Positif!

By Elephantrndm

272K 5.1K 335

!!Warning 21+!! "Seorang mahasiswi cantik menjual konten porno karena hiperseksual, lu mau kalimat itu jadi h... More

1. Akun Alter
2. Geo Gila
3. Hari Kedua
4. Sisi Lain
5. Naira dan Geo
6. Kupu-kupu
7. After Kiss
8. the manipulative
9. Third (21+)
10. Call (21+)
11. MessyHer!
12. Pelanggan Gila (18+)
13. Revenge
14. Masokis (21+)
15. Percikan Rasa
16. Ultraman
17. Mark kenapa?
18. Dia Sakit?
19. Ketahuan
20. Sedikit Berdarah
21. Trauma
22. Triger!
23. Sembunyi Terus
24. Masa Lalu
25. sel Cd4
26. Liburan Bersama Mark
27. Dibalik Kemunculan Kavi
28. Brainwash
29. Rumah Sakit
30. Chat nya di hapus
31. Kebencian Tasha
33. Ada apa dengan Kavi?
34. Naira Curiga
35. Ide Gila Lagi
36. Salah paham
37. Rencana Jahat
38.Eksekusi
39. Trauma
40. Tidak Sesuai Rencana
41. Terpisah
42. Tuduhan Pertama
43. Diancam
44. Drop Out
45. Terungkap Separuh
46. Hubungan Yang Tak Terduga

32. Semuanya abu abu

1.1K 47 0
By Elephantrndm

Jangan lupa vote dan komen

Selamat Membaca

****

Ruang kecil berukuran 3x3 cm terasa sumpek karena di penuhi tujuh orang anggota BEM bisnis digital yang Sore itu masih seru bercakap-cakap. Mereka tidak mau pulang cepat-cepat padahal sudah tidak ada kegiatan kampus. Dinginnya pendingin ruangan tidak lagi terasa sebab banyaknya karbon dioksida yang mengudara disana.

Disana juga ada Mery dan Naira yang asik merumpi bersama kakak tingkat. Sebenarnya mereka berdua memang sedang menunggu ketua ospek untuk membicarakan tugas acara yang harus direvisi. Begitulah suasana kekeluargan di BEM, mereka bercampur membicarakan apapun tanpa mengenal mana junior dan senior. Kecuali jika sedang acara, mereka harus profesional dan mengerti bagaiman caranya bersikap kepada senior. Kalau sehari-hari mereka santai saja.

Di tengah-tengah renyahnya suara ketawa yang mengisi ruangan. Tiba-tiba dua bayangan berdiri di depan pintu sekre yang sengaja dibuka, menghentikan suara bahagia mereka pelan-pelan. Semu orang melirik ke pintu mendapati Jery yang dibelakangnya ada Kavi.

"Shit! Kenapa dia datang?" batin Naira berkata. Ia tidak tahu sama sekali jika Kavi akan rapat bersamanya. Jika Naira tahu pasti Naira segera pergi darisana. Kini tidak ada kesempatan untuk kabur. Mau tidak mau, Naira harus siap.

"Mantep banget pada gibah. Pada balik sana gue pengen rapat sama anak acara." Jery mengusir secara kasar sambil cengengesan. Mau tidak mau semua orang yang tidak berkepentingan mengalah dan memilih pergi.

"Nyewa kosan dong buat sekre bikin basecamp BEM," celetuk pria berpakaian kaos oblong dibalut PDH BEM yang sudah lusuh karena sering dipakai. Ia memakai sepatu tepat di depan pintu.

"Pake duit siapa Bambang?!" sambar Jery sambil memukul kepala belakang si pria yang berbicara asal. Padahal nama lelaki itu bukanlah Bambang.

"Duit kas BEM lah," jawabnya menampakkan wajah tanpa dosa.

"Dih lu aja nggak pernah bayar kas. Jangan 'kan uang kas deh DAP acara aja nggak pernah bayar!" cerca perempuan berkerudung biru dongker, bendahara BEM.

Semua orang disana tertawa mendengar curahan hati si Bendahara. Naira pun masih mengembang senyum sampai saat Kavi menerobos masuk lalu duduk di samping Naira.

