Unconditionally

By jaemon1406

24.3K 3.3K 769

"Where words fail, music speaks." Jiwa (Rose) bisa mendengar bahasa jiwa/batin dari orang-orang di sekitarnya... More

The Intro
Friend
Obat Penawar Untuk Jiwa
Diri
Tutur Batin
Si Lemah
I like me better
Lagu Untukmu
Jatuh Hati
Peter Pan Was Right
Jealous
Pemeran Utama
I finally found someone
Yang terbaik bagimu
Satu-satu
Lagu Untuk Riri
Andaikan kau datang
maybe we need a break
When I was your man
Aku, dirimu, dirinya
the man who can't be moved
(Tanpa judul)
Try Again
Retrospect
I choose to love you
Can't take my eyes off you
Incomplete
Unconditionally
Senyumlah

Laksana Surgaku

807 110 58
By jaemon1406

Sungguh ku tak berdaya, jika harus tanpamu
Menghabiskan waktuku, jelajahi dunia

-Khrisna Balagita-

---

Keduanya kini berdiri berhadapan. Raga memotret sempurna wajah cantik Jiwa dengan matanya yang saat ini berdiri di hadapannya. Rambut Jiwa yang tertiup angin dirapikan oleh Raga, diselipkan ke sela-sela telinga agar tidak menutupi wajah Jiwa. Di bawanya Jiwa ke dalam pelukannya selama beberapa menit kemudian pelukan itu direnggangkan. Wajah mungil Jiwa diusap lembut oleh tangan Raga, pemuda itu membawa wajah Jiwa mendekat ke wajahnya hingga jarak terkikis semua. Sambil tersenyum Raga menyentuh bibir Jiwa dengan kepunyaannya tapi semuanya itu buyar saat Gio datang dan membangunkan Raga dari mimpinya.

"Bangun woi udah jam berapa nih, yang lain udah pada sarapan," Gio membangunkan Raga dari mimpinya yang hampir indah sempurna itu.

Cuma mimpi. Batin Raga. Lamunannya kembali membawanya kepada kejadian semalam bagaimana ia menyatakan perasaannya pada Jiwa. Raga menarik nafas panjang dan menghembuskannya sambil masih dalam posisi duduk di kasurnya.

"Kenapa sih gak bersemangat banget lu kaya abis ditolak cintanya," ucap Gio.

Raga mengangkat kedua pundaknya dan menyuruh Gio keluar karena dia akan segera turun. Berselang beberapa menit Raga turun didapatinya Oma dan teman-temannya sedang duduk di halaman depan sementara ada gadis yang sedang sibuk mencuci piring di sudut dapur.

Seperti terganggu dengan rambut panjangnya yang terus menerus terjatuh, Jiwa yang sedang mencuci piring berkali-kali mengatur rambutnya dengan punggung tangan. Raga berjalan mendekat ke arah Jiwa setelah sebelumnya ia sudah mengambil sebuah karet gelang yang tergeletak di meja makan. Diambil rambut Jiwa yang terurai dan disatukan kemudian diikat, agak berantakan karena tidak biasa tapi itu cukup membantu. Jiwa yang sempat terkejut kemudian membiarkan Raga menolongnya karena memang sangat sulit mengatur rambutnya.

"Makasih ya," ucap Jiwa singkat karena merasa canggung dengan kejadian semalam.

"Kok yang lain ga bantuin?" tanya Raga.

"Kata Jiwa tamu gak boleh capek Ka, jadinya kita gak dikasih ijin buat bantuin," Gigi tiba-tiba muncul seolah menyelamatkan situasi yang awkward itu.

Setelah Gigi datang Raga mengambil piring dan duduk untuk sarapan sendiri di sana sementara Jiwa masih melanjutkan aktivitas mencuci piringnya tapi kini dibantu Gigi.

"Hari ini schedule kita kemana ka?" tanya Gigi pada Raga yang duduk tepat di belakang tempatnya berdiri.

"Eh gak tau, coba tanya yang lain mau kemana," ucap Raga saat mulutnya kosong.

"Oma pernah cerita ke aku, katanya Oma punya villa deket pantai. Kurang lebih satu jam perjalanan dari sini, mau ke sana gak?" tanya Jiwa mencoba bergabung dengan percakapan.

"Kemana aja asal jangan ke situ," sahut Raga.

