate miliknya.

Ayden menepuk kedua tangannya menandakan dirinya sangat senang, hingga membuat Guanlin dan Renjun terkekeh.

"Lin" panggil Renjun membuat Guanlin menoleh

"Kenapa?"

Renjun terlihat berfikir sejenak sebelum kembali membuka suaranya. "Eumm.. maaf"

"Maaf? Buat apa? Lo habis ngelakuin kesalahan apa?" tanya Guanlin bingung

"Gak tau. Maaf aja karena ngebuat lo tadi malem kebingungan sama permintaan gue. Maaf ya kalau gue kesannya egois"

Guanlin terkekeh, ia menarik satu tangan Renjun dan mengecupnya. "Gapapa, yang. Itu wajar, tapi kalau lain kali ngidam lo aneh aneh gitu, gue minta buat pertimbangin lagi ya? Gue juga bingung harus nurutin apa enggak. Gue mau jadi suami siaga, tapi kalau permintaan lo kayak gitu.. kan bingung juga gue"

Renjun mengangguk. "Iya, makanya gue minta maaf"

"Pwaaa" panggil Ayden yang membuat kedua orang tuanya itu menoleh

"Buset! Udah abis aja kak"

"Pwaa mawu ekimm" (Pa, mau ice cream)

"Ice cream? Mana ada?"

"Tuuu" jawab Ayden sembari menunjuk luar restoran yang terdapat penjual ice cream

"Wih, Papi mau juga dong" ucap Renjun yang ikut Ayden berbinar ketika melihat gerobak ice cream jadul di depan restoran itu

"Mau?" Renjun dan Ayden mengangguk antusias bersamaan, membuat Guanlin terkekeh. Kalau begini, rasanya Guanlin bukan punya dua bayi, tapi tiga sekaligus.

"Ya udah, Papa pesenin dulu ya"

Guanlin hendak berdiri, namun tangannya di cekal Renjun. "Sekalian aja kita langsung balik ke kantor"

Guanlin mengangguk, ia menggendong Ayden dan membayar makanan yang telah mereka makan terlebih dahulu sebelum keluar.

Setelah mereka memilih beberapa rasa ice cream dan langsung kembali masuk ke mobil.

"Wleee, ndak nakkk" ucap Ayden sembari menjulurkan lidahnya. Renjun yang ada di kursi penumpang samping Guanlin sontak menoleh, sedangkan Guanlin melihat Ayden sekilas dari center mirror.

"Kenapa kak?" tanya Renjun

"Ndak nakkk pwii"

Renjun terkekeh. "Kamu gak suka rasanya? Ini Cobain punya Papi"

Renjun mengulurkan ice cream miliknya dan menukar milik Ayden.

"Itu punya kakak rasa apa emang?" Tanya Guanlin

"Gak tau, bentar gue Cobain" Renjun mencoba sesendok ice cream milik Ayden. "Emm, pantesan kakak gak suka"

"Emang rasa apa?"

Renjun tidak menjawab, ia menyuapkan satu sendok ice cream kepada Guanlin. Guanlin mengecap rasa dari ice cream itu dan mengerutkan dahinya.

"Buset! Pantes kakak gak suka, ternyata rasa jahe" Guanlin menggelengkan kepalanya, "yang mau minum dong"

Renjun memberikan air putih yang selalu ia bawa di tas milik Ayden. "Lagian kenapa sih itu yang jual pakai buat rasa jahe, ngide banget astaga ini rasanya jadi anget anget dingin pedes"

"Ya kita yang salah sih lin, tadi gak tanya dulu itu rasa apa langsung tunjuk gitu aja"

"Niii enyakkk" ucap Ayden setelah dirinya memakan ice cream yang di berikan Renjun

"Itu punya lo rasa apa?" tanya Guanlin

"Rasa pisang"

"Pantes kakak suka" Guanlin melirik Ayden kembali, "enak kak?"

