Kisah Papa Papi - Guanren

By yourxpine

709K 73.1K 11K

Hanya kisah sederhana mengenai perdebatan 24/7 antara Papa Alin dan Papi Injun. © Yourxpine 🚦BXB , MPREG... More

Bagian Perkenalan
satu.
dua. (Kilas balik)
tiga.
empat.
lima.
enam.
tujuh.
delapan. (Kilas balik)
sembilan. 🔞
sepuluh. (Kilas balik)
sebelas.
dua belas.
tiga belas.
empat belas.
lima belas. (kilas balik)
enam belas.
tujuh belas.
delapan belas.
sembilan belas. 🥵🔞
dua puluh.
dua puluh satu.
dua puluh tiga. (Kilas balik)
dua puluh empat.
dua puluh lima.
dua puluh enam.
dua puluh tujuh.
dua puluh delapan.
dua puluh sembilan.
tiga puluh.
tiga puluh satu.
tiga puluh dua. (kilas balik)
tiga puluh tiga. (Kilas balik)
tiga puluh empat.
tiga puluh lima.
tiga puluh enam.
tiga puluh tujuh.
tiga puluh delapan.
tiga puluh sembilan.
empat puluh.
empat puluh satu.
empat puluh dua.
empat puluh tiga.
empat puluh empat. (Kilas balik)
empat puluh lima.
empat puluh enam.
empat puluh tujuh.
empat puluh delapan.
empat puluh sembilan.
lima puluh.
lima puluh satu.
lima puluh dua.
lima puluh tiga.
lima puluh empat.
lima puluh lima.
lima puluh enam.
lima puluh tujuh.
lima puluh delapan.
lima puluh sembilan.
enam puluh. 🔞
enam puluh satu.
enam puluh dua. (kilas balik)
enam puluh tiga.
enam puluh empat.
enam puluh lima.
enam puluh enam.
enam puluh tujuh.
enam puluh delapan 🔞
enam puluh sembilan (kilas balik)
tujuh puluh.
tujuh puluh satu.
tujuh puluh dua.
tujuh puluh tiga.
Tujuh puluh empat.
Tujuh puluh lima.
Tujuh puluh enam.
Tujuh puluh tujuh.
Tujuh puluh delapan.
Tujuh puluh sembilan.
Delapan puluh.
Delapan puluh satu.
Delapan puluh dua.
Delapan puluh tiga.
Delapan puluh empat.
Delapan puluh lima.
Delapan puluh enam.
Delapan puluh tujuh.
Delapan puluh delapan.
Delapan puluh sembilan.
Sembilan puluh.
Sembilan puluh satu.
Sembilan puluh dua.
Sembilan puluh tiga.
sembilan puluh empat.
Sembilan puluh lima.
sembilan puluh enam.
Sembilan puluh tujuh.
Sembilan puluh delapan.
Sembilan puluh sembilan.
Seratus.
Season 2?
Bonus chapter I
Bonus chapter 2
Bonus chapter 3.
Bonus chapter 4
Bonus chapter spesial ulang tahun papi

dua puluh dua.

7.7K 840 129
By yourxpine

Guanlin yang baru saja pulang pukul sebelas malam, sontak kaget ketika melihat suaminya tertidur di sofa depan. Ia hari ini memang tidak menghubungi Renjun sama sekali. Entah dirinya masih kesal atau karena kesibukannya.

Guanlin tadi siang hanya meminta tolong kepada Daehwi, asistennya untuk menghubungi Renjun jika dirinya akan pulang terlambat.

Guanlin menghela nafas pelan, ia kemudian meletakan tas kerja yang ia bawa di meja dan berjalan mendekat ke arah Renjun. Guanlin berlutut di samping Renjun, ia menyibak rambut Renjun yang menutupi sedikit wajahnya. Rambut suaminya ini sudah sedikit panjang, dan menurut Guanlin itu malah makin membuat Renjun terlihat semakin cantik.

Guanlin terdiam ketika merasakan sedikit hawa hangat dari kening Renjun. Dengan buru buru Guanlin kembali meletakan punggung tangannya di kening Renjun. Hangat, itu yang dirasakan Guanlin kini.

Guanlin menghela nafas berat, sudah di pastikan suaminya ini demam. Dengan hati hati Guanlin meletakan tangan kirinya di punggung Renjun, dan tangan kanan di lipatan kaki Renjun. Dalam satu hitungan, Guanlin berhasil menggendong Renjun.

