LANGIT FAVORIT ARTHUR "LAFA"...

By IndahTriFadillah

4.3K 298 126

Arthur Nazendra Pahlevi Zayn Haiden, salah seorang siswa yang menyandang nama sematan sebagai ketua Rigel's G... More

CAST & TRAILER
ARTHUR NAZENDRA
SENJA KIRANA
CHAPTER 1
CHAPTER 2

CHAPTER 3

583 37 40
By IndahTriFadillah

Jangan lupa spam komen ya!! Vote dulu biar ga lupa, oke^^

Bantu share cerita ini ya kalau kalian suka sama cerita nya

Buat yang belum follow aku, ayo buruan follow dulu biar ga ketinggalan informasi cerita ini di wall

Tetep up walau vote komen ga sesuai target nih, hargai yang dengan tinggalin jejak kalian hehe

Nb: aku bakal up kalau vote dan komen udah sesuai target aku yaa, jangan salahin kalau update nya lama. Jadi ayo ramein hihi

3. Pulang Bersama

Sepanjang berjalan di koridor saat jam pulang sekolah berlangsung Senja tidak berhenti memarahi Rinai atas kejahilannya. Ayra dan Kia yang mendengar hanya mampu diam. Segala cerita dan fakta yang Senja ceritakan mengenai kejadian hari ini di lapangan saja sudah cukup membuat mereka terkejut luar biasa hingga tidak dapat berkata-kata.

"Maaf, Nja. Gak maksud bikin lo malu, tadi itu iseng karena ide jahil gue mendadak muncul saat dengar kabar lo sama Arthur jadian dari teman-teman sekolah," jelas Rinai.

Ayra memutar matanya tidak habis pikir dengan ucapan Rinai. "Itu berarti lo emang mau dan punya maksud bikin Senja malu dengan ide konyol lo."

"Emang siapa yang ngira kalau Senja bakal nyamperin Arthur?" Ucap Rinai tidak mau kalah.

"Lo berdua berisik tau gak?! Senja juga udah bilang untuk jangan bahas itu lagi," lerai Kia emosi. "Bukannya nenangin malah nambah beban."

Mata Rinai membulat marah tidak terima. "Enak aja lo ngatain gue sama Ayra beban!"

Keributan diantara ketiga sahabatnya tidak mempengaruhi Senja yang hanya memilih diam. Pikirannya melayang saat dimana dia menemui Arthur di lapangan basket. Tindakan Arthur tadi benar-benar membuatnya hampir hilang kendali atas detak jantungnya yang memompa cepat.

"Ayra!"

Langkah keempat gadis itu sontak terhenti saat menyadari kehadiran anak-anak Rigel's yang berada tepat di depan mereka. Ini benar-benar suatu kesialan untuk Senja yang ingin menghindari sosok Arthur.

Bian berjalan mendekat dengan senyum tipisnya. "Pulang bareng, kan?" tanyanya pada Ayra.

Rinai sontak berdehem keras menggoda Ayra yang terlihat lebih menjaga sikap saat kehadiran Bian. "Tadi aja lo bar-bar banget kayak reog," bisik Rinai pada Ayra.

"Diem lo terompet akhir zaman!" balas Ayra berbisik seraya melempar tatapan tajam pada sahabatnya itu.

Sontak Kia menutup mulutnya dengan tangan coba menahan tawa atas kalimat Ayra barusan. Sedangkan Rinai sudah merengut sebal menyikut lengan Kia yang ingin menertawainya.

Ayra maju beberapa langkah agar berdiri tepat di hadapan Bian. "Memang kamu gak latihan basket?" Tanyanya.

"Pelatih kasih kita waktu buat istirahat karena tadi baru selesai tanding," balas Bian. "Jadi, mau pulang bareng?"

"Uhk' uhk!" Rinai terbatuk keras. "Deket doang gak jadian, apa ya namanya, Ki?"

"Friendzone," sahut Kia tertawa keras diikuti Rinai.

Tangan Ayra terkepal kesal sekaligus malu. Kenapa Tuhan harus menghadirkan sahabat dengan mulut oli seperti sahabat-sahabatnya ini. Ingin rasanya dia berbalik badan dan menyumpal mulut Rinai serta Kia dengan sepatunya.

"Gak usah dengerin, Bi. Mereka emang suka bercanda," ucap Ayra yang dibalas anggukan serta senyum memaklumi dari Bian.

"Kasian Bi anak orang digantung terus!" Teriak Rifat.

