"Kau masih memikirkan ucapan Theo? Kau berpikir jika Theo adalah langit begitu kan?" Tebak Axel, karena sedari tadi dia memperhatikan istrinya yang hanya diam tanpa berkata sepanjang perjalanan pulang.
"Menurut mas, apakah tebakanku benar?" Tanya Linda.
"Entahlah, bukankah kau tahu sendiri saat itu Langit tertembak. Sangat kecil kemungkinan dia bisa bertahan, dan lagi kau melihat sendiri kuburan yang Adit tunjukkan padamu," ujar Axel.
Sementara di kursi penumpang, Angga tengah menatap malas ke arah adiknya yang terus menangis hingga banyak menghabiskan tisu.
"Berhentilah bersikap bodoh!" Ketus Angga.
"Hatimu itu batu, mana ngerti tentang cinta! Kau melakukan semua hal dengan logika, mana bisa kau memahami perasaanku!" Kesal Cantika.
"Ck, buat apa kau mengejarnya. Kau sama Samuel sama-sama membuatku jengah, karena cinta kalian itu membiat kalian menghancurkan diri sendiri!" Sindir Angga.
"Kau yang hancur, kau tak pernah mengenal cinta. Kau tak pernah patah hati, hatimu itu sekeras batu! Bahkan kau membuat orang lain yang tidak bersalah menjadi gila! Jika saja abang tak membuat rencana konyol itu, aku yang akan jadi istri Kak Theo. Bukan Alana!" Bentak Cantika.
Angga merasa tidak suka dengan ucapan Cantika, dia memang jahat. Namun, dia masih memiliki perasaan. Maka dari itu dia membalas, hatinya memang tega karena membalasnya pada orang yang salah demi memenuhi dendamnya.
(Jangan di tiru kawan🙅♀️)
"Sudahlah, jangan lagi kau mengharapkan Theo. Lupakan dia, masih banyak pria yang lain." Tegas Axel.
"Bundaaa." Adu Cantika.
"Benar kata papahmu, lupakan dia." Ujar Linda sambil menolehkan kepalanya ke arah sang putri.
Cantika tambah menangis karema sang bunda tak lagi membelanya, sedangkan Angga bertambah jengah.
***
Selain masalah mereka, hampir saja melupakan bagaimana keadaan Verry kakak kandung dari Alana.
Saat ini kondisinya berangsur membaik, dia bisa di ajak berkomunikasi dan kini sudah membaik seperti orang normal pada umumnya. Hanya saja, trauma yang dia miliki masih bersarang di benaknya.
"Aku akan pulang kan Victor?" Tanya Verry.
Victor yang tengah membereskan barang-barang milik sahabatnya itu mengangguk singkat, mereka akan kembali ke tanah air sesuai janjinya pada Verry.
"Alana, kenapa dia tidak menjemput?" Tanya Verry.
"Adikmu sudah memiliki anak, dia tidak mungkin kesini menjemputmu dalam keadaan meninggalkan keponakanmu," ujar Victor.
Verry mengerutkan keningnya, dia yang tengah duduk di atas kasur sementara Victor yang tengah fokus pada kegiatannya merapihkan.
"Dia belum cerai?" Tanya Verry.
"Aku rasa belum, bahkan Theo dan Alana kini tinggal serumah," ujar Victor.
"Kenapa merrka tidak bercerai! MEreka harusnya bercerai! Karena dia sudah mendaoatkan bayi yang dia inginkan, kenapa dia masih bersama adikku!" Bentak Verry.
Victor menghela nafas kasar, walau keadaan Verry sudah pulih tetapi emosi pria itu sulit terkontrol.
"Kenapa kau tidak buat mereka bercerai! Aku ingin adikku kembali! Dia tidak punya hak, aku tidak salah! JAdi adikku tidak perlu menebus kesalahanku!" Histeris Verry.
Victor berjalan mendekat, dia memegang tangan Verry yang tengah memegangi kepalanya.
"Verry, aku akan menceritakan semuanya. Semuanya adalah korban dari Adit, ayah dari Theo yang ternyata hanyalah ayah angkat. Dia yang menyebabkan kita menjadi korban pelampiasan Angga, sahabat dari Theo yang ternuata dia lah dalang dari pelecehan Ana." Terang Victor.
"Dia, jadi selingkuhan Ana adalah Angga?" Gumam Verry.
"Kau benar," ujar Victor.
"Jika om Adit ayah angkat Theo, siapa ayah kandung dia yang sebenarnya?" Tanya Verry.