"Kenapa Ka?" tanya Gigi.

Raga memilih untuk tidak menjawab. Selesai mencuci piring dan makan ketiganya bergabung dengan  yang lain di halaman depan. Mereka sedang menikmati udara Trez yang sejuk sambil meneguk teh khas buatan Oma.

"Jadi apa agenda hari ini?" tanya Oma.

"Tadi Jiwa ngajak ke villa yang deket pantai Oma, tapi Ka Raga bilang ke tempat lain aja," jelas Gigi.

"Masih belum bisa ke sana Ga?" Naya bertanya pada Raga. Liam dan Jiwa ikut menoleh ke arah yang sama. Raga hanya menggeleng.

"Emangnya ada apa sama villanya? Gak bagus ya?" tanya Jiwa penasaran.

"Loh kamu belum cerita ke Jiwa soal Mama Jasmine, Ga? Oh iya hari ini kan..." bukan menjawab Naya justru malah bertanya. Ucapannya terhenti ketika Raga memintanya untuk tidak melanjutkan perkataannya.

Jiwa tampak bingung dengan ucapan di antara keduanya. Awalnya Gigi tidak mengerti mengapa Raga tidak mau ke villa tapi saat mendengar nama Jasmine, Gigi memilih mengurungkan niatnya untuk bertanya. Jiwa memandang pada Liam meminta bantuan untuk menjelaskan keadaan ini tapi tidak ada jawaban. Jiwa membaca isi pikiran mereka hanya dirinya yang tidak tahu masalah yang sedang dibahas sementara yang lain memilih diam tak memberi tahu.

"Mama Jasmine itu siapa?" tanya Jiwa penasaran.

Raga masih diam. Pandangannya tertuju pada Liam yang kini duduk di hadapannya. Seolah meminta kode Liam menjawab dengan mengangguk.

"Ini kenapa jadi diem-dieman sih?" Jiwa mulai merasa risih dengan situasi ini.

"Jasmine itu ibu yang melahirkan Raga, Jiwa," Oma sepertinya harus turun tangan agar situasi ini tidak semakin rumit.

"Maksudnya gimana? Bukannya Tante Clara?" tanya Jiwa bingung.

"Itu mamaku," jawab Liam.

"Ini gimana sih aku gak ngerti," Jiwa mulai kebingungan. Semua terdiam.

"Mau Raga yang jelasin atau Oma?" tanya Oma pada Raga.

"Ji, mau ngobrol berdua gak?" pinta Raga. Jiwa mengangguk.

Raga berdiri lebih dulu dan menarik tangan Jiwa lembut mengikutinya ke halaman belakang untuk bicara berdua. Raga merogoh saku celananya dan mencari foto di galery handphonenya. Jiwa masih menunggu aktivitas Raga tanpa sedikit pun mengeluarkan suara. Kini keduanya duduk berhadapan. Setelah menemukan apa yang dicari Raga memberikan handphonenya pada Jiwa.

"Ini Jasmine, Bunda aku. Wanita yang melahirkan aku," ujar Raga membuka pembicaraan.

Jasmine adalah ibu kandung Raga, wanita yang melahirkan Raga. Saat Raga berusia sepuluh tahun Jasmine meninggal karena penyakit kanker yang dideritanya. Jasmine adalah tempat Raga pulang dan berbagi semua kisahnya selama di sekolah. Kesibukan pekerjaan membuat Raga tidak terlalu dekat dengan Ronald, ayahnya. Hanya Jasmine yang selalu ada menemani Raga dalam masa pertumbuhannya selama sepuluh tahun.

Jasmine meninggal di pangkuan sang anak saat mereka memutuskan untuk menghabiskan liburan semester Raga di Villa keluarga yang berlokasi di dekat pantai. Sejak saat itu Raga tidak terlalu sering datang ke villa itu, bayangan kepergian sang ibu selalu teringat betapa hancur perasaan Raga saat itu membayangkan esok hari ketika membuka mata tidak ada lagi Jasmine di sisinya.

Kepergian Jasmine menjadi pukulan besar untuk Raga. Anak yang ceria dan berprestasi itu seolah berubah menjadi anak yang murung dan tidak banyak bicara. Itu juga yang membuat Raga tidak memiliki banyak teman. Bahkan saat SMA hanya Naya teman yang dimiliki. Setelah kepergian Jasmine, Oma Marie merupakan sosok pengganti untuk ibunya. Raga sering menemani Oma di Trez, setiap Sabtu dan Minggu, Raga akan meminta supir mengantarnya ke rumah Oma.

