Obsesi Asmara

By ainiay12

1.8M 120K 52.6K

[PRIVAT ACAK - FOLLOW SEBELUM BACA] - OBSESI, HUBUNGAN TERLARANG, PERSAINGAN BISNIS, PERSAHABATAN, TOXIC RELA... More

| PROLOG |
1. PERTEMUAN SINGKAT
2. BALAPAN
3. KETERTARIKAN
4. IDENTITAS
5. PERINGATAN KECIL
6. PULANG BARENG
7. MENGALAHKAN EGO
8. OFFICIAL?
9. SENTUHAN
10. TERUNGKAPNYA FAKTA & KEHILANGAN
11. DUBAI
12. UNDANGAN
13. BERTEMU KEMBALI
14. PEREMPUAN LICIK
15. MISI & LAKI-LAKI LAIN?
16. EKSEKUSI
17. HOTEL PRIMLAND
18. SISI YANG BERBEDA
19. PERTEMUAN KEDUA
20. PEMBATALAN INVESTASI
21. CUCU PEMILIK SEKOLAH
22. PESTA
23. CINTA SATU MALAM
24. REKAMAN
25. LOVE OR OBSESSION?
26. SATU ATAP BERSAMA
28. MENGAKHIRI & AWAL YANG BARU
29. HILANG DAN KECURIGAAN
30. PENGAKUAN & PENOLAKAN
31. TANDA-TANDA MULAI BUCIN?
32. MEMENDAM ATAU MENGUNGKAPKAN?
33. MY GIRLFRIEND
34. VICTORIA GROVE CLUB
35. HANYA PELAMPIASAN?
36. PUTUS HUBUNGAN?
37. SIMPANAN OM-OM?
38. BENAR-BENAR BERAKHIR
39. PENCULIKAN
40. BALIKAN
41. PENYESALAN
42. RASA YANG TAK TERBALAS
43. TERBONGKAR

27. APARTEMEN

41.6K 2.8K 1.3K
By ainiay12

Follow terlebih dahulu akun di bawah ini;
Instagram: wattpad.ayay
Tiktok: wattpad.ai & wattpad.ay

Diwajibkan untuk vote dan komen sebelum membaca cerita ini!

Jangan lupa komen di setiap paragraf!

Ramaikan cerita ini ke teman-teman kalian dan sosmed kalian dengan memakai hastag #obsesiasmarawattpad #bianastara #aloraaleandra

Di dalam sebuah ruangan yang hanya diterangi lampu-lampu temaram, terdapat seorang perempuan yang duduk di atas meja sembari mengamati tabel di depannya.

Sebuah papan besar yang berisikan foto-foto seseorang yang di ambilnya secara diam-diam. Ada juga foto beberapa orang yang ditandai dengan silang warna merah.

Berdiri, Alora kemudian mengambil salah satu senapan yang berjejer rapi di dalam sebuah lemari khusus untuk menyimpan semua senjata miliknya. Dia membawa senapan itu ke ruang sebelah yang tidak jauh dari ruangan sebelumnya.

Sudah ada foto seorang perempuan yang dibingkai secara sangat besar di sana.

Alora mengarahkan peluru itu tepat di kepala perempuan itu, sedikit membungkuk, dan kemudian menutup sebelah matanya.

Dorr

Suara tembakan terdengar. Alora membidik tepat sasaran. Tidak puas dengan itu, Alora lalu kembali melakukan hal yang sama hingga beberapa kali. Membuat foto itu berlubang-lubang terutama di bagian wajahnya.

Setelah lelah gadis itu meletakkan senapan miliknya. Berjalan ke depan dan mengambil foto yang sudah rusak itu, lalu menggantinya dengan yang baru.

Dengan melakukan ini, dia menganggap bisa membalaskan sedikit dendamnya.

Alora melangkah ke arah sofa dan menyenderkan tubuhnya di sana, menerawang langit-langit dengan perasaan yang tidak bisa diartikan. Ia menginginkan Bian, sangat-sangat menginginkannya.

