Positif!

Von Elephantrndm

272K 5.1K 335

!!Warning 21+!! "Seorang mahasiswi cantik menjual konten porno karena hiperseksual, lu mau kalimat itu jadi h... Mehr

1. Akun Alter
2. Geo Gila
3. Hari Kedua
4. Sisi Lain
5. Naira dan Geo
6. Kupu-kupu
7. After Kiss
8. the manipulative
9. Third (21+)
10. Call (21+)
11. MessyHer!
12. Pelanggan Gila (18+)
13. Revenge
14. Masokis (21+)
15. Percikan Rasa
16. Ultraman
17. Mark kenapa?
18. Dia Sakit?
19. Ketahuan
20. Sedikit Berdarah
21. Trauma
22. Triger!
23. Sembunyi Terus
24. Masa Lalu
25. sel Cd4
26. Liburan Bersama Mark
27. Dibalik Kemunculan Kavi
28. Brainwash
29. Rumah Sakit
30. Chat nya di hapus
31. Kebencian Tasha
32. Semuanya abu abu
33. Ada apa dengan Kavi?
34. Naira Curiga
35. Ide Gila Lagi
36. Salah paham
38.Eksekusi
39. Trauma
40. Tidak Sesuai Rencana
41. Terpisah
42. Tuduhan Pertama
43. Diancam
44. Drop Out
45. Terungkap Separuh
46. Hubungan Yang Tak Terduga

37. Rencana Jahat

906 32 0
Von Elephantrndm

Hi guys aku balik lagiiii
Jangan lupa vote dan komentar
***

Geo membenarkan posisi menjadi duduk tegap dan memasang wajah serius. Matanya menatap lurus ke arah Naira. "Memangnya gue pernah bohong sama lu ya?" tanya Geo membuat Naira menatap tajam ke arah mata Geo untuk menemukan ada dusta atau tidak disana.

"Ya--nggak tahu. Bisa aja 'kan bilangnya jujur padahal bohong."

Geo membuang nafas kasar. "Ibunya Kavi itu dirawat di rumah sakit yang sama kaya tempat gue di rawat Ra," sambar Geo menjelaskan yang sebenarnya terjadi agar Naira percaya sepenuhnya.

Naira melongo tak percaya dengan apa yang Geo katakan. Pikiran Naira melayang pada kejadian beberapa hari lalu saat melihat Kavi di ruang tunggu pengambilan obat. Pikirnya jangan-jangan Kavi sedang menunggu obat untuk ibunya. Satu persatu pertanyaan besar di kepala Naira mulai terjawab. Semuanya tampak jelas bahwa dugaan Mark selama ini hanya kebetulan semata.

"Emangnya sakit apa?" tanya Naira penasaran.

"Gue juga nggak terlalu paham si detailnya gimana yang jelas katanya ada stroke," jawab Geo seingatnya.

"Kasihan tau Ra dia. Gue pikir Kak Kavi tipe orang yang kerja dapat duit buat di buang-buang gitu aja ternyata dia ngurus dan biayain ibunya yang sakit." Sambung Geo lagi. Hati Naira ikut tersentuh walaupun hanya sedikit. Ternyata hidup Kavi benar benar jauh berbeda dari dulu. Mungkin Naira akan terdengar jahat namun menurutnya Kavi pantas mendapatkan cobaan seperti itu.

"Sekarang giliran gue yang nanya. Lu beneran mau pindah dari kosan gue?" tanya Geo memecah keheningan dan lamunan Naira.

Naira hanya merespon dengan mengangguk kepala ragu-ragu.

"Kenapa? Beneran cuman karena Mark larang? Bukan karena sesuatu yang lain?" Mata Geo berbinar-binar sambil menggenggam tangan Naira.

"Beneran. Lu nggak buat salah apa-apa kok," balas Naira sambil menepuk-nepuk pelang lengan Geo, menenangkan hati Geo.

"Padahal gue senang banget hari ini bisa pulang nggak tidur lagi di kasur kecil rumah sakit. Terus nanti kita bisa tidur berdua lagi. Bisa ciuman lagi...."

"Anjir!" teriak Naira spontan memukul mulutnya. Ia takut ada yang mendengar. Kosannya mereka kan punya dinidng yang tipis.

"Kalau ngomong itu dijaga ya Kak Geo cantik," sarkas Naira sambil menoel dagu Geo.

"Yeee yang waktu itu nyosor duluan 'kan elu."

Naira tak dapat berkata kata, ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Iya si tapi waktu itu kan lagi khilaf," balas Naira memamerkan gigi putihnya tanpa merasa berdosa. Geo tertawa geli melihatnya. Raut wajah Naira membuatnya gemas sendiri.

"By the way lu nggak marah kan gue pindah?" tanya Naira menghentikan Geo yang cekikikan.

"Marah lah! Bercanda...gue si terima aja kalau lu emang mau pindah. gue nggak akan maksa lagi Ra."

"Tumben. Dulu kayanya lu ngotot banget ajak gue tinggal bareng sampai-sampai ngancam gue segala. "

"Yaelah itu biar lu takut aja. Gue aslinya baik hati, iya 'kan?" Geo mengangkat satu alisnya.

Naira menggeleng kepala cepat dengan wajah polosnya.

"Kok enggak si?" tanya Geo tidak terima. Tangannya ia lipat di depan perut.

"Iya memang enggak baik!" seru Naira sambil tertawa terbahak-bahak.

"Sini mau gue kasih tau nggak baik itu gimana?"

Dahi Naira mengernyit heran "Gimana?"

Geo meraih tangan kanan Naira lalu ia luruskan ke dekat wajahnya. Secara cepat, Geo mendekatkan mulutnya dan menggigit lengan Naira dengan gemas.