Empat tahun setelah kepergian ibunya, Raga mengenal sosok wanita baru yang dikenalkan oleh Ronald sebagai calon pengganti ibunya. Pertama kali Raga bertemu dengan Clara hanya rasa takut yang ada di pikirannya. Rasa takut bagaimana kalau nanti ibunya terlupakan karena posisinya digantikan oleh sosok wanita baru yang hadir dalam keluarganya. Bukan hanya itu, kehadiran Liam yang umurnya hanya berjarak lebih muda satu tahun dari dirinya juga membuat Raga takut diabaikan oleh ayahnya.

Bertahun-tahun waktu yang Raga perlukan untuk bisa menerima Clara dan juga Liam dalam kehidupan barunya. Usaha Clara yang benar-benar tulus perlahan meluluhkan benteng pertahanan Raga walau hingga saat ini mereka semua masih berproses untuk semakin dekat satu sama lain. Liam yang sangat baik pun akhirnya bisa diterima oleh Raga sebagai adiknya. Bahkan Ronald sendiri tidak menyangka bahwa Liam dan Raga bisa sedekat saat ini.

"Makasih ya," ucap Jiwa. Raga terlihat bingung. "Makasih udah mau berbagi lukamu sama aku," lanjut Jiwa.

"Aku udah berencana untuk cerita tapi belum ketemu waktu yang tepat. Aku takut kamu marah, ngerasa aku gak percaya kamu dan ngebandingin diri kamu sama Naya yang hampir tau semua tentang aku," jelas Raga sambil tertunduk.

Jiwa tersenyum sambil menundukan wajahnya agar bisa menjangkau mata Raga. Diangkatnya wajah Raga agak tegak menatap mata miliknya. Kemudian Jiwa tersenyum sekali lagi.

"Kepala kecil ini terlalu banyak takutnya. Sayang aja aku gak bisa denger isi kepala kamu, kalau bisa udah aku acak-acak pasti," Jiwa membelai lembut kepala Raga. "Aku gak ada hak untuk marah, itu cerita kamu dan kamu berhak untuk cerita atau pun enggak sama aku. Makasih ya karena kamu udah mau berbagi sama aku sekarang," jelas Jiwa lembut.

"Kamu bener, aku banyak takutnya," ucap Raga.

"Kenapa?" tanya Jiwa.

"Mama Clara baik banget sama aku, aku sayang sama Mama Clara. Di satu sisi aku takut bunda Jasmine cemburu karena perlahan aku mulai terbiasa berbagi rasa sayangku sama Mama Clara. Makanya aku gak bisa sepenuhnya memperlakukan Mama Clara seperti waktu dulu aku ke Bunda Jasmine," jelas Raga.

"Aku yakin banget Bunda kamu bangga karena anaknya yang penuh kasih sayang ini tau bagaimana harus mencintai Mamanya. Rasa sayang kamu ke Tante Clara gak sedikitpun mengurangi rasa sayang kamu ke Bunda Jasmine. Karena semuanya sudah punya bagian dan tempat masing-masing, jadi jangan ngerasa begitu ya. Gak ada yang bisa gantiin titah Bunda Jasmine di hati kamu," ucap Jiwa sambil mengusap lembut lutut Raga yang ada di sampingnya.

"Makasih ya, Ji." Raga mengambil tangan Jiwa dan mengusap lembut punggung tangan milik Jiwa.

"Lagi?"

"Iya. Makasih karena kamu mau coba memahami aku sampai aku bener-bener siap untuk ceritain ini semua ke kamu. Aku tadi takut kamu merasa kamu gak tau apa-apa sedangkan Naya, Gio bahkan Gigi aja tau," ucap Raga.

"Sebetulnya iya, tapi suasana hati aku lagi bagus dari semalem makanya aku gak mau ngerusak moment bahagia aku," ucap Jiwa sambil tersenyum.

"Jiwa."

"Ya."

"Mau peluk boleh gak?"

Jiwa merentangkan tangannya dan tanpa berlama-lama Raga menenggelamkan tubuhnya ke pelukan Jiwa. Diusap lembut punggung Raga dengan tangan mungilnya, Jiwa merasakan sisi lain dari Raga hari itu.