Setelah kepergian Bian kemarin, entah kenapa Alora ingin melakukan hal-hal ini.

Memejamkan matanya, tangan gadis itu bergerak naik ke pipi dan mengelus-elus dengan perlahan. Dia membelai pipinya sendiri, dan membayangkan bahwa Bian lah yang melakukan itu padanya.

"Gue mau lo, Bi, gue mau lo di sini," katanya bergumam, matanya masih terpejam gelisah sembari bergerak kesana-kemari.

Drrrtt…

Handphone Alora berbunyi, dan mau tidak mau Alora membuka matanya, melihat panggilan yang ternyata dari Nevan.

"Hmm?"

"Di mana, Ra?"

"Apartemen gue."

"Gue sama anak-anak ke situ, ya."

"Dateng aja."

Alora lantas melempar ponselnya setelah panggilan selesai. Dia segera berdiri dan merapikan penampilannya. Kemudian meletakkan senapan yang dipakainya tadi ke tempat semula. Juga menutupi papan besar yang berisikan foto-foto Bian dan Citra.

Gadis itu mematikan lampunya, lalu mengunci pintu dari luar. Walaupun ruangan ini berada di bawah tanah, tapi Alora tidak boleh lengah, dan selalu berjaga-jaga dengan mengunci pintu setiap dia keluar dari sana.

Tidak ada yang tahu tentang ruangan ini kecuali dirinya sendiri. Ruangan yang memang khusus ia buat sendiri untuk bersenang-senang.

•••

"Ini berkas yang Anda minta, Tuan." Seorang laki-laki meletakkan map berisikan dokumen penting di atas meja.

Orang yang disebut Tuan itu segera mengambil dan membacanya dengan seksama. Berkas tentang proyek terbaru Arkatama Corp.

Tidak mudah menembus sistem keamanan di Arkatama Corp, tapi dengan semua koneksinya, dia bisa mengirim mata-mata di Arkatama Corp. Dengan begitu ia tahu apa saya yang sedang terjadi di sana.

"Bagus, tidak sia-sia saya membayar mahal," katanya tersenyum kepada laki-laki itu. Senang karena rencananya berjalan mulus.

"Perintahkan anak buah kita untuk menyabotase proyek mereka, jangan sampai berhasil," perintahnya.

"Baik Tuan."

"Lakukan dengan hati-hati jangan sampai ketahuan."

"Baik Tuan. Dan saat ini Arkatama Corp sedang mengalami penurunan karena beberapa klien membatalkan untuk bekerjasama dengan mereka."

Pria paruh baya itu tertawa. "Hasilnya secepat itu? Padahal baru kemarin tapi mereka sudah membatalkan semuanya."

"Kembali bekerja dan laporkan apapun sama saya," lanjutnya.

Laki-laki itu menundukkan badannya, dan keluar dari ruangan.

Sedangkan pria paruh baya yang menyuruhnya itu, masih membaca dokumen proyek Arkatama Corp.

Dia yakin proyek mereka akan hancur berantakan. Sama seperti kejadian kemarin di mana dia sendiri yang menghasut mereka agar tidak bekerjasama dengan Arkatama Corp.

Kalau proyek kali ini gagal lagi, para klien pasti tidak akan percaya lagi untuk berbisnis dengan Arkatama Corp.

"Tunggu kehancuranmu Jovan Arkatama. Dan secepatnya kita akan bertemu. Secepatnya," monolognya dengan senyum miring.

•••

"Kalian dateng dengan tangan kosong?" tanya Alora tidak percaya kepada mereka bertiga di depannya.

"Ya mau gimana lagi, tadi macet parah, Ra, kita gak sempet berhenti buat beli makanan," jawab Haikal.

"Alasan aja lo."

"Lagian, kan, di rumah lo banyak camilannya," ucap Haikal.

"Itu, kan, di rumah, ini di apartemen gue, mana ada makanan. Di kulkas cuma ada minuman," papar Alora kemudian mempersilahkan bertiga masuk.