"Aw sakit Kak!" ringis Naira sambil memukul ubun-ubun Geo. Barulah Geo melepaskan gigitannya.

"Rasain." Geo terkekeh pelan melihat Naira yang meniup niup bekas gigitannya. Padahal ia tidak menggigitnya terlalu keras sehingga tidak ada bekas gigitan di sana.

"Kok kaya umur tiga tahun si mainnya gigit gigitan. Sini gue gigit balik!" Naira tidak terima, ia mencoba menarik tangan Geo namun Geo lebih cepat menghindar.

"Sini kalau bisa tangkap," ucap Geo sambil bangkit dari tempatnya dan berdiri. Begitupula dengan Naira. Ia berancang-ancang menangkap Geo. Namun usahanya gagal, Geo terus bisa menghindar. Mereka terlibat saling kejar di kosan Naira yang sempit. Keduanya tertawa senang menggema ke setiap sudut ruangan.

"Ayo sini tangkap dong. Ini gigit tangan gue." Geo meledek sambil tersenyum menggoda. Naira tertawa dan berusaha menangkat Geo yang lebih gesit darinya.

***

Tepat setelah kelas Mark bubar, Geo sudah berada di depan kelasnya untuk membicarakan kejadian kemarin. Ia hanya ingin meluruskan tentang chatnya kepada Naira agar tidak ada perselisihan dan salah paham. Setelah dosen pergi keluar kelas, sekelompok mahasiswa pun akhirnya keluar. Kebanyakan mereka berwajah semrawut, tidak terbentuk. Kelas di sore hari memang membuat mahasiswa sudah tidak peduli lagi dengan bentukan wajah mereka ditambah kepala yang pusing mencerna materi mata kuliah.

Geo menunggu satu persatu mahasiswa keluar kelas dan belum menemukan Mark disana. Ia jalan perlahan masuk ke dalam kelas, ternyata Mark masih duduk tenang merapihkan catatannya.

Geo menyeret bangku yang ada di samping barisan tempat duduk Mark, dan mendekatkannya ke samping Mark tepat. Tingkah Geo tidak membuat Mark terganggu sama sekali. Ia tetap berada di posisi sama sambil menulis sesuatu di ipad-nya.

"Woy! apatis banget!" cerca Geo melepas paksa satu earphone yang Mark gunakan. Mark memukul meja dengan kesal. Ia menoleh ke arah Geo dengan tatapan sinis.

"Ada apa? Mau bahas Naira lagi?" tanya Mark datar sambil kembali sibuk kepada ipad-nya.

Geo menyinggung senyum sinis. Ia bingung mengapa Naira bisa berteman dalam jangka waktu yang lama bersama orang semacam Mark.

"Iya! Nggak usah basa-basi lah ya, kenapa lu hapus chat gue di Hp-nya Naira?" Tangan Mark yang tadinya sibuk berhenti sejenak setelah mendengar perkataan Geo. Raut wajahnya sedikit syok.

"Maksud lu apa gue nggak paham."

"Enggak usah sok bego segala," cerca Geo meninggikan suaranya.

"Lihat gue chat Naira dan chat ini nggak masuk ke whatsapp-nya."

"Terus dengan itu lu nuduh gue? Kak Geo, lu beneran kakak tingkat gue bukan si? Kok asal nuduh kaya bocah gitu. Mental lu juga nggak cowok! Gini doang segala dibicarain."

"Gue cuman mau tahu...."

"Gue lagi sibuk. Kalau lu mau ngomongin itu nanti aja. Lagian lu mau rapat sama anak acara 'kan?"

Geo bergeming, mengapa Mark tahu rencana dia sore ini. Mungkinkah Naira memberitahu Mark.

"Langsung aja jawab, nggak usah di nanti nanti. Gue cuman tanya satu pertanyaan doang."

"Lu dengar nggak si?! Gue lagi sibuk!" Mark berteriak sambil memukul meja lagi. Geo memundurkan badannya karena syok. Wajah Mark merah padam, matanya melotot berwarna merah hendak menerkam seseorang.

Geo terkekeh kecil. "Santai bro," ujarnya sambil menenangkan Mark.

Mark berusaha mengendalikan diri. Ia diam sejenak sambil menarik nafa. "Jam enam kita ketemuan di parkiran."

Geo mengalah, ia setuju dengan Mark lalu pergi begitu saja tanpa permisi, meninggalkan Mark sendirian di kelas.

Saat Geo beranjak tidak sengaja ponsel dari saku belakang Geo terjatuh di kursi yang beralaskan busa tipis sehingga tidak membuat pemiliknya sadar bahwa ponselnya tertinggal. Geo berjalan tanpa menengok ke belakang.

Setelah Geo pergi, beberapa menit Mark melirik ke kursi yang Geo tempati tadi.

"Lu ceroboh juga ternyata," gumam Mark mengambil ponsel Geo sambil tersenyum sinis. Otak liciknya lansung kepikiran sesuatu untuk menyempurnakan rencananya.

"Maaf ya Naira sayang, hari ini kamu nangis bentar dulu habis itu kita bisa senang-senang kaya dulu," gumam Mark tersenyum penuh kemenangan.

Ia segera mengambil ponselnya dari tas untuk menelpon Kavi, menjelaskan rencana awal hingga akhir yang akan di eksekusi hari ini.

[Ada apa lagi? Gue sudah di kampus] Kavi langsung mengangkat panggilan dari Mark. Suaranya parah dan kesal.

"Sebelum ke sekre ketemu gue dulu di parkiran gedung A lantai 2. Gue dapat ide yang lebih bagus!"

TBC

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

2.6M 143K 63
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
1.2M 45.9K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
2.7M 280K 65
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
MARSELANA Von kiaa

Jugendliteratur

1.9M 93K 40
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...