Unconditionally

By jaemon1406

24.3K 3.3K 769

"Where words fail, music speaks." Jiwa (Rose) bisa mendengar bahasa jiwa/batin dari orang-orang di sekitarnya... More

The Intro
Friend
Obat Penawar Untuk Jiwa
Diri
Tutur Batin
Si Lemah
I like me better
Lagu Untukmu
Peter Pan Was Right
Jealous
Pemeran Utama
Laksana Surgaku
I finally found someone
Yang terbaik bagimu
Satu-satu
Lagu Untuk Riri
Andaikan kau datang
maybe we need a break
When I was your man
Aku, dirimu, dirinya
the man who can't be moved
(Tanpa judul)
Try Again
Retrospect
I choose to love you
Can't take my eyes off you
Incomplete
Unconditionally
Senyumlah

Jatuh Hati

759 129 44
By jaemon1406

The most beautiful part is I wasn't even knowing when I fell for you.

Because this is the first time I fall and not hurt.

-LL

Hari ini berbeda dari hari biasanya, Jiwa pergi ke pasar sendirian. Sudah satu minggu Raga pergi ke Australia untuk mengurus kuliahnya selama satu bulan sebelum kembali lagi ke tanah air.

Cuaca mendung hari itu, Jiwa mengambil payung dari jok belakang mobil. Gadis itu pergi saat masih subuh agar tidak terlalu banyak orang.

Oma Marie banyak membantu Jiwa untuk bisa menyesuaikan diri dengan kondisi sekitar walau pun masih perlu banyak belajar dan sering kali gagal tapi Jiwa tetap berusaha. Pergi ke pasar sendirian merupakan salah satu cara dari Oma.

Airpod terpasang di telinga Jiwa untuk mengalihkan suara-suara yang tidak ingin ia dengar. Segera Jiwa bergegas membeli semua keperluan yang dibutuhkan. Dua puluh menit berlalu dan Jiwa segera menuju ke tempatnya memarkirkan mobil sebelum hujan makin deras. Saat hampir sampai di mobil, pandangan Jiwa teralihkan oleh seorang anak yang sedang terduduk lesu di salah satu sudut toko. Kira-kira usianya enam tahun. Terdengar suara anak itu yang takut dan kedinginan. Setelah meletakan belanjaannya Jiwa menghampiri gadis kecil itu dengan membawa payung dan jaket dari mobil.

"Halo cantik, kok sendirian? Sama siapa ke sini?" Jiwa ikut jongkok agar bisa mensejajarkan wajahnya dengan gadis kecil yang tertunduk itu.

Kata ibu gak boleh bicara sama orang asing.

Ibu dimana, Lyla takut.

Suara hati anak itu terdengar oleh Jiwa.

"Kita cari Ibu bareng-bareng yuk. Kakak bantu Lyla sampai Ibu ketemu ya, supaya Lyla gak sendirian," Jiwa tersenyum manis.

Kakak ini kok tau nama aku? Kok tau aku lagi cari Ibu?

"Pake dulu jaketnya biar Lyla gak kedinginan," Jiwa menyelimuti gadis kecil itu dengan jaketnya.

"Kakak bukan orang jahat kan?" tanya Lyla ragu.

"Bukan dong, emang muka kakak serem kaya orang jahat?" Jiwa mencoba mencairkan suasana. Gadis kecil itu hanya menggeleng dan kemudian berdiri.

Berhasil.

Setelah beberapa menit bernegosiasi dengan gadis kecil itu, Jiwa akhirnya berhasil mengajak gadis itu untuk pergi bersama mencari Ibunya di pasar. Di tengah hujan, Lyla tidak sedikit pun merenggangkan genggamannya dari tangan Jiwa. Mereka menyusuri sudut pasar sambil bertanya kepada para pedagang.

Pencarian selama lima belas menit itu tampak sia-sia. Akhirnya Jiwa mengajak Lyla ke mobilnya untuk berteduh karena hujan semakin deras. Tapi tidak lama berserang seorang Ibu mengetuk pintu mobil Jiwa.

"Ibuuuu," teriak Lyla menunjuk ke arah luar.

Dengan segara Jiwa membuka jendela mobilnya untuk memastikan. Benar. Itu adalah Ibunya Lyla.

"Lyla, anak Ibu," sang Ibu langsung memeluk Lyla saat Lyla keluar dari mobil.

"Terima kasih ya Nak sudah bantu Lyla. Terima kasih banyak, Ibu gak tau kalau gak ada kamu gimana keadaan Lyla," ucap sang Ibu yang masih dipenuhi rasa kuatir dan cemas di wajahnya sambil menggenggam tangan Jiwa.