"Atau gue aja yang pergi beli makanan?" usul Shena menawarkan diri.

Alora menggeleng cepat. "Gak usah, lo belum terlalu hafal jalan di sini takutnya lo nyasar."

"Kal, lo aja, deh," pinta Alora namun Haikal sudah lebih dulu duduk di sofa menyamankan posisinya.

"Sorry, Ra, gue capek banget sumpah," katanya menolak.

Alora mengembuskan napas pasrah. "Ya udah, gue aja yang beli, kalian tunggu di sini."

Alora berjalan ke kamarnya, mengambil dompet serta ponselnya. Setelah itu dia berjalan melewati mereka bertiga yang sedang duduk di ruang tamu. Namun saat akan membuka pintu Nevan angkat bicara.

"Tunggu." Nevan berdiri kemudian menghampiri Alora. "Gue temenin."

"Gak usah gue bisa sendiri." Alora menolak, lalu berjalan tanpa menunggu jawaban Nevan. Cowok itu kembali duduk dengan pasrah.

Haikal dan Shena yang melihat itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

"Lo percaya gak ada sesuatu di antara mereka?" tanya Shena pada Haikal.

"Menurut lo?" Haikal balik bertanya.

"Gak ada persahabatan murni antara cowok dan cewek," tutur Shena membuat Haikal seketika menampakkan senyumnya.

"Jadi kita juga gak bisa sahabatan secara murni?" tanya Haikal, Shena langsung membuang muka.

"Jangan kepedean lo. Sejak kapan kita sahabatan," cetus Shena berpaling arah.

"Kalo lo gak mau sahabatan terus maunya gimana?"

"Gak gimana-gimana."

Haikal menarik tangan Shena agar berbalik dan menatapnya. "Apa lo maunya kita pacaran?" Haikal menatap lekat, Shena hanya bisa terdiam.

"Hahaha kocak muka lo kalo lagi salting." tawa Haikal langsung menyadarkan Shena dari lamunannya. Gadis itu menatap Haikal marah.

Plak

"Dasar buaya laut lo. Gue gak salting!" elak Shena kemudian berdiri ke arah dapur untuk mengambil minum.

Gila. Kenapa jantungnya berdetak cepat seperti sehabis lari maraton saja. Dan kenapa pula wajahnya memerah seperti kepiting rebus? Aneh.

"Nggak-nggak Shena, lo gak salting," katanya sembari menepuk-nepuk pipinya sendiri.

•••

"Hai!" sapa Reynald menghampiri. Sejak tadi ia memang mengawasi Alora yang berada di minimarket. Dan cowok itu menunggu Alora keluar untuk mengajaknya berkenalan.

"Siapa lo?"

"Kenalin, gue Reynald Chandrawana." Cowok itu mengulurkan tangannya.

"Gak ada yang ngajak lo kenalan," kata Alora malas-malasan dan melewati cowok itu.

"Tunggu. Nama lo siapa?"

"Gue gak punya nama." Alora masuk ke dalam mobilnya setelah membeli beberapa camilan dan juga minuman untuk teman-temannya di apartemen.

Reynald hanya tersenyum smirk setelah Alora pergi. Lumayan menantang. Alora sepertinya bukan tipikal gadis yang mudah didapatkan. Bagus, Reynald suka tantangan. Ia akan mendapatkan Alora sesulit apapun caranya.

Reynald suka wanita yang tidak mudah didapatkan, seperti Alora. Perjuangannya kali ini akan benar-benar panjang untuk bisa merebut hati Alora.

Cowok itu lalu menelepon seseorang. "Temui gue di tempat biasa, gue butuh informasi dari lo."

Sedangkan di depan minimarket, terparkir mobil Bian yang sejak tadi melihat mereka berdua. Niatnya ia akan menemui Alora tapi urung ketika melihat gadis itu berada di depan minimarket bersama seseorang yang sangat dikenalnya.

