Kawin, Yuk! (TAMAT)

By jingga_senja_

841K 77.3K 2.2K

Silvia, wanita yang harus ditinggal nikah oleh kekasih dan adiknya, membuatnya harus kembali memupuskan impia... More

Kawin, Yuk! - Prolog
Meet (cast) Love
Kawin, Yuk! - Bagian 1
Kawin, Yuk! - Bagian 2
Kawin, Yuk! - Bagian 3
Kawin, Yuk! - Bagian 4
Kawin, Yuk! - Bagian 5
Kawin, Yuk! - Bagian 6
Kawin, Yuk! - Bagian 7
Kawin, Yuk! - Bagian 8
Kawin, Yuk! - Bagian 9
Kawin, Yuk! - Bagian 10
Kawin, Yuk! - Bagian 11
Kawin, Yuk! - Bagian 12
Kawin, Yuk! - Bagian 13
Kawin, Yuk! - Bagian 14
Kawin, Yuk! - Bagian 15
Kawin, Yuk! - Bagian 16
Kawin, Yuk! - Bagian 17
Kawin, Yuk! - Bagian 18
Kawin, Yuk! - Bagian 19
Kawin, Yuk! - Bagian 21
Kawin, Yuk! - Bagian 22
Kawin, Yuk! - Bagian 23
Kawin, Yuk! - Bagian 24
Kawin, Yuk! - Bagian 25
Kawin, Yuk! - Bagian 26
Kawin, Yuk! - Bagian 27
Kawin, Yuk! - Bagian 28
Kawin, Yuk! - Bagian 29
Kawin, Yuk! - Bagian 30
Epilog - Kawin, Yuk!
Kawin, Yuk! - ExtraPart
Dibuang sayang!
Spesial Part - 100k
Spesial Part - Bag. 2

Kawin, Yuk! - Bagian 20

21.4K 2.1K 65
By jingga_senja_

***

Sisil menyerahkan dua kaftan berwarna wardah kearah mama dan Sesil, yang kini menatapnya dengan bingung. "Pakai, ya? Buat acara empat bulanan Sesil nanti." Kedua bola mata Sesil berbinar seketika, dengan bahagia wanita itu menerimanya lalu memeluknya dengan erat.

"Bagus banget, Kak. Makasih banyak!" Sisil hanya mengulas senyumannya dengan tipis.

Sejak kemarin orang-orang dirumahnya sibuk mengurus persiapan acara empat bulanan Sesil yang rencananya akan digelar malam ini. Namun sejak memulai persiapan pun Sisil tidak berniat untuk membantu dan tidak peduli ---lebih tepatnya berusaha untuk tidak peduli---, dia memilih untuk menyibukan diri di butik mengurus semua pelanggannya.
Butiknya memang tengah kebanjiran pesanan gaun yang dia rancang, para wanita berdatangan bersama pasangan mereka. Terlihat begitu bahagia ketika mencoba gaun pernikahan mereka.

Sisil iri. Selama ini dia yang selalu memberikan gaun terbaik untuk seorang pengantin terlihat seperti ratu dihari bersejarah mereka. Tapi dia belum tahu kapan dirinya sendiri bisa mengenakan gaun indah itu, dihari pernikahannya.
Sudah sekian lama namun tidak ada yang berubah. Dia masih tetap seperti ini dan sendirian. Hanya menjalani hidup sebagaimana harusnya mengalir saja, dan yang terpenting Sisil tidak berharap lagi kepada orang lain.

Sebenarnya tidak ada niat khusus memberikan kaftan pada adik dan mamanya, Sisil hanya kepikiran jika mereka belum sempat memilih pakaian saking sibuknya mengurus acara yang akan terlaksana. Maka dari itu dia berinisiatif untuk memberikannya, dia juga punya yang sama seperti mereka dan akan memakainya malam nanti.

"Kakak, nanti duduknya disamping aku, ya? Sama Mama." Sisil memandang Sesil yang baru saja bergelayutan pada lengannya, membuat Sesil yang sadar langsung melepasnya.

"Gimana nanti aja," jawabnya singkat.