"Sama-sama Ibu. Saya gak ngelakuin apa-apa kok. Ibu kok tau Lyla ada di sini?" tanya Jiwa penasaran.

"Tadi ada orang yang kasih tau Ibu, jadi Ibu buru-buru ke sini," jawab sang Ibu.

"Ibu mau pulang naik apa? Mau saya antar sekalian?" dengan baik hati Jiwa menawarkan.

"Enggak usah, Nak. Ibu bisa pulang sendiri. Sekali lagi terima kasih ya," sang Ibu tidak henti-hentinya berterima kasih pada Jiwa.

"Sama-sama Ibu. Kalau gitu saya pamit dulu ya. Dadah Lyla, jangan lepasin tangan Ibu lagi ya," Jiwa melambaikan tangannya pada Ibu dan anak itu lalu kembali ke mobil.

Karena sebagian bajunya basah, Jiwa memutuskan untuk pulang lebih dulu ke rumah sebelum mengantarkan pesanan Oma Marie. Tidak mungkin dengan baju yang basah Jiwa pergi kesana. Nanti masuk angin lagi. Merepotkan lagi.

Terakhir kali sakit, Raga berhasil mendatangkan orang tua Jiwa ke Trez dan menginap di sana. Karena ulah Raga juga, Jiwa habis diintegrogasi oleh Jia dan Warren mengenai perasaannya terhadap Raga.

Masih jelas diingatan Jiwa kejadian dua minggu lalu saat makan malam bersama orang tuanya. Untungnya saat makan siang bersama Oma Marie dan Raga, sang ayah tidak terlalu banyak berbicara membocorkan percakapan mereka malam sebelumnya.

***

Jiwa tampak kewalahan dengan tangan kiri membawa belanjaan dan tangan kanan mengetuk pintu rumah Oma Marie. Tidak lama pintu terbuka.

Siapa lagi ini?

Jiwa bermonolog saat melihat seorang pria sebaya dengan dirinya berdiri dari balik pintu rumah Oma Marie. Cucu Oma lainnya? Pria dengan rambut sedikit panjang itu tersenyum pada Jiwa dan mempersilahkan Jiwa masuk. Jiwa sempat mendengar suara hati orang itu yang sepertinya sudah dipesankan oleh Oma kalau dirinya akan datang bertamu.

"Eh Jiwa sudah datang, kok gak langsung ke dapur kaya biasanya," Oma keluar dari dapur dan menghampiri Jiwa yang duduk di ruang tamu.

"Tadi disuruhnya tunggu di sini Oma," jawab Jiwa berdiri menghampiri Oma dan membawa plastik belanjaan yang cukup berat.

"Sini dibantuin," pria tadi langsung menyambar kantong belanjaan dari tangan Jiwa dan membawanya ke dapur yang diikuti Jiwa dan Oma.

"Jiwa kenalian, ini Liam, cucu Oma, adiknya Raga," ucap Oma sambil meminta Liam berkenalan dengan Jiwa. "Selama Raga balik ke Aussy, Liam yang temenin Oma, soalnya Bu Citra belum bisa pulang ke sini."

"Hi, Liam," pria itu menyodorkan tangannya ke arah Jiwa dengan senyum yang ramah. Matanya berbinar saat melihat wajah Jiwa.

"Halo, aku Jiwa," sahut Jiwa menyambut tangan Liam.

Liam Levin (LL)

Selama Raga tidak ada Liam yang menjadi teman Oma dan juga Jiwa tentunya. Sifat Liam yang lembut, lucu dan hangat membuat Jiwa mudah dekat dengannya. Waktu dua minggu bahkan tidak terasa berlalu dengan cepat.

"Liam, kamu ga gerah apa? Gak mau potong rambut, biar rapi, Oma rasanya pengen kepang deh," ucap Oma Marie saat melihat Liam sedang menguncir rambutnya.

"Liam justru mau gondrongin Oma biar keren kaya Thor," sambil melanjutkan aktivitasnya dengan rambutnya.

Tampaknya selera humor Liam cocok dengan Jiwa. Mendengar kalimat barusan membuat Jiwa tertawa. Sama halnya dengan Jiwa, Liam juga tertawa. Bukan karena humornya, tapi karena melihat Jiwa tertawa. Dan dari sudut lain Oma hanya tersenyum.

Tidak lama terdengar suara handphone Jiwa berdering.

"Raga," ucap Jiwa sambil tersenyum.

Panggilan video

Hallo pacar, lagi di rumah Oma nih kayanya.

Jangan kumat gak bisa gebuk nih jauh.

