π—§π˜„π—Άπ—»π˜€ π—¨π—»π—Άπ˜ƒπ—²π—Ώπ˜€π—²

By Aegi_Na

447K 41.1K 2.7K

Keberadaan Dafin sangat berharga untuk Dean. Begitu pula sebaliknya. Sepeninggalan kedua orang tua mereka, me... More

PROLOG
01-DEAN&DAFIN
02-BELANJA
03-STAY WITH U
04-FRIENDS
05-BOBA
CAST
06-MPLS
07-POSESIF DEAN ARCHE
08-ABOUT LILA
09-SISI YANG BERBEDA
10-JUST FOR U
11-KEPUTUSAN DEAN
13-HEALING
14-FUTSAL TIME DAN RENCANA DAFIN
15-CAFE
16-SISI YANG LAIN
17-HUKUMAN ATAU BAIKAN?
18-DAFIN BINGUNG
19-KENANGAN MASA LALU (FLASHBACK)
20-KENANGAN MASA LALU [2] (FLASHBACK)
21-JANJI DEAN&DAFIN
BONCHAP

12-NIGHTMARE

19.1K 1.6K 70
By Aegi_Na

Halo ayung ayungkuu~

Terimakasih untuk kalian yang setia nungguin cerita ini ✨

Semoga part kali ini kalian suka❤

Happy Reading~

⚛  🎀  𝒯𝓌𝒾𝓃𝓈 𝒰𝓃𝒾𝓋𝑒𝓇𝓈𝑒  🎀  ⚛


Tubuh itu tersentak. Matanya nyalang menatap langit-langit tempat tidurnya. Napasnya putus-putus dengan keringat di pelipis.

Pemuda itu melirik jam. Kembali berusaha menenangkan dirinya. Memejamkan matanya sejenak setelah di rasa napasnya kembali normal. Dafin, pemuda itu baru bangun dari mimpi buruknya.

Ia bangkit dari tempat tidur. Keluar dari kamar lalu mengetuk pintu kamar di sampingnya dengan panik. Tak butuh waktu lama, Dean, sang pemilik kamar membuka pintu.

Dafin meringsek masuk ke dalam pelukan tanpa berkata apapun. Mengabaikan keterkejutannya, Dean mengelus rambut halus saudara kembarnya. Membiarkan Dafin yang terus mengeratkan pelukannya.

"Mimpi buruk?" tanya Dean. Tangannya beralih mengusap punggung Dafin. Dafin mengangguk. Semakin menelusupkan wajahnya di ceruk leher Dean.

Selagi menunggu tenang, Dean membawa Dafin masuk ke kamarnya. Meski sedikit kesusahan karena Dafin yang enggan melepaskan pelukannya.

"Sttt, gue ada di sini Daf. Lo bisa tenang sekarang. Gue bakal lindungin lo," bisik Dean lembut.

Dafin akhirnya mengangkat kepalanya. Menatap Dean dengan pandangan sendu. Dean balik menatap dengan pandangan meyakinkan. Akhirnya, Dafin berani melepaskan pelukannya. Dean menghela Dafin agar berbaring di kasur. Membawa tubuhnya ke sisi kosong dan menyelampirkan selimut untuk Dafin hingga sebatas dada.

Dean mengambil posisi menyamping dan memeluk tubuh Dafin yang sedikit gemetar. Dean mengernyit bingung. Sejujurnya, Dafin cukup sering bermimpi buruk hingga terbangun. Namun, ia akan ke kamar orang tuanya dan Dean hanya akan mendengar cerita di pagi hari dimana sang Bunda menceritakan Dafin yang bermimpi buruk hingga harus tidur bersama Bunda dan Ayahnya. Dean menghela napas. Ia baru pertama kali di kunjungi Dafin ketika pemuda itu bermimpi buruk.

"Dafin. Heii. Liat gue." Dean menghadapkan wajah Dafin untuk melihatnya. Bisa Dean lihat, pandangan Dafin agak tidak fokus. Matanya berkaca-kaca dengan napas yang kembali memburu. Sebenarnya apa yang di mimpikan saudara kembar nya ini?