Beberapa menit kemudian satu persatu anak BEM pergi ntah kemana. Tersisa Kavi yang duduk tepat di samping kanan Naira, Mery duduk bersandar di hadapan Naira dan Jery yang duduk tepat di bawah pendingin ruangan.

Naira terlihat sangat tegang, ia sudah bergeser agar berjarak dengan Kavi berkali-kali namun Kavi malah ikut bergeser. Mery dan Jery tidak peka dengan wajah Naira yang sudah memucat mengeluarkan keringat dingin saking takutnya.

"Berarti ini ditambahin ya Kak?" sambar Mery tiba-tiba bertanya kepada Kavi sambil mendekatkan laptopnya yang memunculkan tampilan juklak ospek.

Kavi mengangguk lembut. "Jangan lupa di bagian sini pakai nama-nama penanggung jawab setiap divisi biar di hari-H kerja semua."

"Lu nggak ngapa-ngapain?" Kavi bertanya kepada Naira yang pura-pura sibuk dengan ponselnya.

Naira menengok sekilas, tak menatap mata buasnya. Kemudian menggeleng perlahan."Enggak bawa laptop. Saya tunggu Mery aja" balas Naira santai sambil beranjak hendak duduk ke samping Mery. Tapi sebelum Naira melangkah, Kavi menahannya dengan menggenggam tanpa permisi lengan Naira.

Sontak Naira terkejut dan langsung menepis tangan Kavi kencang. Jery dan Mery yang tadinya fokus kepada laptop masing-masing, berhenti sejenak dan melihat sekilas ke arah mereka untuk memastikan semua baik baik saja. Naira hanya bisa tertunduk sambil tersenyum seolah olah berkata tidak ada hal penting yang terjadi.

"Mau pake laptop gue?" tanya Kavi tidak menunggu Naira menjawab. Tangannya mengambil benda itu dari tas. Dengan terpaksa Naira duduk kembali di samping Kavi. Kemudian Kavi membuka laptop itu tepat di depan wajah Naira.

"Pakai aja biar cepat selesai tugasnya," kata Kavi sok ramah.

Naira tidak ada pilihan, jika ia menolak pasti Jery dan Mery akan tetap memaksanya. Naira duduk sila sambil mengangkat laptop itu di pangkuannya. Ia mulai mengerjakan tugas acara. Pertama Naira sambungkan whatsapp di laptop Kavi untuk mengunduh word RD yang kemarin sudah sempat ia kerjakan.

Saat Naira memakai laptop Kavi, Kavi pindah ke belakang Naira untuk bisa melihat laptopnya.

"Btw Kak Kavi sudah kirim RD angkatan tahun lu ke Naira belum?" sambar Jery yang ternyata mengawasi apa yang Naira lakukan walaupun wajahnya tampak sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya.

"Oh iya belum, sini Nai." Tiba-tiba Kavi mengulurkan tangannya ke toucpad untuk membuka folder di laptopnya. Namun sikapnya membuat Naira tegang. Bayangkan saja tepat di belakang kalian ada orang yang membuat ia trauma. Saking dekatnya Naira bisa mencium aroma badan Kavi serta sesekali badannya Kavi menyenggol punggung Naira.

Anehnya badan Naira tidak bisa digerakkan walaupun otaknya terus berkata 'ayo pindah'. Tubuhnya membeku tidak bisa melawan, diam ditempat matanya fokus ke depan melihat layar. kekerasan seksual disebut? Ia sedang mengalami tonic immobility sebab rasa takutnya terlalu tinggi sehingga badannya mengalami hambatan motorik sementara atau kelumpuhan sementara.

Kavi membuka suatu folder dengan nama aneh. Saat ia membuka folder itu yang muncul adalah foto dan video yang memenuhi semua layar. Naira menelan ludahnya, firasatnya mulai tak enak.

"Lihat? Bagus 'kan." Kavi malah membuka salah satu foto itu. Folder itu berisi kumpulan foto dan video Naira. Tenggorokannya tambah kering, ia hanya bisa menggerakkan bola matanya unutk melirik ke arah Jery dan Mery tapi mereka tidak menatap balik Naira saking fokusnya mengerjakan tugas.