"Kita gak jadian tapi kamu punya aku ya gak, Bi?" Ucap Tara menambahi dengan kekehan.

Bian menoleh ke belakang dengan tatapan membunuh yang membuat kedua temannya langsung menutup mulutnya rapat dan menunduk takut.

"Emang gak ngerepotin kamu?" Tanya Ayra sedikit berbasa-basi. "Rumah kita kan gak se arah."

"Kalau aku nawarin itu berarti aku mau kamu repotin," ucap Bian mengelus puncak kepala Ayra. "Ayo, mau kan?"

Ayra mati-matian menahan jantungnya yang terasa ingin keluar saat ini juga. Bian benar-benar selalu tau cara membuatnya salah tingkah.

'Yang di elus kepala, tapi kenapa yang ke elus hati gue si? Sialan!' batin Ayra.

"Iya udah, kalau kamunya gak apa-apa di repotin," Ayra menoleh pada ketiga sahabatnya. "Gue balik duluan ya," pamitnya.

Rinai, Kia, dan Senja bersamaan mengangguk mempersilahkan.

"Tara, ayo kita juga pulang!" Teriak Rinai berjalan menarik tas Tara hingga lelaki itu terseret mengikuti langkah kekasihnya.

"Sayang, gak bisa lembut dikit apa?" berontak Tara. "Malu dilihatin teman-teman aku."

"Buaya kayak lo kalau di lembutin banyak ngelunjak nya!" Tegas Rinai.

Tawa Rifat pecah setelah kepergian dua temannya. Dia menoleh pada Arthur yang tidak berhenti menatap ke arah Senja yang terus menunduk. Rifat lantas menatap mata Bia yang kini terlihat sedih dengan hal tersebut.

"Lo balik sama siapa, Bi?" Tanya Rifat mencoba mengalihkan perhatian Bia. "Mau pulang bareng gue gak?" Tawar lelaki itu.

Bia menggeleng, "Gue dijemput kakak gue. Duluan ya," pamitnya berlalu pergi.

Rifat hanya mampu menatap punggung Bia yang semakin menjauh. Entah kapan Bia akan membalas perasaannya dan berhenti menyukai Arthur yang sudah jelas mencintai perempuan lain.

Arthur berjalan mendekati Senja lalu memegang lembut tangan gadis itu. "Kamu pulang sama aku,"

"Gak bisa!" Senja sontak mendongak dan menggeleng cepat.

"Bisa-bisain,"

"Aku harus pulang bareng Kia. Dia gak ada temen pulang," ujar Senja mencari alasan. "Ini juga udah petang, gimana kalau Kia kenapa-napa di jalan?"

"Rif, lo pulang bareng Kia. Anterin dia sampai rumah, jangan sampai lecet karena cewe gue gak mau sahabatnya kenapa-napa," titah Arthur langsung menarik Senja untuk pergi mengikutinya.

"Ayo pulang," ajak Rifat pada Kia. "Gue anterin."

Mata Kia memandangi penampilan Rifat yang jauh dari kata rapi. Baju sekolah yang dikeluarkan serta bagian lengan yang digulung, dan rambut lelaki itu yang membuatnya risih setengah mati.

"Itu baju lo kenapa di keluarin? Rambut juga kenapa gak lo pangkas? Terus seragam lengan lo buat apa di gulung segala?" Cecar Kia memarahi. "Cakep lo gitu?!"

Rifat menatap horor pada Kia. "Eh cewe bawel! Gue cuma mau nganterin lo, bukan ikut ospek!"

"Tapi gue malu pulang sama anak berandalan kayak lo!"

"Gak tau diri banget lo udah dikasih tumpangan juga," kesal Rifat. "Untung cantik," gumamnya pelan.

"Apa lo bilang?!"

Rifat menggeleng, "Bukan apa-apa, buruan ayo! Lo mau sampai malam di sekolah?"

"Rapihin dulu penampilan lo!" Titah Kia. "Gak bosen lo jadi orang yang dengar teguran dan bawelnya gue setiap di barisan?! Contoh ketiga teman lo bisa, kan?"

"Berisik! Denger ya cewe bawel, temen-temen gue gak sebaik itu buat gue contoh." Rifat mendekati Kia dan tanpa aba-aba menggendong gadis itu layaknya karung beras.

"RIFAT LEPAS!" Teriak Kia. "JANGAN KURANG AJAR YA LO SAMA GUE!"