Cup~

Dean mengecup kening Dafin. Menyalurkan ketenangan agar Dafin tidak memikirkan apapun sekarang. Ia juga mengelus pipi Dafin dengan lembut seraya membisikkan kata penenang seperti,

"Gue ada buat lo Dafin."

"Jangan takut."

"Lo nggak sendiri."

"Ada gue, saudara lo."

"Gue sandaran lo."

"Gue nggak akan pergi."

Alhasil, Dafin terlihat lebih tenang. Ia memejamkan mata sambil menggenggam erat tangan Dean. Peluh di pelipisnya di seka oleh Dean menggunakan tisu. Malam itu, Dean terus terjaga. Tak henti mengelus rambut Dafin agar semakin tertidur nyenyak. Sesekali dahi Dafin menunjukkan kerutan dalam hingga Dean kembali memeluknya.

⚛  🎀  𝒯𝓌𝒾𝓃𝓈 𝒰𝓃𝒾𝓋𝑒𝓇𝓈𝑒  🎀  ⚛


"DEAN!!! INI KENAPA GUE ADA DI KAMAR LO?! LO CULIK GUE YA?! KAN GUE UDAH BILANG KAGAK MAO TIDUR BARENG LO!"

Dean menatap datar Dafin. Ia baru keluar dari kamar mandi dan menemukan Dafin yang berdiri sambil berkacak pinggang menatapnya. Dean mendengus. Ia menghampiri Dafin dan menangkup wajah Dafin dengan kedua tangannya. Memandang lurus memastikan Dafin sudah baik-baik saja.

"Is! Apa sih lo?!" Dafin melepaskan tangan Dean kasar. Ia berjalan melewati Dean begitu saja untuk kembali ke kamarnya.

Dean menggelengkan kepalanya. Kelakuan Dafin memang ajaib. Ia jadi menyesal tidak merekam kejadian tadi.

Selesai sholat subuh, Dean menatap Dafin yang terus menatap mukena Bundanya. Ingin bertanya, namun ia ragu.

"Lo kenapa sih Dean?" tanya Dafin bingung. Ia risih daritadi diperhatikan intens oleh Dean tentu saja.

"Lo mimpi apa semalem?"

"Hah?" Kini Dafin semakin bingung. "Emang gue kenapa?"

Dean mengangkat bahu. "Coba duduk sini," ujarnya seraya menepuk lantai di depannya. Dafin pun menurut dan duduk berhadapan dengan Dean.

"Lo tengah malem ke kamar gue. Abis itu langsung meluk."

"Dih? Boongan lo mah," jawab Dafin tak percaya.

"Serius." Dean berujar dingin.

Dafin bergidik merasakan aura Dean. Ia pun segera mengingat kembali mimpinya semalam. Tampaknya tak ada yang aneh. Ahh, Dafin sedikit ingat, ia bermimpi sesuatu. Tapi ia tak akan bilang Dean. Alasannya? Ya tentu ia malu karena yang ia mimpikan adalah orang yang sedang bertanya ini.

"Gue lupa deh Dean."

"Terserah."

Dean bangkit berdiri dengan perasaan kesal. Ia meninggalkan Dafin yang menatap langkahnya dengan pandangan yang kembali sendu.

Gue mimpi lo ninggalin gue Dean

Tak ingin kembali mengingat kisah sedih di mimpinya, Dafin memilih merapikan ruangan ibadah ini. Hanya merapikan beberapa benda yang perlu di tata letaknya. Tak lagi perlu disapu atau dibersihkan secara berlebihan karena Dean sudah melakukannya setiap pagi dan sore hingga ruangan ini bahkan sampai sudut ruangan selalu bersih plus wangi.

Drttt drttt

Ponsel Dafin yang di meja menarik atensi. Dafin menaikkan kedua alisnya. Heran ketika nama penelpon ada di layar hpnya.

"Halo Passwordnya?"

Terdengar kekehan diseberang sana. "Hai Daf."

"Halo Lila."

"Maaf gue cuma read chat lo kemaren-kemaren."

"Ohh itu santai. Lo sendiri? Sekarang udah gak papa?"