Darahnya benar-benar mendidih saat Reynald begitu lancang memegang tangan Alora. Berani sekali dia menyentuh Alora. Nyalinya patut di acungi jempol. Tapi ia tidak akan diam saja.

•••

"Lama banget, Ra, kita nungguin sampe lumutan." Haikal langsung memburu Alora begitu gadis itu sampai di apartemen dengan membawa beberapa kantong plastik yang berisi makanan.

"Bawel lo, udah gue beliin juga bukannya terimakasih malah ngomel." Alora meletakkan barang bawaannya di meja ruang tamu.

"Ada masalah? Kenapa lama?" kini Nevan yang bertanya.

"Nggak ada apa-apa." Alora berkata santai.

"Shena dimana?" tanya Alora ketika tidak melihat keberadaan gadis itu.

"Lagi di kamar mandi kayanya," jawab Haikal.

Alora mengangguk-angguk. "Gue ke kamar dulu, ya, mau mandi, gerah banget."

"Gila! Lo belum mandi?" Haikal terpekik.

"Lagian lo juga ngapain dateng pagi-pagi."

"Jam 10 menurut lo masih pagi?" tanya Haikal sembari membuka camilan yang dibeli Alora.

"Udah, buruan mandi," kata Nevan menengahi.

Alora berjalan ke kamarnya dan meninggalkan kedua cowok itu.

Haikal tampak sibuk menonton sesekali memakan camilannya dan juga minuman yang tersedia di depannya. Sementara Nevan hanya sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri.

Kemarin pagi ia kesini untuk mengajak Alora jalan-jalan tapi gadis itu menolak dan beralasan sedang sibuk. Sebenarnya apa yang Alora lakukan sampai-sampai dia sesibuk itu?

Dan lagi, ia masih penasaran mobil siapa kira-kira yang kemarin keluar dari apartemen Alora sepagi itu. Mengapa Alora menerima tamu pagi-pagi sekali? Atau memang ada hal yang tidak Nevan ketahui tentang Alora belakangan ini?

"Nih makan! Bengong aja lo!" Haikal melempar snack ringan pada Nevan dan langsung diterima oleh cowok itu.

"Kal…," panggil Nevan serius.

"Kenapa." Haikal menjawab.

"Lo tau Alora lagi deket sama siapa?"

Haikal menatap Nevan dengan alis terangkat. "Lah, kan lo yang lebih deket sama dia, kenapa lo nanya gue?"

Nevan mengangkat bahu acuh. "Entahlah… gue bener bener deket atau nggak sama Alora."

"Kenapa lo tiba-tiba nanya gitu?"

"Aneh aja karena kemaren gue liat mobil yang gak gue kenal keluar dari apartemen Alora," ucap Nevan. Haikal menepuk jidatnya sendiri.

"Gitu doang lo pikirin? Astaga terlalu over thinking lo," balas Haikal santai.

"Mungkin aja dia temen Alora," lanjut Haikal lagi.

"Tapi aneh menurut gue, ngapain temen Alora bertamu jam 6 pagi? Apa nggak kepagian?"

"Lah lo aja datengin Alora juga jam 6 pagi, kan?" pertanyaan Haikal membuat Nevan kesal. Bukannya memberi solusi dia malah mengejeknya.

"Lagi ngomongin apa? Serius banget." Shena datang lalu duduk di sebelah Haikal, tidak terlalu dekat.

"Kepo lo kek Dora," cetus Haikal sewot.

"Enteng banget mulut lo, kaya cewek aja." Shena ikut kesal dengan jawaban Haikal.

"Iya enteng, sama kaya mulut lo yang selalu dzolimin gue."

Puk

Shena menepuk kepala cowok itu, dan semakin membuatnya kesal. "Bisa gak, sih, lo gak main tangan. Ini namanya kdrt, bisa-bisa gue laporin lo."

"Kdrt itu cuma ada di dalam rumah tangga."

"Yaudah kita berumah tangga aja," ajak Haikal enteng. Benar-benar tanpa beban.