Ya, seperti itu Sisil sekarang. Tidak sehangat dulu namun juga tidak sedingin sebelumnya. Meskipun masih selalu menyahuti ketika Sesil berbicara, tetap saja rasanya berbeda karena Sisil sering tidak menatapnya ketika bersuara. Padahal dulu mereka selalu berbincang sambil bercanda bersama, Sesil sangat merindukan kehangatan kakaknya. Demi apapun!

"Gustii ... ponakanku, cantiknya!"

Sisil mendelikan bola mata ketika menatap segerombolan keluarganya yang baru saja datang, dimana para ibu-ibu rempong yang sangat Sisil yakin akan membuatnya kesal dihari ini. Tunggu saja.

"Sehat-sehat sama dedeknya, jangan kecapekan, ya? Biarin aja sesekali suami yang kerjain pekerjaan rumah, kan istrinya lagi hamil jadi udah kewajiban buat meringankan 'beban' istri." Saski mengerlingkan matanya kearah Sisil membuat keponakan tertuanya itu menautkan sebelah alis.

Masih dendam ternyata.

Sesil lantas menarik lengan Tantenya dan tersenyum simpul seraya sesekali melirik Sisil. "Tante tenang aja, Sesil sehat, kok. Gak pernah kecapekan juga. Lebih baik Tante samperin Mama, dari tadi nanyain terus!" Katanya.

"Oh, ya? Ya udah atuh, Tante ke belakang dulu, ya, Geulis!" Perut Sisil rasanya mual.

Yang lebih membuat Sisil tidak mengerti lagi kenapa para bibinya itu sangat julid terhadapnya. Padahal Sisil merasa dan sangat ingat tidak punya hutang kepada mereka, atau dasar memang dari sananya menyebalkan.

"Bapak sama Ibu gak bisa datang, titip amplop saja buat kamu." Kini perhatian Sisil mengarah pada Tante Lisna ---adik bungsu ayahnya--- bibi yang paling netral dan cukup Sisil sukai.

"Padahal Sesil kangen sama mereka."

"Nanti kita videocall aja kalo acara udah selesai. Sisil, Tante ke dalem dulu." Sisil melempar senyuman tipis dan kembali menatap lurus kedepan.

Tidak ada yang menarik untuk dilihat sebenarnya, sebelum akhirnya sosok tinggi bernama Juan muncul mengenakan kemeja putih serta celana khaki, bersama ayah dengan pakaian senada.  Juan terlihat banyak tertawa akhir-akhir ini, selain itu Sisil juga sempat menguping jika usaha bakminya tengah viral dan memiliki pemasukan melejit. Usaha yang Sisil tahu betul bagaimana jatuh bangunnya Juan saat itu, sekarang tengah berada dititik tinggi.

Sisil refleks tersenyum tipis. Juan tampan, sudah mapan, sudah menikah dan sebentar lagi memiliki anak. Bahagia sekali hidup pria itu, sedangkan dia masih begini-begini saja.
Dengar, Sisil mungkin bisa bersikap biasa saja pada Sesil karena wanita itu adiknya, tapi pada Juan tidak akan pernah. Entah sampai kapan namun Sisil tidak akan memaksa perasaannya untuk menerima pria itu sebagai adik iparnya. Tch, usia Juan saja sudah mau kepala tiga, adik ipar dari mana? Mungkin sampai kapanpun Sisil Tidak akan pernah membukakan pintu maaf bagi pria itu.

"Iya, Bu. Bulan agustus nanti rencananya anak saya si Meli mau lamaran. Alhamdulillah pacarnya yang anak bupati itu udah ada niatan serius. Ya ... mungkin karena Meli cerdas juga jadi mereka nyambung."

Nah 'kan, drama akan segera dimulai lagi!

"Wah, jadi nanti punya mantu anak bupati, dong?" Sisil melirik Siska yang cengengesan manja.

"Do'ain aja semoga jadi. Saya sih, ya seneng dapet menantu anak pejabat. Lihat Teh Nina dapet mantu anak pengusaha terus bentar lagi momong cucu, saya juga jadi iri gitu." Dia mengangkat sudut atas bibirnya. Kenapa suara Tantenya mendadak jadi lemah gemulay begitu?

"Iya, ya, kalau dipikir-pikir saudara Pak Jordan menantunya pada hebat-hebat. Sesil juga suaminya punya usaha yang lagi viral itu 'kan?"