"Iya, gue udah berusaha move on."

"Bagus lah. Gue juga minta maaf atas semua yang gue lakuin sampe harus berakhir kek gini."

"Nggak, ini murni salah gue."

"Iya, nggak papa. Gue juga salah kok. Gue minta maaf ya?"

"Iya."

Dafin menunggu. Cukup lama hingga suara Lila kembali menyapa.

"Ya udah, gue tutup ya. Ketemu kembali di sekolah"

"Iya."

"Siapa?" Suara Dean membuat Dafin terlonjak. Merasa curiga, Dean merebut ponsel Dafin secara paksa. Membuka panggilan terakhir lalu rahangnya mengeras.

"Kenapa lo telponan sama Lila hah?!"

"Dia cuma minta maaf Dean. Gue juga harusnya minta maaf kan sama dia?"

"Gue peringatin sama lo Daf, jangan punya hubungan apapun sama dia!"

"Kenapa? Karna dia mantan lo? Lo cemburu gue deket sama dia? Lo baru sadar ada perasaan lebih sama dia?" sahut Dafin cepat.

"Bodoh!"

Dean menyeret Dafin ke meja makan lalu dengan kasar mendudukkan Dafin di sana. Dafin yang diperlakukan seperti itu hanya dapat meringis.

"Lo apa-apaan sih Dean?!" protes Dafin.

"Lo yang bodoh! Kalimat lo itu bodoh."

"Iya gue emang bodoh, terus kenapa?!"

Dean memijit kepalanya yang tiba-tiba pening. "Makan Dafin," ujarnya. Ia lelah jika harus terus berdebat dengan Dafin.

"Gak jelas lo!" Dafin memakan sandwich di depannya kasar sembari menatap Dean sengit. Mulutnya selalu setia mencibir perlakuan Dean.

"Kalo lo nggak berhenti menggerutu, gue bakalan pergi dari sini Daf."

Dafin kemudian menegang. Teringat mimpi buruknya semalam. Ia kemudian diam seakan mati respon. Gerakan nya benar-benar terhenti.

Merasa ada yang tak beres, Dean menepuk pundak Dafin pelan. Terkejut kala wajah Dafin yang memerah dan matanya berkaca-kaca. Dean jadi gelagapan sendiri.

"Nggak gitu maksud gue Daf."

"Lo ninggalin gue."

"Nggak!" jawab Dean. Ia kemudian memeluk Dafin erat. Mengusap kepalanya dan membisikkan kata penenang seperti semalam.

"Jangan pergi Dean," ucap Dafin lirih. Ia membalas pelukan Dean lebih erat. Entah kenapa firasatnya benar-benar tidak baik hari ini. Perasaannya gelisah.

"Sebenernya lo kenapa hmm?" Dean juga merasakan Dafin yang sangat sensitif hari ini. Ia bertanya lembut berharap Dafin menceritakan segala keluh kesahnya.

"Gue takut lo ninggalin gue."

Jawaban Dafin membuat Dean memejamkan mata. Senang mendengar kalimat yang dikeluarkan Dafin. Namun, di sisi lain, Dean takut ada hal yang salah pada Dafin. Kepergian orang tuanya memang meninggalkan efek trauma pada Dafin. Dean kembali berpikir ingin membawa Dafin ke psikolog setelah ini.

"Nanti ke psikolog mau?"

Dafin menggeleng. "Gue baik-baik aja Dean."

"Terus kenapa bisa kayak gini?"

Dafin tetap enggan memberitahu mimpinya semalam. Belum punya mental lebih untuk menanggung malu. Sebabnya di dalam mimpi itu, Dafin bahkan sampai menangis meraung tidak ingin di tinggal oleh Dean. Oh ayolah, itu sangat memalukan!

"Oke. Gue nggak maksa lo cerita. Tapi apapun lo butuh bantuan gue, bilang ya?"

"Hmm."

Dean melerai pelukannya setelah Dafin tenang kembali. Ia melanjutkan sarapan. Minum air putih yang banyak karena hari ini ia benar-benar banyak bicara.

"Siap-siap sekolah. Baju lo udah gue siapin."

"Iya."