Puk

Shena kembali menepuk kepala Haikal lebih keras dari sebelumnya. "Gila lo, gue gak mau sama lo."

"Yakin dek?" Haikal mengedipkan sebelah matanya.

"Haikal!!!! Jangan mulai deh!!!" cewek itu kesal tapi juga senang. Entahlah plin plan sekali.

"Terusin, deh, gue mau ke atas nyamperin Alora, dari tadi mandi belum selesai." Nevan bangkit lalu berjalan ke lantai atas, letak kamar Alora.

Apartemen ini memang luas, dengan 3 kamar tidur, dapur, ruang tamu, ruang bersantai, gudang, juga halaman belakang yang tak kalah menariknya.

"Ra… belum selesai mandinya?" tanya Nevan setelah mengetuk pintu dari luar.

"Udah! Masuk aja!" katanya berteriak.

Nevan membuka pintu dan tidak melihat Alora. "Lo dimana?!"

"Di kamar mandi bentar."

Nevan masuk dan melihat-lihat isi kamar Alora, tapi netranya tidak sengaja melihat sesuatu di dekat meja rias Alora. Ia mengambil barang itu dan melihatnya.

Jam tangan laki-laki. Kenapa ada di kamar Alora?

Apa ini ada hubungannya dengan mobil yang keluar dari apartemen Alora kemarin? Jadi, teman Alora adalah laki-laki? Tapi kenapa dia meninggalkan jam tangannya di kamar Alora?

Sebenarnya apa yang mereka lakukan?

"Sorry lama, gue keramas dulu soalnya." Alora keluar kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.

Hal itu semakin membuat Nevan curiga. Tumben sekali Alora keramas pagi-pagi. Apa benar telah terjadi sesuatu kemarin?

"Kenapa, sih? Diem aja," tanya Alora masih tidak menyadari barang yang dipegang Nevan.

"Kenapa lo keramas?" tanya Nevan.

"Karena udah waktunya buat keramas. Emang kenapa?"

Alora menatap Nevan yang masih diam membeku dengan memegang jam yang ia ketahui itu adalah milik Bian yang tertinggal kemarin.

Gadis itu langsung merampas jam tangannya dan menyimpannya di laci.

"Punya siapa?" tanya Nevan serius.

"Punya gue lah, emang punya siapa lagi," jawab Alora gugup.

"Ra… itu jam tangan cowok. Jangan pikir gue gak tau," kata Nevan memancing Alora agar jujur.

"Gue tau, tapi itu emang punya gue. Emang gak boleh gue pake jam tangan cowok?" Alora berjalan meletakkan hairdryer dan keluar dari kamar.

Nevan menyadari kalau Alora berbohong. Tapi siapa kira-kira laki-laki itu? Mengapa dia sampai bisa berada di kamar Alora dan meninggalkan jamnya?

•••

Titttt

Mobil Reynald mengerem mendadak karena ada sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti di depannya.

Seorang laki-laki keluar dari mobil dan mengetuk kaca mobil Reynald, memintanya untuk keluar.

Reynald keluar dan bersender di mobilnya, menatap seseorang di hadapannya yang sudah cukup lama tidak berjumpa. Ternyata semuanya masih sama, hanya sedikit saja yang berbeda.

"Jauhin dia," kata Bian tanpa berbasa-basi.

"Dia siapa?" Reynald masih belum mengerti.

"Cewek yang barusan lo temui di depan minimarket."

"Kenapa gue harus jauhin dia?" Bukan menurut Reynald justru tidak takut.

"Jauhin dia kalo lo masih sayang nyawa lo." Bian menatap tajam cowok itu.

"Woho!! Santai… karena gue gak akan nyerah gitu aja," kata Reynald santai.

Reynald tergelak atas penyataan Bian. Kenapa dia harus menuruti perintah Bian? Memangnya dia siapa? Sudah lama tidak jumpa, sekalinya bertemu malah membuatnya kesal seperti ini.

"Kalo lo berani macem-macem sama dia, gue sendiri yang akan ngabisin nyawa lo," ungkap Bian penuh ancaman.