Ayden mengangguk antusias. "Enyakk. Kakak cuka"

Guanlin dan Renjun terkekeh melihat Ayden yang sepertinya sangat suka dengan rasa ice cream itu, buktinya bocah mungil itu memakan dengan lahap dan dengan kepala yang ia goleng golengkan.

"Ini kalau si dedek udah lahir pasti makin rame ya?" ucap Guanlin tiba tiba sembari mengelus perut Renjun.

Renjun terkekeh dan meletakan satu tangannya di atas tangan Guanlin yang sedang mengelus perutnya itu. "Pasti rame, nanti gue berasa punya tiga bayi"

"Kembar?" Tanya Guanlin kaget

"Enggak! Satu bayinya itu lo"

"Dih? Kenapa gue?"

"Ya soalnya lo kalo lagi manja, ngalah ngalahin kakak"

Guanlin kembali terkekeh dan mengusak rambut Renjun.

"Pwiii" panggil Ayden membuat Renjun kembali menoleh ke belakang

"Abwisss" ucap Ayden sembari mengulurkan cup ice cream yang sudah kosong

Renjun menerima cup kosong tersebut dan menggantinya dengan tissue. "Itu bibirnya di lap dulu, kak. Terus ini minum airnya"

Ayden menurut dan melaksanakan perintah Renjun. "Pinter banget kakak, udah gede ya sekarang" lanjutnya

"Kakak kok nurut banget sih ke lo. Ke gue tuh kayaknya susah banget" protes Guanlin

"Ya gimana mau nurut ke lo, kalau selalu lo jailin mulu"

"Seru, yang"

Renjun hanya mencebik atas jawaban Guanlin barusan. Selang lima menit, mereka sudah kembali di kantornya Guanlin.

"Gue habis ini mau meeting, lo langsung pulang apa gimana?" Tanya Guanlin

"Langsung pulang aja"

"Pulang sendiri? Apa mau gue panggilin supir?"

"Sendiri aja. Ini kakak aja gendong pindahin ke mobil gue"

Guanlin mengangguk, ia kemudian menggendong Ayden hendak memindahkan anak sulungnya itu ke car seat yang berada di mobil Renjun.

"Siang pak Lai" sapa salah satu pegawai Guanlin yang kemudian menghampiri mereka. Renjun mengerutkan keningnya menatap pegawai di depannya itu

"Siang"

"Ini saya bawakan beberapa makanan buat bapak" ucapnya yang kemudian mengulurkan satu totebag berisi makanan kepada Guanlin

Guanlin mengerutkan dahinya dan menoleh sejenak kepada Renjun. "Saya sudah makan barusan dengan suami dan anak saya. Kamu bisa membaginya dengan yang lain aja"

"Gapapa pak, ambil saja. Ini saya beli khusus buat bapak. Mungkin nanti bapak lapar lagi"

Renjun merapatkan tubuhnya dengan Guanlin kemudian mencubit pelan pinggang Guanlin membuat Guanlin sedikit meringis. Tidak lama kemudian Renjun menerima uluran totebag tersebut. "Terimakasih ya udah repot-repot bawain suami saya makanan. Lain kali kamu gak perlu repot-repot begini"

Pegawai Guanlin mengangguk canggung, ia kemudian berpamitan kepada Guanlin untuk kembali masuk ke dalam kantor.

"Sering dapat makan gini?" Tanya Renjun yang di angguki pelan oleh Guanlin

"Tapi biasanya gue kasih ke Daehwi atau yang lain yang. Gue tau mereka baik gini karena gue udah naik jabatan, jadi mereka berlomba lomba cari perhatian gue"

Renjun hanya mendengus, "mulai besok, makan siang lo bakal gue anter sendiri. Gue yang masakin"

"Lo kalau cemburu gini makin gemesin yang" goda Guanlin

"Gue gak cemburu" elak Renjun

"Dih? Yakin tuh gak cemburu? Kak, Papi cemburu kan ya kak?" Tanya Guanlin kepada Ayden dan di angguki bocah mungil itu

"Idih, si kakak kayak tau tauan aja cemburu itu apa"

"Tawuuu pwiii"

"Emang apa?"