"Mau gue temenin siap-siap nggak?" tawar Dean. Tak punya maksud terselubung seperti biasa, ia hanya benar-benar khawatir dengan Dafin.

"Nggak perlu!"

⚛  🎀  𝒯𝓌𝒾𝓃𝓈 𝒰𝓃𝒾𝓋𝑒𝓇𝓈𝑒  🎀  ⚛


Dean dan Dafin akhirnya sampai ke sekolah. Mengikuti pelajaran seperti biasa hingga sampai waktunya Dafin harus ke toilet menuntaskan panggilan alam. Ia meminta izin kepada guru dan segera ngacir ke toilet.

"Lega banget anjir. Duhh perut nih macem macem aja."

Dafin berjalan kembali ke kelas. Namun langkahnya terhenti ketika melihat segerombolan siswa dan siswi tengah mengerubungi seorang siswi lainnya. Sekilas Dafin seperti mengenali siswi yang tengah di kerubungi tersebut.

"Hello. Ini ada apa ya?" sapa Dafin. Ia sedikit terkejut kala orang yang dia kira itu benar adanya. Lila, gadis itu tengah dipojokkan oleh 3 siswa dan 2 siswi yang Dafin kenal sebagai kakak kelas.

"Lo jangan Ikut campur. Ini urusan kita."

Dafin tanpa takut menarik pergelangan tangan Lila. Ia menyembunyikan Lila di belakang punggungnya.  Menatap menantang kakak kelas di depannya.

"Kenapa emang kalo gue ikut campur?"

"Anjing ya Lo."

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Pekikan siswi menggema ketika Dafin berhasil membuat ketiga kakak kelas tersungkur. Jangan salah, imut-imut begini Dafin adalah pemuda yang menguasai beragam bela diri. Walau tak seahli Dean dan Gio, tapi untuk melawan 3 orang dengan tubuh lebih besar darinya ya bisa lah.

"Anjing! Awas lo!"

Rombongan kakak kelas itu berlalu meninggalkan Dafin dan Lila. Memang sebuah kebetulan toilet dekat kelas Dafin berada di pojok dan terpisah dari gedung sekolah. Sehingga jarang siswa dan siswi yang menggunakan toilet di sini, apalagi di saat jam pelajaran sedang berlangsung. Mereka memilih toilet yang ada di dalam gedung.

"Lo nggak papa Lil?" tanya Dafin. Memeriksa dari atas sampai bawah memastikan gadis di depannya tidak apa-apa.

"I-iya, nggak papa. Tapi Daf, wajah lo.." Lila menunjuk bibir Dafin yang berdarah dan juga wajah imut itu di hiasi beberapa lebam.

"Nggak papa. Namanya juga cowok." Dafin terkekeh. "Lo anak PMR kan? Obatin gue ya."

Lila mengangguk dan menemani Dafin ke ruang UKS. Lila dengan telaten mengobati luka Dafin. Sebenarnya ada dokter di UKS ini, namun dengan pongahnya Dafin berujar ingin di obati oleh Lila. Akhirnya dengan di awasi oleh dokter di UKS, Lila mulai membersihkan dan mengobati luka Dafin.

"Sebenernya lo kenapa Lil?" tanya Dafin setelah dokter UKS pamit untuk mengurus beberapa hal.

Pertanyaan Dafin membuat Lila menghela napas.

"Berat nih berat nampaknya," canda Dafin.

"Sebenernya salah satu dari mereka itu kakak tiri gue Daf."

"Kakak tiri?"

"Iya, yang rambutnya panjang terus di bawahnya warna merah itu. Dia kakak tiri gue. Bokap gue baru nikah sama nyokap dia minggu lalu. Entah bagaimana, dia selalu sinis sama gue. Nyalahin gue kenapa nggak hentiin bokap yang nikah sama nyokapnya. Aneh kan?"

Dafin mengangguk setuju. Gila memang.

"Terus dia ngelabrak lo gitu aja?"

"Udah sering dengan alasan beda-beda. Pokoknya setiap dia ngerasa gue salah, dia bakalan mojokin gue sampe puas. Hari ini dia kesel karena gue diberi hadiah yang dia mau sama bokap. Oleh-oleh dari Singapur. Padahal dia juga dapet."

