Queen in Suit

By StyllyRybell_

8.2K 1K 168

WARNING! THIS IS ADULT CONTENT! CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN! #1 in Elegant #1 in Suit #1 in Classy ... More

Prologue
Chapter 2 : Double G
Chapter 3 : Meet
Chapter 4 : Sparring
Chapter 5 : A Deal
Chapter 6 : Meeting Plan
Chapter 7 : Dinner

Chapter 1 : Kill The Leader

1K 127 14
By StyllyRybell_

Badai menghambur salah satu kota di negara bagian Amerika Serikat, California. Kota yang terkenal dengan kota Hollywood tak lain adalah Los Angeles. Petir terus menyambar, disaksikan dengan Dewi Malam kala itu. Pemandangan tersebut ditatap lurus oleh seorang gadis dari balik kaca kamarnya disertai air mata yang terus bercucuran. Suara kegaduhan di balik pintu kamarnya, membuat ia enggan mencari tahu sebab ia sudah hafal benar suara apa itu.

Gadis itu memejamkan mata mendengar umpatan yang terus keluar dari sang ayah tiri nan tiada henti memukuli istrinya sendiri. Ia ingin sekali menolong sang ibu, namun jika gadis itu ikut campur, pria berengsek tersebut akan memperkosanya seperti yang biasa dilakukan si iblis itu.

"Tuan, sepertinya Nyonya tidak bernapas lagi."

"Apa maksudmu?"

"Sepertinya benturan di kepalanya terlalu keras."

Gadis itu membuka mata panik. Ia bergegas untuk keluar kamar, mendapati ibunya tergeletak bercucuran darah. "Mom!" jeritnya disertai air mata yang tiada henti merembes. Ia menatap manusia iblis di hadapannya. "Apa yang kau lakukan pada ibuku?! Kau yang berselingkuh lalu mengapa memukuli ibuku, dasar berengsek!" bentaknya berusaha mendekati ayahnya untuk menerjangnya, namun anak buah pria itu menahan. "Bajingan!"

Tamparan mendarat keras di wajah gadis berambut pirang tersebut disertai perintah pada anak buahnya, "Kurung jalang ini di kamarnya!"

"Baik, Tuan," ucap gadis berjas dengan dananan gothic menyeret anak bosnya ke kamar.

Gadis berambut pirang itu menangis dan duduk di atas kasur, ditemani oleh asisten sang ayah si gadis berjas berdandanan gothic. "Aku tidak tahan, Nieva!" jeritnya menangis frustrasi. "Bajingan itu melewati batas!"

Gadis berambut hitam itu menatap tenang nonanya. "You want me to kill him?"

Tangisan frustrasi dari gadis tersebut berhenti sejenak, menatap Nieva yang serius dengan kata-katanya. Ide Nieva bisa saja dilakukan, mayoritas anggota kelompok sudah muak akan sikap ketuanya yang seperti binatang. Ia bahkan lupa jika bodyguard-nya itu seoarang pembunuh bayaran. "Pull him to hell."

"In one condition, Lora," ucap Nieva mendekati gadis itu dan menyentuh dagunya. "Kau akan membatalkan pertunanganmu dengan Owen dan mengumumkan hubungan kita. Aku muak bermain kucing-kucingan."

Gadis pirang bernama Lora itu menyentuh tangan Nieva. "From now on we do what we want to do."

***

Dentuman keras suara musik memekakan telinga, para pria dan wanita sibuk bernari di dance floor, ada pula yang duduk di kursi VIP dan meminum-minuman mereka. Seorang pria tampan berkulit cokelat eksotis tengah sibuk menenggak cairan berkadar alkohol, di sisi kiri dan kanannya para wanita menemaninya minum.

"Owen, berhentilah minum. Kau sudah mabuk, sialan," ucap pria berambut ikal. "Seharusnya kau bersyukur sudah dijodohkan dengan gadis secantik Lora, tapi kau malah bermabuk-mabukkan dengan wanita seksi di sini."

"Diamlah, Axton. Justru itu aku menikmati masa-masa lajangku, benar begitu, girls?"

"Benar, lagipula dia tidak tahu, bukan?" sahut gadis seksi berambut merah.

Axton memutar mata dan menarik tangan Owen yang merangkul para wanita. "Pergilah kalian! Sudah waktunya pulang, brother!"

Namun, baru saja Axton hendak membantu Owen berdiri, suara dentuman musik tiba-tiba mati dan digantikan dengan suara manusia yang berbisik-bisik begitu ramai. Axton langsung mengurungkan niat dan mengedarkan pandangan, mencari hal apa yang membuat musik dimatikan.