Victor menghembuskan nafas berat, tak lama ia pun menggeleng. Dia benwr-benar tidak tahu siapa ayah kandung Theo, karena dia hanyalah sepuou Theo dari ibu. Dan saat itu pertama kalinya ia bertemu Theo saat dirinya berumur 13 tahun sedangkan Theo 10 tahun.
Sedangkan orang yang mereka bicarakan, Alana tengah tertidur pulas di samping Theo yang kini memeluknya erat.
Mereka baru saja melakukan hubungan, dan malam ini mereka pun tidur sambil berpelukan.
"EKhee .. Ekhee ekhee,"
Theo terbangun, dia mendengar suara tangis bayi mereka. Matanya menyipit untuk melihat jarum jam.
"Jam dua?" Gumamnya.
Theo mengucek matajya pelan, dia melihat istrinya yang masih tertidur pulas. Mungkin lelah akibat pergulatan mereka semalam.
Theo memakai pakaiannya dan mendekati box putranya. Dia melihat putranya sudah duduk sambil menangis.
"Kenapa sayang hm? Popoknya penuh?" Tanya Theo.
Theo memeriksa popok putranya, tetapi popok itu kering. Itu tandanya putranya lapar, di gendongnya putranya tersebut dan mendekat ke ranjangnya.
Saat ini Theo hanya mengenakan celana boxernya dan bertelanjang dada, dia membangunkan Alana dengan menggoyangkan tangannya pelan.
"Alana, Alana bangun! Ini Al nangis!" ujar Theo.
Alana pun terusik, dia mengerjapkan matanya pelan.
"Aku ngantuk The," ujar Alana dan malah membalikkan badannya memunggungi Theo.
"Iya, aku tahu. Tapi susuin dulu Al, dia lapar," ujar Theo.
Alana sungguh merasa lelah dan juga kesal, karena Theo dia menjadi sangat ngantuk sekarang.
Flashback On.
"Theo jangan macam-macam!" Sentak Alana saat Theo mendekatinya.
"Kita sudah tidak bersama selama 6 bulan lebih, kata orang kita harus melakukan ritual rujuk," ujar Theo.
"Hah? Teori dari mana itu?" Bingung Alana.
Theo membuka kaosnya, Alana yang merasakan sinyal bahaya segera berjalan menjauh.
"Ritual rujuk, kita harus melakukannya kembali seperti awal kita menikah," ujar Theo.
"Ijab kabul?" Tanya Alana.
Theo menyeringai, dia mendekati ALana yang kino sudah tidak bisa kemana pun
"Bukan, sini aku tunjukkan."
"AAAAA!!! THEOOOO!!! AWASS KAUU!!"
Flashback Off.
"Alana, maafkan aku. Aku berpuasa selama itu, kau kira aku tahan saat tinggal berdua kembali denganmu," ujar Theo dengan nada memelas.
"Maafkan aku, tapi tolong susuin Al sebentar saja. Aku bisa membuat susu formula, tapi kau tahu sendiri seoarang Al sudah tidak mau meminumnya," ujar Theo berusaha membujuk Alana.
Mendengar tangisan pilu putranya, Alana menjadi tidak tega. Dia pun akhirnya membuka matanya, dan mendudukkan dirinya sambil tangannya menahna selimut menutupi tubuhnya.
Theo tersenyun, dia memberikan Al pada Alana. Alana pun membawa Al kempangkuannya dan mulai memyusuinya.
Namun, saat bibir kecil itu mulai menghisap nutrinya. Tiba-tiba Al menangis dan mual, bahkan bayi itu terus menangis membuat Alana dan Theo saling pandang karena bingung.
"Ekhee .. Ekhee, huek ...." Al terus menunjukkan raut wajah ingin muntah ketika Alana kembali memasukka nutrisi tersebut ke dalam mulut bayinya.
"Kok gak mau yah The?" Bingung Alana.
Theo menggaruk belakang lehernya, dia seperti tahu putranya kenapa. Namun, dirinya ragu untuk berbicara pada istrinya.
"Padahal keluar loh susunya, tapi kenapa Al gak mau yah. Mungkin popoknya penuh kali," ujar Alana mengecek popok Al.
"Enggak penuh kok, terus kenapa kalau gitu?" Bingungnya.
"A-anu, itu ...,"
Alana menatap Theo bingung, sementara Theo bingung ingin menjelaskan seperti apa.
"Anu ana ini ono, yang jelas kalau ngomong!" Kesal Alana.
"Itu yang, mungkin dia mual karena itu bekasku." Cicit Theo.
Alana mengerutkan keningnya sambil menatap nutrisinya, seketika matanya melebar sempurna ketika menyadari apa yang di maksud Theo.
"THEO KAMPRET!"
Mampir juga ke keryaku yang lain😍😍😍