Siska tersenyum kecut. "Iya, Bu. Tapi sayang anak pertamanya masih belum dapat jodoh, kalo sudah menikah pasti lebih lengkap lagi."

Sisil mendesis pelan, dia mengorek telinganya yang terasa panas. Ujung-ujungnya pasti kesana. "Gak usah dengerin, Kak. Tante 'kan emang kayak gitu," ujar Sesil yang sejak tadi duduk disampingnya seraya mengelus lengannya. Dia tidak akan pernah mengerti!

Tapi kalau keseringan kan Sisil dongkol juga. Ini yang membuat dia malas berkumpul seperti ini, pasti ada saja ajang banding membandingkan anak satu sama lain. Sisil tidak suka!

"Sisil emang ada pacar? Kok, saya lihat gak pernah bawa pacar ke rumah, ya, Bu Murni?" Tetangga samping rumah sekarang bertanya pada mamanya.

"Iya. Sisil kemana-mana suka sendiri, kalo hari liburpun kayaknya dia gak kemana-mana. Bu Murni gak takut anak sulungnya gak nikah-nikah? Nanti kayak anak temen saya, lho. Gak nikah tapi punya anak. Serem!"

Sisil mengkepalkan tangannya dengan kuat saat melihat mamanya yang kini hanya melemparkan senyuman tipis dan membalas dengan begitu pengertian. Jika dia menjadi Mama pasti sudah mengulek mulut mereka satu-satu.

"Betul, Bu Murni! Kalo Sisil gak nikah tapi malah keluar masuk sama laki-laki, itu lebih bahaya. Mending dikawinin aja!" Kedua bola mata Sisil membulat sempurna, wanita itu lantas bangkit dari duduknya membuat Sesil terperanjat.

"Maaf, ya! Tante pikir saya kambing pake acara dikawinin segala? Harusnya ada anak tetangga belum nikah tuh, do'ain! Bukannya malah ngomong jelek!" Semprotnya dengan berapi-api, membuat seluruh tamu menatap kearahnya.

"Kak, udah!"

"Enak aja! Saya itu belum nikah karena emang jodohnya belum ada, kalo udah ada mah dari dulu saya nikah! Emang jodoh saya ada ditangan Tante? Om? Ya, udah kalo gitu, kesiniin jodoh saya. Tak nikahin sekarang juga!" Unjuk Sisil secara tegas dan jelas, tidak peduli lagi dia bisa saja merusak acara adiknya.

Sisil tidak mau direndahkan, dia juga punya harga diri yang tidak bisa di injak hanya karena masih single. Hidupnya ada ditangannya tetapi semua tetap dalam kendali Tuhan, bukan mereka.

"Assalamualaikum!"

Ruangan mendadak senyap seketika, perhatian semua orang kini menatap kebelakang Sisil dan serentak membalas salam orang tersebut. Hingga akhirnya suara sang ayah berhasil membuatnya menegang, "lho? Sisil kok berdiri? Duduk dulu, dong. Maaf ya, semuanya menunggu lama. Perkenalkan, ini calon menantu saya. Inshaa Allah calon suaminya Sisil." Ayah menepuk bahu pria jangkung disampingnya dengan penuh bangga.

Tubuh Sisil membatu, atensinya tidak mampu beralih dari presensi pria yang sudah lama tak dia tatap dan juga dengar suaranya. Pria berkemeja putih, yang kini tengah tersenyum dengan sangat manis kearahnya.

***




Ditulis;
Sukabumi, 18 Juli 2022
Dipublish;
Sukabumi, 28 Juli 2022

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 23.2K 25
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
307K 16K 47
Sekuel 'Rude Beautiful Girl' Saling mencintai tidak cukup menjadi alasan rumah tangga berjalan bahagia. Pasti selalu saja ada masalah yang menguji ci...
Lovemedical By mazara

General Fiction

1.1M 67.8K 65
Dania seorang wanita perantauan yang ingin memperbaiki hidupnya di kota besar. Lulusan pendidikan matematika yang kebetulan mendapatkan pekerjaan di...
173K 24.9K 72
Hidup di perantauan, jauh dari keluarga, jauh dari rumah, selalu merasa sendiri meskipun ada banyak orang di kota metropolitan yang hampir sama padat...