Hari ini juga tepat peringatan kematian Jasmine, ibunda Raga. Hal ini yang menjadi salah satu alasan mengapa Oma mengundang teman-teman Raga ke Trez, karena biasanya Raga akan menyendiri seharian saat peringatan kematian ibunya. Raga lebih memilih menyimpan semua perasaan dan pikirannya sendirian tanpa berbagi dengan yang lain karena takut membebani.

"Jadi kamu udah ngomong sama Liam?" Raga menaruh dagunya di pundak Jiwa dan berbisik di telingannya. Jiwa menggeleng. "Ih lama banget, mau kapan ngomongnya? Kamu sengaja gantungin aku ya?" lanjut Raga sambil melepaskan pelukannya.

"Kok ngegas? Katanya mau nunggu," ucap Jiwa.

"Ck. Bukan gitu tapi kan," ucap Raga sedikit kesal.

"Malam ini, aku udah bilang sama Ka Liam. Malam ini aku akan jawab pernyataan cintanya Ka Liam," jelas Jiwa.

"Nah gitu dong. Jadikan malam ini kita bisa resmi pacaran," kata Raga bangga.

"Dih emang aku mau terima? Oh iya, ini kita belum resmi pacaran udah aku kamu aja," Jiwa meledek.

"Udahlah biarin trabas aja," ucap Raga.

"Ga," panggil Jiwa.

"Ya."

"Kalau kamu udah siap, ajak aku ke villa ya, aku mau kenalan sama Bunda Jasmine."

Ucapan Jiwa tersembut membuat Raga membawa Jiwa ke dalam pelukannya.

Flashback 

"Bantu gue berdiri kalau lo mau kita mulai semua dari awal, tapi kalau lo mau semua kisah Jiwa dan Raga selesai di sini lepasin tangan gue dan lo boleh istirahat ini udah malam nanti lo sakit," Raga menutup pengakuannya dengan memberi pilihan pada Jiwa.

Jiwa terkejut bahkan sangat terkejut, ia tidak memprediksi jika Raga akan mengatakan isi hatinya saat ini. Jawaban seperti apa yang harus dia berikan. Sementara tadi pagi saat mengaku pada Liam bahwa dia dan Raga sebenarnya hanya berpura-pura pacaran, Liam juga menyakatan isi hatinya dan meminta kesempatan pada Jiwa untuk bisa mengisi hati Jiwa. Sebenarnya Raga sudah lebih dulu memberi tahu pada Liam saat mereka kembali dari Singapore. Tapi karena sama terkejutnya dengan saat ini, Liam memberikan waktu pada Jiwa untuk memikirkan semuanya.

"Berdiri sendiri," jawab Jiwa. Raga yang mendengar ucapan itu menjadi tidak karuan. Tapi tunggu kenapa tangannya tidak dilepaskan. Tangan milik Jiwa dan Raga masih tertaut satu sama lain.

"Kok tangannya gak dilepasin kan nyuruh berdiri sendiri," tanya Raga yang kini sudah berdiri.

"Oh berarti gak mau mulai dari awal?" tanya Jiwa balik.

"Ih gimana sih jadi bingung," ucap Raga.

"Lagian manja banget berdiri aja pake dibantuin bisa kan sendiri buktinya," jawab Jiwa.

"Terus ini jadinya kita gimana?"

"Yaudah."

"Yaudah apa?"

"Yaudah mulai dari awal tapi gak sekarang."

"Kok?"

"Ka Liam ungkapin perasaannya tapi belum dikasih jawaban."

"Wah Liam bener-bener. Gercep banget anaknya. Terus kenapa belum dijawab kan bisa langsung ditolak?"

"Santai dong. Kan mau dipikirin dulu."

"Ada niatan mau nerima Liam gitu?"

"Enggak, yaampun takut banget sih."

Raga menghembuskan nafas lega dan akhirnya setuju memberikan Jiwa waktu untuk memberi jawaban pada Liam. Jadi sementara waktu jadian mereka tertunda karena Jiwa harus menyelesaikan perkara Liam lebih dulu. 

-Flashback End-

Merasa tidak enak meninggalkan teman-temannya dalam situasi menggantung, Raga mengajak Jiwa kembali ke halaman depan. Suasana perlahan sudah kembali hangat dan mereka sudah mengobrol satu sama lain lagi.