"Berisik, kalau nuruti kemauan lo yang ada lembur di sekolah gue!"

Sedangkan disisi lain terjadi hal yang serupa dengan orang yang berbeda.

"Arthur! Gue gak mau," ucap Senja memberontak minta dilepaskan.

"Gak ada yang minta pendapat kamu mau atau gak,"

"Lo pemaksa banget sih!"

"Sama kamu doang,"

Jawaban-jawaban menjengkelkan dari Arthur membuat Senja memajukan bibirnya kesal. Benar-benar menyebalkan!

"Masuk," titah Arthur membukakan pintu mobil setelah mereka sampai di parkiran sekolah.

"Enggak, gue bisa pulang sendiri, Thur!" Senja menatap penuh kegelisahan pada teman-teman yang berlalu lalang di parkiran.

Mereka menatap seolah Senja adalah sesuatu yang menjijikan. Nama Senja sudah cukup tercoreng di sekolahnya sendiri karena Ozan, dan sekarang jika dia menerima tawaran tumpangan dari Arthur bukan tidak mungkin teman-temannya akan semakin menilai buruk dirinya karena menganggap Senja hanya tengah mempermainkan perasaan Arthur.

Arthur menghela nafas mengerti akan sesuatu yang tengah Senja pikirkan."Mikirin penilaian orang, hmm?"

"Aku baru aja putus, Thur. Mereka pasti bakal semakin mikir yang enggak-enggak soal aku," ujar Senja. "Kamu sendiri pasti udah tau gimana sikap anak-anak Derlangga ke aku."

"Bunda aku pernah bilang kita gak harus selalu hidup di bawah penilaian orang," Arthur memegang kedua bahu Senja menatap mata gadis itu dalam. "Jangan siksa diri kamu untuk memenuhi ekspetasi atau kemauan mereka."

"Tapi–"

"Ssttt," Arthur meletakkan jarinya tepat di bibir Senja.

Perlahan Arthur menuntun Senja untuk masuk dan duduk di dalam mobil. Sebelum melajukan mobilnya Arthur menyempatkan diri tersenyum tipis sembari mengusap lembut puncak kepala Senja saat melihat wajah gelisah gadis itu.

"Jangan takut. Mulai sekarang kamu gak akan sendiri menghadapi mereka," ucap Arthur. "Ada aku," sambungnya.

Senja memilih diam menunduk. Dia tidak bisa berbohong jika perlakuan Arthur membuat hatinya tenang dan merasa terlindungi. Selama ini sosok seperti Arthur lah yang Senja harapkan ada diri Kak Gema, Ozan, dan Papa tiri nya. Yang mampu membuatnya merasa aman serta nyaman.

Arthur melajukan mobilnya sambil sesekali melirik Senja yang hanya diam memandangi jalanan. Ingatan Arthur tertuju pada kalimat-kalimat menyakitkan yang Senja dapatkan dari teman sekolah mereka dan beberapa goresan-goresan luka mengering yang tidak sengaja ia lihat di tangan Senja saat menggenggam tangan gadis itu.

Arthur bukan orang bodoh yang tidak mengerti mengenai arti goresan-goresan itu. Selama ini sosok yang membuatnya semangat dan bahagia dalam menjalani hari bahkan sulit semangat dan membahagiakan dirinya sendiri.

Disisi lain Senja dengan segala pikirannya yang berkecamuk mulai mengingat setiap-setiap kejadian menyakitkan yang selama ini sudah dia dapatkan selama di sekolah.

"Dasar cewe murahan! Lo pasti udah jual tubuh lo buat Ozan, kan? Ternyata lo sama Mamah lo sama aja! Sama-sama murah!!"

"Lo semua bicara apa? Gue–"

Bugh!

Satu pukulan kuat dari gagang kain pel Senja dapatkan di bagian punggungnya. Gadis itu meringis sakit tanpa bisa membalas karena saat ini tangannya tengah di ikat di kursi oleh dua siswi yang dimana teman sekelasnya sendiri.

"Udah gue bilang berkali-kali, gak usah berani ngelawan!" Bentak siswi bernama Anggi.

Mata salah satu siswi di hadapan Senja menatap sinis ke arahnya. Satu tarikan kuat Senja dapatkan dari gadis tersebut pada rambutnya. "Sekali pengkhianat sekolah ya tetap pengkhianat!!"