Guanlin perlahan membawa Renjun menuju kamar mereka, namun sepertinya pergerakan Guanlin membuat Renjun terusik. Renjun mengerjapkan matanya beberapa kali, hingga matanya bertemu dengan mata Guanlin.

"L-lin?"

"Hm?"

"Lo udah pulang? Sorry gue ketiduran"

"Hm"

"Turunin gue, lin. gue bisa jalan sendiri" ucap Renjun sedikit meronta hendak turun namun mendapat gelengan dari Guanlin.

Renjun akhirnya hanya bisa pasrah, mengeratkan pelukannya pada leher Guanlin dan membiarkan Guanlin menggendongnya hingga ke kamar. Sesampainya di kamar, Guanlin dengan perlahan membaringkan Renjun di ranjang.

"Udah makan?" tanya Guanlin

Renjun berfikir sejenak, kemudian menggeleng membuat Guanlin kembali menghela nafas pelan. Guanlin mendudukan dirinya di tepi ranjang samping Renjun.

"Kenapa gak makan?"

"Mmmm" Renjun mengulum bibirnya dan mengalihkan pandangnya

"Kenapa? Ingat, lo tuh gak sendiri. Di badan lo ada anak kita juga. Jangan egois sampai gak mau makan gitu. Badan lo sekarang agak anget"

Renjun langsung menatap Guanlin. "Lo pikir gue sengaja? Gue juga mikirin dedek! Tapi hari ini dia maunya lo yang nyuapin. Tapi apa? Lo bahkan gak ngehubungi gue sama sekali. Lo nyuruh Daehwi yang ngehubungi gue. Maksud lo gitu apa? Lo masih marah sama gue? Udah gue balikin itu duit dari Hyunjin" Renjun menghela nafas pelan, matanya mulai berkaca, "gue juga gak tau kalau Hyunjin yang bakal nolongin gue. Gue juga-"

Ucapan Renjun terhenti ketika Guanlin tiba tiba berdiri, menggulung lengan kemejanya dan keluar dari kamar.

"Anjing, lo lin!" umpat Renjun

Renjun tidak berniat menyusul Guanlin. Sudah lelah dia dan sudah enggan menambah kesal di dadanya. Kepalanya terlalu pusing hanya untuk memikirkan kemana Guanlin pergi.

Selang tiga puluh menit, Guanlin kembali masuk ke dalam kamar dengan membawa semangkuk bubur di nampan dan air putih. Guanlin memang tidak terlalu pandai memasak, namun dirinya tadi menemukan bubur instan di rak bahan makanan yang berada di dapur. Dengan mengikuti petunjuk di kemasan, jadilah seporsi bubur yang siap di santap.

Guanlin mendudukan dirinya di samping Renjun yang kembali tertidur. "Ren, bangun dulu, makan"

Renjun melenguh dan membuka matanya.

"Makan dulu"

Renjun menggeleng, kemudian kembali memunggungi Guanlin membuat Guanlin menghela nafas pelan.

"Renjun, makan"

"Gak mau!"

"Makan, Ren"

"Gak"

"Lo jangan egois gini kenapa sih. Pikirin dedek juga"

Renjun sontak berbalik, tidak terima mendengar ucapan Guanlin barsan. "Lo ngatain gue egois? Lalu gimana sama lo yang ngabain gue hari ini?!"

Guanlin mengusap kasar wajahnya dan kembali menatap Renjun. "Makan"

"Gak!"

"Huang Renjun, makan"

"Jangan ngatur gue!"

Guanlin memejam, mencoba mengatur nafasnya. "Renjun, makan. Jangan sampai gue maksa lo"

"Gue gak mau makan!"

Guanlin menarik mangkok bubur, ia menyendokan satu sendok bubur dan mengarahkannya ke depan mulut Renjun. "Duduk, ayo makan"

Renjun menggeleng membuat Guanlin menghela nafas frustasi. "Mau kamu apa sih? Di suruh makan susah banget! Kamu jadi orang jangan egois. Liat, kamu sakit kan sekarang. Di tubuh kamu itu juga ada anak kita, dia butuh nutrisi biar bisa berkembang. Kamu mau dia kenapa kenapa?"

"Kok lo nyalahin gue?!"

"Aku gak ada nyalahin kamu sama sekali. Cuma bisa kan, kali ini aja nurut sama aku? Gak susah loh buat kamu nurut sama suami kamu. Aku Cuma nyuruh kamu makan, engga nyuruh kamu aneh aneh"

Renjun menghela nafas kasar, ia mendudukan dirinya, menyibakan selimutnya dan langsung berdiri meninggalkan Guanlin. Di ambang pintu, kepala Renjun tiba tiba semakin pening, nafasnya memburu, pandangannya meremang, dan..