"Apa pwa?" Tanya balik Ayden kepada Guanlin yang kemudian membuat kedua orang tuanya itu terkekeh

"Nahkan, gak tau sok sokan tau"

"Tawuuu, kakak tawuu"

Guanlin menarik pelan hidung Ayden sembari terkekeh dan memasangkan seatbelt pada tubuh Ayden.

"Udah yang, lo bisa pulang"

"Ini makanannya gimana? Mau lo makan?" Tanya Renjun

"Nanti di depan kasih ke security aja"

"Tapi kan ini buat lo"

"Udah, nurut aja. Daripada entar lo ngambekin gue gara gara makan makanan dari orang lain"

Renjun kembali mendengus, Guanlin terkekeh dan mengusak kepala Renjun. Guanlin membukakan pintu kemudi untuk Renjun.

"Hati hati kalau pulang. Sampe rumah kabarin gue"

Renjun mengangguk, ia menoleh ke samping kanan kiri kemudian menarik pelan dasi Guanlin hingga tubuh Guanlin menunduk.

Cuppp

Renjun mencium singkat bibir Guanlin. "Dah, semangat kerjanya" ucapnya sembari menepuk pelan pipi guanlin

"Pwaaapiiiiii!!" Kesal Ayden yang seketika membuat Guanlin dan Renjun menoleh

"Apa? Gak boleh papinya cium papa? Posesif amat ini anak laki satu"

Ayden memajukan bibirnya. "Papwa naal"

"Kok bisa Papa yang nakal? Kan Papi kamu yang nyium Papa"

Renjun terkekeh, "udah sana masuk Lin. Katanya mau meeting"

Guanlin melihat jam di pergelangan tangannya.

"Oh iya, lima menit lagi. Gue masuk dulu ya, lo kalau sampe rumah kabarin"

"Iya iya"

"Kakak jangan nakal ya?" Ucap Guanlin kepada Ayden, namun bocah mungil itu lebih memilih memalingkan wajahnya

"Ngambekan nih kayak papinya"

"Guanlin!!!"

Guanlin terkekeh kemudian berlari sembari melambaikan tangannya meninggalkan anak dan suaminya itu.

"Jangan keseringan cemburu ke papa gitu kak, kasian papa"

"Noo! Papwa naal pii"

Renjun hanya terkekeh, kemudian mulai melajukan mobilnya meninggalkan parkiran di perusahaan keluarga Guanlin itu.









Tbc

*******

ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴍᴇɴɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ᴊᴇᴊᴀᴋ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ᴅᴀɴ ᴋᴏᴍᴇɴ ᴀɢᴀʀ ᴀᴋᴜ ᴍᴀᴋɪɴ ʀᴀᴊɪɴ ᴜᴘᴅᴀᴛᴇ! ʜᴇʜᴇʜᴇ

~~~~~~~~~~~~

Continue Reading

You'll Also Like

1M 86.6K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
32.3K 4.5K 11
Shotaro punya beribu alasan untuk mencintai Panglima Tempur kelas 11. Dia akan meringkasnya, dalam 10 Chapter 📍Sungtaro location Bxb
216K 14.1K 15
❗CERITA INI MENGANDUNG KONTEN LGBT.❗ ❥︎ Mpreg [Male Pregnant] ❥︎ Homophobic? nagajuseyo! ❥︎ Just For Fun. ❥︎ Not Real Story! ❥︎ Kumpulan One shot bxb...
159K 25.8K 71
Pertemuan pertama mereka yang sangat tidak disangka bisa membuat Lucas dan Jungwoo bertemu untuk kedua kalinya bahkan seterusnya. - bxb - mpreg ⚠️