"Gue gak perduli, yang jelas gue tertarik sama dia."

Bian menggertakkan giginya menahan kesal. Laki-laki di depannya ini sungguh pandai bersilat lidah. Dan ia tidak akan membiarkan Reynald mendekati Alora.

"Udah berapa tahun, ya, kita gak ketemu, ternyata lo masih sama. Arogan dan pemarah," tutur Reynald mengenang masa-masa mereka duiu.

"Gue gak butuh pendapat lo, yang gue mau lo jauhin dia."

Reynald maju beberapa langkah. Menatap Bian remeh. "Mau bersaing?" tanyanya.

"Gue gak perlu repot-repot bersaing sama lo, karena dari dulu dia sukanya sama gue," kata Bian tersenyum smirk. Bukankah benar Alora sangat menyukainya?

"Dulu, kan? Sekarang lo gak tau perasaan dia gimana."

Bian terkekeh. "Mau dulu atau sekarang, dia masih suka sama gue. Jadi lo jangan berharap sedikitpun untuk bisa milikin dia."

Tidak ingin mendengar jawaban Reynald, Bian pergi begitu saja setelah berbicara. Dia tidak ingin Alora berhubungan dengan cowok seperti Reynald. Karena sedari dulu, Bian sangat-sangat tahu Reynald itu orang yang seperti apa.

Ia sangat-sangat mengenal Reynald. Bahkan ia tahu luar dalam cowok itu yang selalu manipulatif.

Bian tidak ingin terlambat, jadi lebih baik dia akan memperingatkan Alora juga untuk tidak berhubungan dengan Reynald. Bian bisa menjamin bahwa Reynald bukanlah cowok baik-baik seperti yang terlihat di luarnya.

Bian juga tidak akan rela, melihat Alora menjadi milik Reynald. Ia ingin melindungi Alora. Ia ingin Alora baik-baik saja.

Aneh, tapi seluruh pikirannya kini berpusat pada Alora. Apakah ada yang salah dengan dirinya? Mengapa ia tidak bisa lepas dari gadis itu? Dia seperti magnet yang selalu menempel padanya.

•••

TARGET 1,1k VOTE & 1,2K KOMEN.

SPAM NEXT DI SINI👉

SPAM UP DI SINI👉

SPAM ALORA👉

SPAM BIAN👉

SPAM EMOT APAPUN👉

MAU BILANG APA SAMA MOMI?👉

YANG SELALU NGELUH "UP NYA LAMA" KALIAN AJA GAK MAU VOTE ATAU KOMEN, TAPI PENGEN CEPET CEPET UPDATE.

SETIDAKNYA HARGAI USAHA PENULIS DENGAN NGASIH FEEDBACK (VOTE & KOMEN) APALAGI MIKIRIN ALUR ITU GAK GAMPANG, GAK BISA SEHARI DUA HARI LANGSUNG JADI.

AKU UDAH NGASIH TARGET, KALAU TERPENUHI YA AKU UPDATE, KALAU NGGAK YA UPDATE NYA JUGA LAMA.

SEKALI LAGI... TOLONG HARGAI USAHA PENULIS.

JANGAN JADI READER YANG CUMA MAU ENAKNYA AJA, GAK MAU VOTE APALAGI KOMEN.

PADAHAL KOMEN DAN VOTE KALIAN ADALAH SEMANGAT BAGI PARA PENULIS DI LUAR SANA, TERMASUK AKU.

HUHU... SEMOGA KALIAN MENGERTI SAYANG SAYANGKU😘🤗

🌼

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN RP CERITA INI;

Continue Reading

You'll Also Like

5.1M 374K 63
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
380K 27.1K 26
[JANGAN SALAH LAPAK INI LAPAK BL, HOMOPHOBIA JAUH JAUH SANA] Faren seorang pemuda yang mengalami kecelakaan dan berakhir masuk kedalam buku novel yan...
447K 33.9K 42
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
855K 6.3K 11
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...