Brakkk

"Renjun!" Guanlin buru buru menuju ke arah pintu kamar ketika melihat suaminya itu ambruk

"Yang, bangunn"

Guanlin mencoba membangunkan Renjun, namun tidak berhasil. Tanpa pikir panjang, Guanlin akhirnya membopong Renjun kembali ke ranjang. Setelahnya Guanlin menelfon salah satu tetangganya yang berprofesi sebagai dokter.

Tidak lama, dokter yang sekaligus tetangga satu kompleknya itu pun datang.

"Maaf ya bang, gue jadi repotin lo harus kesini malam malam"

"Gapapa kali, lin. namanya juga dokter, harus bisa siap 24 jam nolongin orang"

Dokter pun langsung memeriksa keadaan Renjun, kurang lebih sekitar lima menit, sang dokter telah selesai memeriksa keadaan Renjun.

"Gimana bang? Renjun baik baik aja kan?" tanya Guanlin yang di angguki bang Aga.

"Tenang, dia kayaknya kecapekan sama sedikit stress. Lo kan tau kalau orang hamil harus menghindari dua hal itu"

Guanlin menghela nafas pelan dan mengangguk. "Gue gak bakal ngasih obat, orang hamil sebisa mungkin harus menghindari obat obatan. Dari dokter kandungannya dikasih vitamin tambahan kan?"

"Di kasih bang"

"Nah, itu aja di rutinin. Makanan juga yang sehat sehat, jangan kecapekan. Terus sebisa mungkin jangan bikin Renjun stress"

Guanlin kembali mengangguk. "Tapi beneran Renjun gapapa kan bang? Untuk demamnya?"

"Di kompres aja, terus nanti kalau udah bangun kasih teh hangat. Kalau sampai besok gak mendingan, bawa aja ke rumah sakit ya"

"Iya bang. Makasih banyak ya bang, sorry banget gue gangguin lo malam malam"

"Iya, santai aja lin"

Setelah bang Aga pamit pulang, Guanlin bergegas mengompres kening Renjun sesuai anjuran bang Aga. Karena dia enggak mau ribet, dia memutuskan memakaikan Renjun kompres instan yang selalu Renjun sediakan untuk Ayden.

Setelah selesai mengompres Renjun, Guanlin memberikan satu kecupan di kening Renjun tersebut. Setelahnya ia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, karena hingga pukul setengah dua belas lebih, Guanlin masih memakai pakaian kantornya.

Setelah selesai mandi, Guanlin memutuskan untuk meletakan bubur yang ia buat tadi ke dapur. Perutnya sekarang terasa perih karena belum makan malam. Tanpa pikir panjang, Guanlin memasak mie instan untuk dirinya sendiri dan ia nikmati sembari menonton televisi.

Pagi harinya, Renjun terbangun. Ia merasakan pening masih bersarang di kepalanya. Matanya mengerjap beberapa kali, ia merasakan sesuatu di atas kepalanya.

"Kompres?" monolog Renjun pada dirinya sendiri

Renjun menoleh kesamping dan tidak mendapati Guanlin di sebelahnya, Renjun mengedarkan pandangnya, ia berfikir Guanlin di kamar mandi. Renjun berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, namun seperkian detik kemudian, ia merasakan mual hingga ia sedikit berlari menuju kamar mandi.

Renjun kaget ketika membuka pintu kamar mandi dan tidak mendapati Guanlin disana. Tapi Renjun enggan berfikir panjang, karena saat ini ia hanya ingin mengeluarkan isi perutnya yang ternyata hanya berisi air. Ya bagaimana tidak berisi air? Karena sedari kemarin siang, Renjun tidak mengisi perutnya dengan apa apa.

Renjun mendudukan dirinya di closet sejenak, mencoba mengatur nafasnya. Keringat mulai membanjiri keningnya. Mata Renjun kembali memburam, namun sekuat mungkin ia mencoba mempertahankan kesadarannya.

Renjun perlahan berdiri, dengan berpegang di dinding, Renjun berjalan untuk keluar mencari Guanlin. Mungkin saja Guanlin di kamar Ayden, pikirnya. Namun ternyata salah, Guanlin tidak berada disana. Pikiran Renjun semakin kacau, ia merasa tidak tenang, takut Guanlin tiba tiba meninggalkannya.