Axton terkejut bukan main begitu melihat ketua kelompok The Greatest tengah berjalan dikelilingi anak buahnya ke sebuah tempat VVIP. Axton langsung buru-buru menarik Owen. "Owen, bos ada di sini! Ayo cepat kita pergi!"

"Lalu kenapa?" tanya Owen masih di bawah pengaruh alkohol dan menenggak minumannya lagi.

"Astaga, transaksi kita kemarin! Uangnya hilang entah ke mana—" ucapan Axton tidak selesai lantaran kerah belakang bajunya langsung diseret untuk berbalik yang pelakunya tak lain adalah Wilbert –asisten Ansell–. Sementara Alfred menarik kerah Owen dan menghadapkannya pada Anver.

"Ampun Tuan! Ampuni aku!" ucap Owen seperti anak kecil.

Anver mengerutkan dahi, sementara Ansell memutar kedua bola matanya dan berucap, "Si berengsek ini mabuk."

Wilbert menangguk setuju. "Tidak ada gunanya berbicara dengan orang mabuk, Tuan."

Anver melirik Axton yang menunduk dalam lantaran takut dan dapat menduga bahwa bos kembarnya akan berbicara dengannya. Anver menatap tenang Axton dan berucap, "Berikan uang itu bagaimana pun caranya dalam dua hari."

Ansell tersenyum. "Even if you have to sell your fucking Lamborghini. No less, no more."

Anver menarik jas Axton. "Understand?"

Axton menangguk mengerti. "Yes Sir."

***

"Tuan, hal ini bertentangan dengan rules The Greatest. Jika Double G mengetahui maka kita—"

"Diam Lion!" bentak pria yang sibuk menghisap cerutu itu membanting benda di tangannya. "Aku pun sedang pusing sekarang! Mereka tidak akan tahu, lagipula kita adalah cabang terbesar The Greatest, mereka tidak akan terlalu memikirkan masalah sepele seperti ini."

Sang asisten hanya bisa menangguk meski ia tahu bahwa terbunuhnya istri seorang Godfather bukanlah perkara sepele, menjunjung tinggi martabat keluarga adalah hal utama dalam kode etik The Greatest. Namun, jika terjadi pengkhianatan pun keluarga adalah pihak pertama yang dihabisi.

"Apa kita minta bantuan Owen, Tuan? Owen pasti bisa mengatur siasat busuk—"

"Apa yang kau harapkan dari pemabuk tolol itu? Dia hanya berguna karena aset-aset orang tuanya saja," potong pria itu menuang wiski dan menenggaknya. "Jika bukan karena perintah Double G pun aku tidak akan menjalin hubungan dengan si bodoh itu."

Tidak lama kemudian, suara ketukan terdengar yang dibalas perizinan oleh sang ketua. Nieva masuk ke ruangan tanpa lupa menunduk. "Tuan, Nona datang menghadap."

"Katakan padanya—" ucapan sang bos tertahan karena bertepatan saat itu pula putri tirinya memasuki ruangan dengan pakaian seksi berwarna merah menyala, menampilkan hampir seluruh tubuhnya membawa nampan yang di atasnya terdapat teh hangat.

"Past is past," ucapnya seraya membungkuk hormat. "I know you're tired and sad. I come to entertain you."

"Kau benar," ucapnya tersenyum. "Kalian kunci pintunya, jangan biarkan siapa pun masuk."

Nieva dan Lion pun menunduk patuh. Nieva menatap tajam sang bos dan Lora sebelum pergi dari sana. Nieva mengunci pintu dari luar, sementara Lion meliriknya tidak suka, bagaimana pun juga Nieva lebih dipercaya dibanding Lion dan para bawahan mereka pun lebih menyukai Nieva yang cerdas ketimbang bos penggila seks itu.

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

"Bicaralah," ucap Lion seadanya.

"Tidak di sini," melihat lawan bicaranya mengerutkan dahi, Nieva berucap lagi, "Tentang Owen." Nieva tahu bahwa menjalin hubungan dengan kelompok Owen adalah tanggung jawab Lion. Nieva menuntun berjalan di depan hingga sampai ke ruang bawah tanah mansion.

"Kau tahu, kau tidaklah pantas untuk menjadi orang kepercayaan tuan. Kau hanya perempuan tidak berguna yang aku bahkan heran mengapa mereka membebaskanmu dari penjara." Nieva diam saja menatap Lion tanpa ekspresi. "Aku tahu kau menghasut nona untuk mengkhianati, Tuan, bukan? Semua orang harusnya melihat itu, kau adalah pengkhianat sesungguhnya!"