"Oma, Raga ijin mau ke villa ya sama yang lain. Boleh gak?" mendengar ucapan Raga itu Oma Marie terkejut dan merasa senang.

"Boleh banget dong," ucap Oma Marie senang.

Senyum terukir di wajah Raga dan juga Jiwa. Liam  yang memandang keduanya seperti sudah mendapat jawaban atas pertanyaannya. Tapi ia akan tetap menemui Jiwa sesuai dengan permintaan gadis itu padanya.

Setelah bersiap membawa semua keperluan, ke enam anak muda itu menuju mobil untuk segera berangkat. Tak ketinggalan Oma Marie juga ikut serta dalam rombongan. Liam, Gio dan Naya ada di mobil yang sama, sementara Raga, Jiwa, Oma dan Gigi di mobil satunya. Setelah memastikan Oma duduk dengan nyaman di kursi belakang Raga menuju kursi kemudi. Dengan sigap ia mengambil sabuk pengaman di kursi Jiwa dan memasangkannya.

"Bisa pasang sendiri kok," ucap Jiwa kikuk.

"Thank you," balas Raga.

"Iya, makasih ya," sahut Jiwa yang mendapat balasan dari Raga berupa usapan di kepalanya.

"Eeehhmm ehmmm," terdengar suara mendehem dari kursi belakang.

"Kita kayanya salah ikut mobil deh Oma," ucap Gigi.

Jiwa dan Raga hanya tersenyum mendengar ledekan dari penumpang di kursi belakang. Perjalanan tanpa hambatan pun ditempuh mereka. Karena cuaca yang baik dan jalanan yang tidak padat mereka sampai lima belas menit lebih awal dari prediksi awal.

Setibanya di sana Raga terkejut melihat mobil ayahnya terparkir di pekarangan. Tidak menyangka jika sang ayah juga mamanya ada di sana. Setelah menyapa kedua orang tuanya dan membagi kamar mereka bersiap untuk makan malam bersama.

Makanan malam ini adalah hasil karya Clara dan juga anak-anak perempuan yang ada di villa. Semua makanan yang terhidang di meja panjang dengan aksen kayu jati tampak lezat. Mereka semua makan dengan lahap tak tersisa. Para gadis bergegas merapikan meja makan setelah selesai makan, sementara Ronald, Liam dan Gio sedang sibuk bertaruh PS di ruang keluarga. Raga memilih untuk mengambil waktu sendiri di belakang villa yang berhadapan langsung dengan pantai.

Tak berselang lama Ronald datang menghampiri putranya yang sedang duduk sendiri sambil memutar musik dari handphonenya.

"Lagu kesukaan Bunda ya?" ucap Ronald yang langsung mengambil tempat di samping Raga.

"Eh, Pa. Udah selesai main PSnya?" jawab Raga. Ronald mengangguk. "Papa selalu kesini ya setiap tanggal segini?" tanya Raga.

"Iya. Mama Clara selalu minta ke sini setiap tahun," jelas Ronald.

"Mama dimana Pa?" tanya Raga sambil menoleh ke belakang arah dapur.

Bak gayung bersambut terlihat Clara sedang berjalan ke arah ayah dan anak yang duduk berdua di kursi panjang.

"Mama boleh join gak?" tanya Clara pada kedua pria yang ia sayangi di hadapannya.

"Sini Ma," Raga memberikan tempat di sampingnya agar Clara bisa duduk. Kini Raga duduk diapit Papa dan Mamanya.

Suasana hening selama beberapa detik sampai kemudian Raga memandang ke arah Clara dan tersenyum. Dengan lembut Raga mengambil tangan Clara yang bertumpuk di lutut wanita itu memindahkannya ke lutut miliknya.

"Ma, makasih ya buat selama ini," Raga membuka pembicaraan. "Makasih udah sabar sama Raga yang belum bisa buka hati sepenuhnya buat Mama. Tapi mulai sekarang Raga akan kasih seratus persen rasa sayang Raga buat Mama. Maaf kalau selama ini ada perilaku Raga yang gak berkenan di hati Mama, Raga takut posisi Bunda tergantikan sama Mama. Tapi kata seseorang itu salah. Bunda selalu punya tempat sendiri yang gak akan tergantikan oleh siapa pun dan Mama juga punya tempat tersendiri di hati Raga," lanjut Raga.