Dengan perlahan Renjun berjalan menuruni tangga, dari dapur, hingga taman belakang, Guanlin tidak disana. Namun samar samar terdengar suara televisi, membuat Renjun berjalan mendekat dan menemukan Guanlin tertidur di sofa. Helaan nafas lega terdengar dari bibir Renjun.

Renjun yang sudah tidak bisa menahan beban tubuhnya, akhirnya kembali ambruk tepat di atas Guanlin.

"Akhh-" Guanlin terbangun seketika ketika merasakan beban berat tiba tiba menimpa tubuhnya. Guanlin hendak marah namun ia urungkan ketika ternyata itu adalah Renjun

"Yang?" panggilnya

"Sayang, lo kenapa?" tanya Guanlin lagi

"Pusing.."

"Masih pusing?"

"S-sakit"

Guanlin mengusap pelan punggung Renjun, "apanya yang sakit? Bilang ke gue"

"Kepala, perut, semuanya"

"Kita ke rumah sakit ya? Mau ya?" tawar Guanlin yang mendapat gelengan dari Renjun

"Ren, hari ini aja gue minta lo nurut sama gue"

Renjun mendongak. "Lo maafin gue?"

"Gue gak pernah marah ke lo"

"Bo-hong"

"Bahas nanti aja ya? Ini badan lo masih anget juga, nurut ya?"

Renjun akhirnya mengangguk. "Ya udah tiduran sini bentar, gue mau ambilin lo jaket, sama telfon Nana biar dia jaga Ayden"

Setelah Nana datang, Guanlin dan Renjun bergegas menuju rumah sakit. Renjun dengan wajah pucatnya tergeletak memejamkan mata di kursi penumpang yang sudah Guanlin sedikit turunkan sandarannya agar Renjun lebih nyaman.

Tangan kiri Guanlin menggenggam tangan Renjun. Jujur, ia kini sangat khawatir melihat kondisi Renjun. Ia sedikit menyalahkan dirinya karena merasa membuat Renjun terbebani dengan kecemburuannya.

Setelah sampai di rumah sakit, Guanlin memilih untuk langsung membawa Renjun ke UGD karena suhu tubuh Renjun yang semakin tinggi. Sekitar tiga puluh menit penanganan dokter keluar dan memberikan kabar jika Renjun harus menetap sehari di rumah sakit.

"Kok lo masih disini?" tanya Renjun yang saat ia membuka mata, Guanlin masih disana

"Ya lo nyuruh gue kemana?"

"Gak kerja?"

"Lo pikir gue bisa fokus kerja kalau lo kayak gini?" tanya balik Guanlin

"Maaf"

Guanlin menghela nafas pelan, kemudian ia menggenggam tanga Renjun. "jangan minta maaf, lo gak salah. Gue disini yang kekanak kanakan, cemburu gue sampai ngabaiin lo sama anak anak"

Renjun menggeleng, "Gue juga egois, kenapa gue gak maksain buat makan kemarin" Renjun mengusap perutnya. "Kata dokter dedek gapapa kan?"

"Gapapa, tapi lain kali lo jangan gini lagi ya? Semarah, sekesel atau seapapun lo ke gue, jangan sampai gak makan, gak jaga kesehatan kayak gini"

Renjun mengangguk. "Tapi lo juga, kalau marah ke gue, seenggaknya biarin gue jelasin dulu"

"Lo yang dari awal gak mau terbuka sama gue. Kan gue udah bilang, kita harus terbuka apapun itu. Ya gue cemburu, kenapa harus mantan lo yang nolongin?"

"Ya gue mana tau kalau ada dia. Gue kan gak berani bilang takut lo marah"

"Gue bakal lebih marah kalau lo sembunyi sembunyi gitu" Guanlin menghela nafas pelan, "tapi lo nyebelin banget, lo selalu bikin gue gak bisa marah ke lo" lanjut Guanlin yang membuat Renjun terkekeh

"Soalnya lo bulol banget ke gue"

"Pede banget. Mana ada gue kayak gitu?"

"Dih? Gak nyadar"

"Iya gue akuin gue bulol ke lo. Ke lo doang nih gue sampe kayak gini"

"Ya jangan ke orang lain, gue gebuk lo kalo sampai bulol ke orang lain"

"Kalau bucin aja gapake tolol boleh, berarti?" tanya Guanlin yang seketika mendapat tatapan tajam dari Renjun

"Berani lo kayak gitu? Nih jarum infus gue pindahin ke mata lo!"