Nieva mengerutkan dahinya. "Dari mana kau tahu?"

Lion tertawa sarkas karena tebakannya benar. "Aku tahu itu! Kau ingin menguasai kelompok La Muerte dari awal!" Melihat Nieva kembali memasang ekspresi datar, Lion menyentuh dagu gadis itu, terhipnotis akan kecantikannya. "Jika kau mau aku diam, buka pakaianmu sekarang."

Nieva tersenyum miring. "You first."

Lion membuka dasi dan satu per satu pakaiannya ke lantai hingga menyisakan celananya dan mencium leher Nieva. Namun gadis itu tidak merasakan sensasi apa pun di tubuhnya, tidak menikmati. Nieva menyentuh bagian sensitif Lion dan tangannya yang lain mengambil pistol.

Dor!

"Kau—"

Nieva mencium bibir Lion sekilas. "Did you forget what brings me to the jail?" Melihat Lion tidak bisa menjawab dan memegang bagian tubuhnya yang tertembak. "Yes, I kill my raper," ucapnya seiring mendorong tubuh Lion ke lantai, lalu menodongkan pistol dan kembali melayangkan timah panasnya berkali-kali.

Nieva merapikan rambut panjangnya dengan jemari berlumuran darah, lalu segera keluar dari ruangan tersebut. Suara tembakan Nieva layaknya terompet perang dan membuat sebagian orang-orang kepercayaan Nieva membunuh orang-orang kepercayaan bosnya. Ia segera berlari ke kamar sang bos, di mana banyak orang-orang kepercayaan pria itu berusaha mendobrak pintu yang terkunci.

"Nieva, pemberontakan terjadi, kita harus segera menyelamatkan bos. Cepat buka pintunya!"

Nieva yang tidak punya banyak waktu untuk menyelamatkan Lora langsung melayangkan timah panas dan memukuli orang-orang tersebut secepat yang ia bisa, dibantu oleh orang-orangnya. Namun, seseorang berhasil menembaknya di bahu kanan, membuatnya tumbang dan lumpuh seketika, diikuti tembakan selanjutnya yang syukurnya masih mengenai tangan. Ia langsung memindahkan pistol ke tangan kiri, menembak balik pelaku berkali-kali.

"Argh!" ringis Nieva terluka di telapak tangan kirinya lantaran ia tidak terlalu fasih menggunakan tangan kirinya, apalagi menembak. Ia segera menyimpan pistol di pinggangnya dan membuka pintu secepat yang ia bisa meski bergetar disertai rasa sakit luar biasa akibat peluru di tangannya.

Setelah pintu terbuka, Nieva langsung mengambil kembali pistolnya dan mengarahkan pada Lora yang dibidik dari jarak jauh oleh Daniel –Ayah tiri Lora–. "Tuan—"

"Tangkap si jalang itu, Nieva!"

Nieva pun mengangguk dan perlahan mendekati Lora yang menahan emosi dan air mata terus berucuran di mata sembabnya. "Nona, tenang."

"Aku ingin membunuhnya dengan tanganku sendiri, Nieva!" bisik Lora dengan napas memburu penuh emosi.

Nieva tersenyum miring mendengar hal itu. "Kunci pintunya," bisiknya dan mengarahkan pistol pada Daniel. Sementara Lora mengunci pintu.

"Apa yang kau lakukan, Nieva?!" bentak Daniel murka. "Pengkhianat!"

"Aku setia, Tuan. Pada anakmu," ucapnya mencium punggung tangan Lora yang tersenyum miring dengan mata sembabnya.

"Bajingan!" umpat Daniel disertai menarik pelatuk pada pistolnya yang terarah pada Nieva.

Dor!

"Nieva!" jerit Lora.

Nieva menertawakan pistol Daniel yang kosong cukup keras. Ya, Nieva yang bertanggung jawab mengisi peluru pistol bosnya.

"Bajingan tidak tahu diuntung! Aku yang membebaskanmu dari penjara—"

"Dan memerkosaku saat aku baru saja sampai di sini, Tuan. Did you forget?" desisnya tajam dan melotot marah.








#To be Continue...





131022 -Stylly Rybell-
Instagram : maulida_cy

Continue Reading

You'll Also Like

113K 14K 113
"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dari masa depan" Setelah kematian kakak lak...
249K 9.1K 69
Suatu hari seorang gadis yang sedang tidur pada malam hari, ia bertemu dengan sosok yang ia rindukan muncul dalam mimpi nya. Yaitu ayah nya beliau me...
142K 916 3
Love,Race And Family "No matter how you are, a race is still race" "Don't be afraid about you car, be afraid if you can't control it" "You mess with...