"Anjing banget."

Lila tersenyum. "Makasih Daf udah bantu gue hari ini. Tapi, gue harap selanjutnya jangan lagi ya? Gue takut lo kenapa-napa."

"Gue malah khawatirin lo Lila. Kalo mereka berbuat lebih gimana?"

"Masalah ini bakalan selesai sama gue sendiri Daf. Gue masih banyak rencana."

"Tap--"

"DAFIN!"

Panggilan itu membuat Dafin menoleh. Di sana, teman-teman nya sudah berlarian ke arahnya. Memeriksa tubuh Dafin dan sontak menggeram marah.

"Bilang siapa yang bikin lo gini hah?!" sentak Gio.

Belum selesai ia berbicara, Gio dan Adit lebih dulu pergi. Dafin yakin, mereka akan balik melabrak kakak kelas yang menyakitinya. Ya, dengan kekuasaan mereka, mungkin berbagai ancaman akan muncul hari ini.

"Lo nggak papa Daf?" tanya Bimbim.

"Nggak papa. Udah di obatin sama Lila."

"Ikut gue." Dean menatap Lila. Mengkode agar mengikutinya. Mereka berdua kemudian keluar dari ruangan. Sedangkan yang lain kembali menanyakan kabar Dafin. Meminta Dafin menunjukkan bagian tubuh mana yang sakit lalu mengusapnya pelan. Memang mereka lebay sekali.

Di luar UKS, Lila berhadapan dengan Dean. Sedikit canggung karena status mereka kini sebagai mantan kekasih. Juga Lila mengira Dean akan memarahi atau memaki dirinya. Namun yang terjadi adalah Dean yang hanya menanyakan apa yang telah terjadi. Bahkan pemuda itu sempat menanyakan apa Lila baik-baik saja.

"Maaf Dean. Gue nggak seharus nya melibatkan Dafin sama masalah gue."

"Lo nggak salah."

"Gue takut Dafin kenapa-napa sama kakak tiri gue."

"Mereka nggak akan berani," jawab Dean remeh. Bukan tanpa alasan, Gio dan Adit tidak akan pernah melepaskan mereka begitu saja. Apalagi sampai Dafin terluka. Mereka pasti berbuat sesuatu hingga sang pembuat luka tidak akan berani mendekat. Selain itu, mulai sekarang, Dean tak akan membiarkan Dafin sendirian lagi.

⚛  🎀  𝒯𝓌𝒾𝓃𝓈 𝒰𝓃𝒾𝓋𝑒𝓇𝓈𝑒  🎀  ⚛

Dafin : Eung? Perasaan gue nggak kenapa-napa malah ada di kamar Dean

Dafin be like: Cuma 3 orang? Cih bisa lah😏

Gimana part kali ini? Bagus nggak?

Part ini kepanjangan ya?

Makasih karena udah bersedia baca, vote dan komen cerita ini❤

See U di next chapter ♡´・ᴗ・'♡

Oknum yang selalu pusing sama kelakuan Dafin
👇👇

Continue Reading

You'll Also Like

46.7K 5.4K 50
[END] DON'T PLAGIARIZE β€ΌοΈβ€ΌοΈβŒβŒ Hanya tentang Yeonjun yang selalu bersabar dengan kelakuan sang adik 🐻🦊 |Brothership| |Family| πŸ’’Minim konflik Star...
1.8K 205 30
Super junior terkenal sebuah grup mafia tersadis didunia. Suatu saat mereka ditugaskan untuk membunuh seorang anak kecil nan menggemaskan bernama Don...
194K 19.3K 36
"Ma, ini ada martabak buat aku boleh kan? " -Jundi "Em... itu kan ayah beliin buat adek, kamu nungguin ayah beliin kapan-kapan ya? " -Mama "Yah,tas k...
247K 20.2K 28
Beomgyu tidak pernah menyangka jika dirinya akan mengalami hal tak masuk akal didalam hidupnya setelah jatuh dari tangga rumahnya. Transmigrasi/ perp...