"Dih, lagi sakit aja masih serem banget ucapannya" ucap Guanlin yang kemudian menciumi seluruh permukaan wajah Renjun

"Lin! kita masih di UGD, anjir!"

"Maaf, pak, tolong jangan ribut ya? Masih banyak pasien lain" tegur salah satu suster

"Oh iya sus, kalau bisa saya mau suami saya ini di pindahkan ke ruang inap sendiri ya. Takutnya nanti kalau kelamaan disini bisa mengganggu pasien yang lain, soalnya dia kadang suka ngereog" Renjun sontak melotot, namun Guanlin hanya menjulurkan lidah kepada Renjun.

"Baik, pak. Kalau begitu bapak bisa mengikuti saya untuk mengurus administrasinya"

Guanlin mengangguk, "Gue urus administrasinya dulu" ucapnya yang di angguki Renjun.

Sore harinya, keadaan Renjun sudah jauh membaik. Namun dokter menyarankan untuk pulang besok, karena kondisi Renjun masih dalam pemantauan dokter. Guanlin duduk di samping Ranjang Renjun, ia membantu Renjun mengupas buah pisang, dan ia sodorkan kepada Renjun.

"Kakak gimana? Gak nyariin?" tanya Renjun

"Kakak di rumah bunda. Tadi bunda sama mama jemput dirumah"

Renjun mengangguk, "Mau pulang"

"Kan denger sendiri tadi dokter bilang apa?"

"Tapi gue gak betah lama lama di rumah sakit"

"Ya sabar dikit, yang"

Renjun mendengus dan mengalihkan pandangnya ke layar televisi di depannya.

Tokk tokk tokk

Pintu kamar rawat inap itu terbuka dan menampakan Mama dan Papa Guanlin.

"Ma" panggil Renjun

Mama dan Papa Guanlin masuk dengan membawa beberapa makanan. "Gimana keadaan kamu, Ren?"

"Jauh lebih baik ma"

"Kok bisa sakit? Ini anak mama gak bisa jagain kamu ya? Kok bisa sampai sakit gini menantu mama"

Renjun terkekeh. "Kecapekan biasa ma"

"Kamu jangan kecapekan, biar tugas rumah si bibi aja yang ngerjain. Kamu juga jangan terlalu mikirin sesuatu Ren, biar gak sakit. Biasanya sakit gini juga faktor pikiran. Makannya juga jangan lupa, kalau Guanlin gak bisa ngasih kamu makan, biar Papa sama Mama yang ngasih" ucap Papa Guanlin yang membuat Guanlin mencebik kesal

"Alin bisa kali pa ngasih makan Renjun. Serestorannya juga bisa Alin kasih"

"Bercanda, serius amat kamu ini. Cepat tua baru tau rasa"

"Eh ini tadi titipan dari bunda kamu, bubur kesukaan kamu. Bunda kamu gak bisa kesini, soalnya Ayah kamu belum pulang, jadi gentian mau jagain Ayden dulu"

Renjun mengangguk, "Makasih ma"

"Mau makan sekarang gak? Biar mama yang suapin"

"Boleh ma"

Mama Guanlin segera menyuruh Guanlin menyingkir, ia menggantikan posisi Guanlin yang tadinya duduk di samping ranjang Renjun dan mulai menyuapkan bubur yang masih hangat kepada Renjun.

Malam harinya, hanya tersisa Renjun dan Guanlin di kamar rawat inap itu. Satu jam yang lalu, bunda Renjun mengabari jika Ayden mencari cari Renjun. Namun setelah melakukan video call, tangis Ayden terhenti, dan bocah mungil itu kini sudah terlelap.

"Lin"

Guanlin yang sedang mengecek beberapa pekerjaan yang ia tinggalkan tadi pun menoleh.

"Kenapa?"

"Gue takut"

"Takut kenapa? Ini rumah sakit gak ada hantunya kali. Ada sih, tapi di kamar mayat"

"Ck! Bukan itu"

"Terus apa?"

"Gue takut kalau gue tiba tiba meninggal pas lahirin si dedek, atau gak gitu, gue takut gak bisa jadi papi yang baik buat kakak sama dedek"

Guanlin mengerutkan keningnya, ia meletakan laptop yang sedari tadi ia pangku. "Kenapa ngomong gitu?"

"Gapapa, gue kepikiran aja"

Guanlin mencebik kesal. Emang ya, pikiran orang hamil tuh random. "Jangan mikir yang gak gak. Gue tau lo kuat"

"Lo mau apa? Gue mau jalan ke kantin bentar cari kopi" tanya Guanlin, ia mencoba mengalihkan pikiran Renjun agar tidak berfikiran negatif terus.