Hahaha. Galak amat. Gak kangen apa ditinggal sebulan?

Apaan sih, hampir tiap hari telefonan ya. Bosen yang ada bukan kangen.

Galak dasar. Oma mana, ada Liam kan di situ?

Hi bro.

Bro rambut makin gondrong aja. Potong kek rambut lo.

Belum ada niatan. Biar kaya Thor gondrong. Hahaha.

Tunggu ya, minggu depan gue balik. Kangen gue sama lo.

Iya gue tungguin cepet pulang.

Siapp. Oma mana oma?

Oma di sini Raga.

Oma minggu depan Raga pulang, masakin ayam kesukaan Raga ya.

Iya sayang. Jaga kesehatan ya.

Siap Oma. Jagain Jiwa ya Oma biar ga ilang.

Ihhh rese banget sih. Jelek. Liat aja kalau pulang gue gebuk!

Yaudah, nanti di call lagi yaa. Bye semuaaa.

Byeeee.

Panggilan telefon sudah berakhir tapi senyum Jiwa masih terlukis di wajahnya.

"Kalian pacaran?" tanya Liam. Jiwa menggeleng sambil tersenyum.

"Raga telfon hampir tiap hari?" tanya Liam.

"Iya, Ka. Kerjanya gangguin aku aja emang tuh orang," jawab Jiwa.

"Manggil aku kakak, manggil Raga nama doang, aku sama raga cuma beda setahun," protes Liam.

"Raga itu gak cocok dipanggil kakak, kurang berwibawa dia tuh," jawab Jiwa bercanda.

Mendengar jawaban Jiwa, Liam dan Oma hanya tertawa.

***

Dua hari berlalu. Liam dan Oma sedang di dapur mempersiapkan makanan sedangkan Jiwa sedang duduk sebentar di ruang tamu rumah Oma karena baru saja menyelesaikan panggilan telepon dengan orang tuanya. Saat sedang sibuk dengan handphone, Raga tiba-tiba masuk memegang tubuh Jiwa yang membuat Jiwa berteriak ketakutan.

"Arrrghhhhh, Oma tolong," suaranya memecahkan keheningan di rumah Oma.

Liam bergegas berlari ke arah sumber suara.

"Jiwaaaa," teriak Liam.

Langkah Liam terhenti saat melihat Raga sedang menenangkan dan mengusap rambut Jiwa dalam pelukannya.

"Sorry, sorry. Maafin ya Ji. Gak maksud ngagetin," ucap Raga lembut sambil sesekali mengusap punggung Jiwa.

Oma datang menghampiri Raga dan memukul punggung anak itu.

"Kebiasaan! Udah berapa kali Oma bilang becandaan kaya gitu gak bisa dipakai ke semua orang," ucap Oma memarahi Raga.

Raga merengganggkan pelukannya pada Jiwa dan menunduk mensejajarkan matanya dengan mata Jiwa. Jiwa terlihat ketakutan setengah menangis karena ia pikir ada penjahat yang masuk ke rumah Oma. Beberapa hari lalu ada penjahat yang melarikan diri ke Trez dan menyusup ke rumah Jiwa. Untungnya Liam segera datang jika tidak entah apa yang terjadi pada Jiwa saat itu.

Butuh beberapa menit untuk Jiwa menangkan dirinya. Kini semuanya sudah duduk di meja makan untuk menikmati makan malam.

"Kamu kok pulang lebih cepat Ga?" Oma membuka pembicaraan.

"Sebenernya sesuai jadwal kok Oma, cuma Raga mau kasih surprise aja," ucap Raga. "Kok gak ada yang kasih tau Raga soal rumah Jiwa yang kemasukan penjahat?"

"Jiwa bilang gak usah cerita, toh gak kenapa-kenapa kok," ucap Oma menanangkan.

"Gak kenapa-kenapa gimana, itu Jiwa sampai takut gitu," balas Raga.

"Gapapa Raga. Yaudah ayo makan, laper nih nanti maag gue kambuh," ucap Jiwa mengalihkan pembicaraan.

Raga segera menyudahi pembicaraan dan mereka semua langsung menikmati makanan yang terhidang di meja makan. Selesai makan Raga memutuskan untuk mengantar Jiwa pulang karena sudah cukup malam setelah mereka bercerita panjang lebar malam itu.

"Eh by the way, akhirnya potong rambut juga lo bro? Gitu dong tambah gantengkan," ucap Raga pada Liam saat mereka berdiri di pintu.

"Karena Jiwa ga suka Thor tuh, Ga. Soalnya Jiwa sukanya Captain America, langsung potong rambut dia. Oma sampai berbusa nyuruh potong tapi gak diturutin," Oma melempar jawaban yang membuat Liam dan Raga saling bertukar pandang.