Senja mendongak sembari mati-matian menahan sakit dengan menggigit bibir dalamnya. Dia bisa memaklumi kenapa Anggi bisa sampai memperlakukannya seperti ini, tapi untuk perlakuan siswi lainnya? Bagaimana bisa mereka menjadi sangat membenci Senja sampai berbuat sejauh ini.

Sejenak Senja berpikir jika ini semua ulah Anggi. Gadis itu pasti sudah mempengaruhi murid-murid lainnya untuk membenci dirinya.

Plak

Tamparan kuat melayang tepat di pipi kanan Senja hingga memperlihatkan bentuk jari yang membekas.

"Sekalipun lo sekretaris OSIS, jangan pernah berani ngadu soal ini ke guru!" Tegas Anggi. "Atau lo sendiri bakal tau apa akibatnya buat orang tersayang lo!"

Setelahnya beberapa gadis sekelas Senja mulai merapikan segala benda yang sejak tadi mereka pakai untuk memukuli Senja. Beberapa dari mereka mulai bersikap seolah tidak ada sesuatu yang pernah terjadi barusan.

Hingga beberapa menit kemudian para murid lainnya mulai berdatangan dan kelas semakin ramai.

Disaat teman-teman yang lain tengah berbincang bersama hanya Senja yang menunduk sembari berkaca berusaha menghilangkan bekas-bekas pukulan di wajahnya. Dalam hati gadis itu benar-benar mengharapkan sebuah keajaiban agar hal seperti ini tidak lagi terjadi.

Jika kalian berpikir Senja tidak pernah berusaha untuk bebas akan bully yang sering dia dapatkan kalian salah besar. Sebelumnya bahkan Senja pernah meminta untuk pindah kelas bersama Ayra, Rinai atau mungkin Kia teman-teman satu organisasinya, namun penolakan dari kepala sekolah membuat Senja mau tidak mau bertahan dikelas ini.

Itu semua karena alasan yang Senja berikan saat mengatakan ingin pindah kelas yang dirasa tidak masuk akal. Lagipula mana mungkin Senja mengatakan alasan sebenarnya jika Anggi dan teman-temannya sering kali melakukan perundungan terhadapnya. Kebahagiaan Mamanya tengah dipertaruhkan disini.

"Mama, Senja gak kuat. Senja mau pindah sekolah, tapi kenapa Mama gak pernah mau ngertiin Senja?" Ucap Senja dalam hati sembari menatap jalanan.

Jika saja bukan karena beasiswa dan pengaruh dari Papa tirinya yang menginginkan Senja untuk tidak menempuh pendidikan di luar negeri, Senja yakin Mamanya pasti sudah memperbolehkan Senja untuk pindah sekolah dan tinggal bersama Nenek dan Kakeknya di Australia .

"Jangan melamun, kamu rugi besar udah ngabain starboy sekolah di samping kamu ini," celetuk Arthur memecah keheningan.

Siapa sangka sosok yang dikenal es kutub di keluarganya bisa bercanda seperti tadi.

Lamunan Senja sontak buyar saat itu juga. Ia melirik ke samping memandang Arthur sinis seraya bergumam, "Mimpi apa gue harus berurusan sama cowo ini. Kadang dingin kadang cair."


Haii semuanya!!!

Apa kabar? Nungguin update cerita ini gak?

Pahami pelan pelan setiap alurnya ya, ceritanya penuh plot twist, kalau kalian gak mahami bakal bingung dipertengahan cerita.

Jangan lupa vote dan komen ny yaa

See u next chapter💗

Continue Reading

You'll Also Like

734K 54.5K 40
ARSENALANNA : Every Second of life, I Love You by bilasalmon | Bagian ke-2 atau Sekuel dari Novel ARSENIO Usai menyelesaikan pendidikan sarjana, Arse...
1M 63.1K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
2.7K 207 25
Tentang pertemuan itu, Ara tidak menginginkannya. Jika semesta mengizinkan, semoga tidak ada lagi segala bentuk pertemuan antara dia dengan laki-laki...
2.8K 168 11
π™Όπš’πš—πšπš‘πšŠπš˜ πš–πšŽπš—πšŠπšπšŠπš™ πšπšŠπš“πšŠπš– πšπšŠπšπš’πšœ πš’πšŠπš—πš 𝚊𝚍𝚊 πšπš’ πš‘πšŠπšπšŠπš™πšŠπš—πš—πš’πšŠ, πšπšŠπšπš’πšœ πš’πšŠπš—πš πšœπšŽπšπšŠπš—πš πš–πšŽπš—πšžπš—πšπšžπš”. "οΏ½...