"Lo pernah makan bubur pake coklat gak?" tanya Guanlin sekali lagi yang sontak membuat Renjun membulatkan mata

"Apa apaan itu bubur pakai coklat?"

"Ya bubur, lo masa gak tau bubur sih?"

"Ya bubur apaan yang pake coklat?!"

"Bubur cumcum" jawab Guanlin

Renjun tidak bisa menahan tawanya, apaan barusan? Kenapa suaminya itu berbicara sok imut seperti itu? Entah Renjunnya yang terlalu receh, atau Guanlin yang selalu berhasil membuat mood Renjun kembali membaik.

"Apaan sih lo?! Garing"

"Garing tapi lo ketawa" goda Guanlin

"Mau nggak?"

"Masih kenyang gue"

"Ya udah, gapapa kan kalau gue tinggal beli kopi bentar?" tanya Guanlin yang kemudian di angguki Renjun

"Tapi jangan lama lama"

Guanlin mengangguk. "Bilang aja lo gak mau jauh dari gue"

"Enggak ya! Anak lo aja nih yang lagi manja gak bisa tidur kalo bapaknya gak ngelus ngelus dulu"

"Tapi gue gak mau ngelus dedek doang"

"Terus mau lo apa?"

"Jenguk dedek juga dong" jawab Guanlin yang kemudian menaik turunkan alisnya dan mendekat pada Renjun

"Maks-" ucapan Renjun terhenti ketika lelaki mungil itu sudah paham maksud Guanlin. "Ahhh mesum!!" teriak Renjun yang langsung buru buru di bungkam oleh Guanlin

"Ini di rumah sakit, yang. Lo jangan teriak gitu! Nanti dikira gue ngapa ngapain lo"

"Ya kan emang?!"

"Mau lo gue apa apain disini? Eh kayaknya kita emang belum pernah ya di rumah sakit?" tanya Guanlin yang langsung mendapat bogem mentah dari Renjun

"Aduh!"

"Pergi sana lo! Katanya mau beli kopi?"

Guanlin kembali menatap Renjun, kemudian ia terkekeh, "lah? Kenapa wajah lo merah? Wah lo lagi bayangin gue itu di rumah sakit ya?"

"Guanlin! Anjir! Jangan sampai kesabaran gue habis ya!!"

Guanlin masih tidak menghentikan tawanya, ia kemudian segera berlari keluar saat melihat Renjun sudah menarik bantal dan hendak meleparkannya pada Guanlin.

"Ya ampun nak, mimpi apa kamu bisa punya bapak mesum kayak si tiang" ucap Renjun sembari menatap perutnya




Tbc

*******

ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴍᴇɴɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ᴊᴇᴊᴀᴋ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ᴅᴀɴ ᴋᴏᴍᴇɴ ᴀɢᴀʀ ᴀᴋᴜ ᴍᴀᴋɪɴ ʀᴀᴊɪɴ ᴜᴘᴅᴀᴛᴇ! ʜᴇʜᴇʜᴇ

~~~~~~~~~~~~

Btw, saran next chap kalian udah aku tampung semua ya, satu persatu aku bakal wujudin saran kalian hehe. Makasih yg udah kasih aku saran baik di komen ataupun dm. Jujur saran ide kalian bikin aku jadi gak kehabisan ide. Makasih banyakk yaaa^^

Ramein book ini terus yaa. Makasih udah mau baca walaupun penulisanku masih amburadul🤧

Continue Reading

You'll Also Like

210K 22.6K 43
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
96.2K 11.3K 36
❝Who can stop me if i decide that you're my destiny?❞ ⚠ Warning! ⚠ *𖥨ํ∘̥⃟⸽⃟🏳️‍🌈Cerita homo! Contain mature, Harsh words *𖥨ํ∘̥⃟⸽⃟🦙Slight pair ; J...
242K 34.7K 20
"Uwu cayang papa!!" "Gua juga sayang lo, Woo." - Wong Yukhei ~~~ [COMPLETED] Comedy, Family. ©Jungsushii 2018 #1 in Huangxuxi #1 in Wonglucas #1 in K...
249K 40.5K 15
#1 on lucas (150518) #1 on luwoo (101018) #2 on luwoo (200918) "Ini anti nyeri, pas di suntik rasanya perih, di tahan ya." "AAAAAA!! SAKIT KAK ASTAGA...