"Kerenkan teknik persuasif gue, Ga," ucap Jiwa yang sepertinya tidak mengerti arah pembicaraan Oma malam itu.

"Enggak, Oma. Emang Liam udah ada niatan potong rambut kok. Cuma belum sempet aja, pas Jiwa nawarin yaudah sekalian," jelas Jiwa.

"Yaudah ayo pulang, nanti kemaleman," ajak Raga sambil mendorong pundak Jiwa keluar pintu.

Sepanjang perjalanan Raga hanya terdiam dan fokus berjalan lurus ke depan.

"Ga, Raga," Jiwa memukul tangan Raga.

"Aduh, udah lama gak dipukul kok makin terasa sakitnya ya," jawab Raga.

"Mikiriin apa? Bengong aja."

"Gapapa."

Jadi dia yang lo maksud, bro.

Raga bermonolog dengan dirinya sambil menatap Jiwa.


***

Flash back

Liam sedang menuju ke Trez pagi itu tapi ban mobilnya kempes. Posisi sedang hujan dan dia baru sampai pasar, perjalanan tersisa beberapa kilo lagi. Saat ingin menghampiri mobil yang ada di depannya untuk meminjam beberapa peralatan yang bisa digunakan untuk mengganti ban, gadis pemilik mobil justru pergi menghampiri seorang gadis kecil yang sedang berteduh di sebuah toko.

Dari kejauhan Liam memperhatikan gadis itu. Menyadari apa yang terjadi Liam mengurungkan niatnya menghampiri gadis itu dan terus memperhatikan sampai gadis itu pergi. Saat telah berhasil menghubungi montir yang terdekat Liam menunggu di dekat mobil dan bertemu dengan Ibu dari gadis kecil itu dan memberi tahu bahwa anaknya ada di mobil depan.

Begitu sampai di rumah Oma, Liam menceritakan pada Oma semua yang terjadi. Kenapa ia datang terlambat karena ban mobilnya kempes. Tidak lupa, Liam menceritakan pada Oma kalau dia bertemu seorang gadis yang membuatnya jatuh hati, bukan sekedar karena parasnya yang cantik, tapi karena hatinya yang begitu cantik di pemandangan Liam.

"Kita sebut aja dia gadis berpayung merah, Oma. Karena Liam gak sempat kenalan sama dia tadi," ucap Liam saat bercerita pada Oma.

"Liam jatuh cinta pandangan pertama nih ceritanya?"

"Jatuh hati tepatnya, Oma," jawab Liam sambil tersenyum.

Ku terpikat pada tuturmu, aku tersihir jiwamu
Terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia
Kuharap kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu
Ku tak harus memilikimu, tapi bolehkah ku selalu di dekatmu

Lagu Raisa - Jatuh hati dari spotify milik Liam yang tersambung dengan televisi di ruang tamu seolah menjadi background music yang menemani cerita Liam dan Oma hari itu.

Oma menyadari bahwa Jiwalah gadis berpayung merah yang Liam maksud saat pertemuan pertama Jiwa dan Liam di rumah Oma.

***

Gantengan Liam gondrong atau Liam rambut pendek? Hehe.

Kalau kata aku ganteng dua-duanya :D

***

Kira-kira Raga cemburu gak ya sama Liam? Apa biasa aja?

Liamnya udah terang-terangan jatuh hati sama Jiwa, tinggal Jiwanya aja nih jatuhnya di Raga atau di Liam.

***

Makasih sudah mampir membaca yaaa.

Jangan lupa komen dan vote, ajakin temen-temen yang lain juga buat mampir ke sini ya.

***

Thank you.

Luvv <3

Continue Reading

You'll Also Like

Tentative By nza

Fanfiction

95.8K 16.8K 48
Kegemaran Rosiana terhadap musik indie dan content design menghantarkan dirinya mengenal Jeffrey. Lelaki dengan ketampanan luar biasa itu nyatanya me...
48.4K 7.2K 24
Siapa yang tidak mengenal Roseanne Park? Aktris terkenal Korea yang saat ini telah berada dipuncak karirnya. Hanya saja karir aktris cantik satu ini...
3.6K 374 11
Cho Yihyun adalah ibu tunggal dari seorang anak perempuan berumur 7 tahun. Menjadi seorang Founder dari sebuah Event Organizer yang cukup terkenal me...
201K 29.5K 33
< a JaeRose fanfiction > Roseanne Park adalah mahasiswi semester 4 di University of Seoul. Jung Jaehyun adalah mahasiswa semester 4 di Universi...