Tanpa sadar dan tiba-tiba air mata menetes di pipi Clara. Raga tidak pernah berbuat kasar atau hal tidak menyenangkan kepada Clara, ia adalah anak yang baik. Sangat baik di mata Clara. Hanya saja Raga selalu menahan mengungkapkan perasaan sayangnya pada Clara dan hal itu bisa dirasakan Clara.

"Maa, kok nangis. Maafin Raga ya, Raga ada salah ngomong ya? Atau Mama udah capek ya ngadepin Raga sama Papa yang kadang suka aneh ini?" Raga buru-buru menghapus air mata dari wajah Clara.

"Kok bawa-bawa Papa sih Ga?" protes Ronald.

"Haha," Clara tertawa kecil sambil menangis. "Ini air mata bahagia sayang. Makasih ya sudah mau sayang dan terima Mama apa adanya. Mama akan terus berusaha untuk bisa jadi Mama yang baik buat Raga," ucap Clara. "Sampaikan makasih juga sama orang yang udah berhasil ngebuat anak mama jadi seperti sekarang ini," lanjut Clara.

Tanpa ragu Raga langsung melepaskan pelukan hangat ke badan Clara. Bisa dibilang ini adalah pelukan yang ke dua, yang pertama adalah saat pemberkatan nikah Papanya dan Mama Clara. Selebihnya Raga selalu menahan semua perasaannya pada Clara karena takut melukai Jasmine ibunya. Ronald mengusap lembut kepala Raga dan berbaur dalam pelukan istri dan anaknya.

Jasmine terima kasih sudah memberikan Raga dan Ronald dalam kehidupan aku. Kita gak pernah ketemu tapi kamu begitu baik sama aku.

Clara bermonolog dengan dirinya sendiri sambil masih terus menangis haru.

"Ada acara apa nih peluk-pelukan kok Liam gak diajak?" Liam yang tiba-tiba muncul menghentikan tangis haru di antara ketiganya.

"Sini lo mau gue peluk juga?" Raga bercanda.

"Maulahhh," Liam langsung  berlari ke arah Raga dan memeluk saudaranya itu.

"Ditungguin Jiwa tuh di rooftop," bisik Liam.

Raga segera melepaskan pelukannya dan izin untuk menemui Jiwa. Setelah mendapat izin dari Ronald dan Clara, pemuda itu segera bergegas menuju tempat yang dibisikan oleh Liam tadi. Sepertinya urusan Jiwa dan Liam sudah selesai maka Liam sekarang sudah bergabung dengan Papa dan Mamanya.

"Raga banyak berubah ya Pa. Pasti karena orang yang tadi dia bilang itu," ucap Clara.

"Pasti Jiwa orangnya, Ma," sahut Liam.

"Kamu gapapa?" tanya Clara.

"Gapapa, punya Papa, Mama sama Raga udah lebih dari cukup buat Liam," lanjut Liam yang kemudian memeluk Clara.

"Good boy!" sahut Ronald.

---

Dirimu laksana surgaku, tempat ku mencurahkan
Segala rasa cinta suci, yang tulus di dalam batinku
Tiada yang mampu gantikan, titahmu di hatiku
Menyejukkan seluruh jiwa, melebur ke dasar sukmaku

Raga's first favorite woman in this universe - Jasmine Naomi


***

Kalau besok aku gak pingsan karena ngeliat full MV Forever Only aku berencana update minggu ini.

Misalnya aku gak update berarti aku pingsan melihat ketampanan Jaehyun. Hahaha.

PLEASE SUPPORT FOREVER ONLY !!! <3

----

Makasih yang sudah mau mampir baca kisahnya Jiwa dan Raga. Ambil yang baiknya, yang gak baiknya gak usah ditiru yaaa :)

Your love and comment means a lot to me.

Maaf kalau ada typo dan kekurangan. Foto yang ada di setiap chapternya hanya ilustrasi aja, sourcenya dari pinterest.

---

Luvv,

Jaemon <3

Continue Reading

You'll Also Like

582K 35.9K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
3.4K 369 8
"Seharusnya kita cukup bertemu saja bukan jatuh cinta. Mencintaimu tidak pernah ada dalam rencanaku sebelumnya."
2.2M 115K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
344K 20K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...