"Cantik banget ya kamu, habis ini lakuin lagi yuk. Aku janji enggak bakal kasar." Kavi berbisik tepat di telinga Naira, Foto itu menampakkan Naira sedang tertidur dengan baju seragam yang berantakan, roknya terangkat hingga pahanya terekpos.

"Mau lihat foto yang lain?"

Naira diam saja, untuk menggelengkan kepala pun ia tidak bisa.

"Mau lihat video-nya nggak? Tapi janji yang bawah jangan basah ya." Kavi berbisik lagi kemudian mematikan audio laptopnya dulu dan memutar video itu, tangan Naira semakin mengepal keras melihat masa lalunya yang kelam.

***

Jam delapan malam tepat, rapat telah usai. Semua tugas anak acara ospek yang harus di revisi akhirnya selesai. Mereka berempat beres-beres dan hendak pulang.

"Ra lu dianterin Kak Kavi aja soalnya gue mau bareng sama Kak Jery," celetuk Mery yang tengah memakai sepatu. Naira tertegun sebentar mendengar saran yang buruk itu

"Enggak usah gue bisa sendiri kok, lagian kosan gue dekat," jawab Naira menolak dengan halus.

"Tetap aja Ra kalau malam seram."

"Enggak usah Kak Jery, gue bisa sendiri kok. Sudah biasa juga balik malam-malam kaya gini."

"Sudah mau aja, kalau lu kenapa-napa di jalan nanti kita juga yang tanggung jawab," ucap Jery tak ingin anggotanya kenapa-napa.

"Kak, Lu nggak keberatan 'kan anterin Naira?" sambung Jery lagi sambil menengok ke arah Kavi yang duduk lesu di bangku depat sekre.

"Santai aja gue nggak keberatan kok." kata Kavi dengan suara yang terdengar lemas. Suaranya tak terdengar mengintimidasi dan penuh power lagi seperti beberapa jam lalu saat ia menunjukkan foto serta video Naira di laptonya. Kini Kavi tampak kelelahan.

Naira berjalan di paling depan sambil sesekali menimpali candaan Jery dan Mery yang berjalan tepat di belakangnya. Sedangkan Kavi berjalan jauh di belakang. Jalannya sangat lambat sehingga tertinggal. Mereka sedang menuju tempat parkir. Sialnya, tempat parkir Jery dan Kavi berbeda. Jery di lantai satu sedangkan motor Kavi ada dilantai empat

"Bye, hati-hati ya kalian." Mery melambaikan tangannya sambil berjalan mengikuti Jery yang mendekat ke motornya. Sedangkan Naira dan Kavi masuk ke dalam lift untuk sampai ke lantai 4. Naira benar-benar ketakutan dan tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya. Ia ingin menelpon atau memberikan chat kepada Mark namun sayangnya ponsel Naira mati karena lowbat.

Saat lift tertutup, Naira berpegangan ke sisi lift yang banyak tombolnya. Ia berjaga-jaga jika nanti Kavi macam-macam Naira bisa menekan tombol itu dan segera keluar.

"Jauh banget si," tanya Kavi sambil bersender. Naira tidak menengok sama sekali.

"Sini dong deketan," timpal Kavi tanpa aba-aba memegang tangan Naira dan menariknya. Kavi merangkul Naira lalu menyenderkan kepalanya di bahu Naira. Naira merasakan dengus nafas Kavi yang kasar dan ngos-ngosan seperti orang yang habis lari beberapa kilo.

"Mau lakuin hal itu disini nggak?"

Naira tertegun, lagi-lagi tenggorokannya terasa kering. Tangan Kavi hendak menyentuh dada Naira yang terbalut jaket namun belum juga tangan Kavi meraba kesana lift terbuka dan mereka sudah sampai di lantai 4.

Naira langsung berlari darisana sehingga Kavi oleng dan hampir terjatuh karena tiba-tiba sandaran kepalanya pergi. Naira menengok ke belakang, ia merasa Kavi berperilaku aneh. Ia kelihatan sedang sakit.

Tapi keadaan Kavi yang pucat dan lemas tidak membuat Naira iba. Ia lanjut berlari ke arah tangga untuk pergi darisana. Tiba-tiba saja Kavi tengah mengejarnya di belakang dan terlihat seperti orang mabok. Ia berlari menuruni anak tangga dengan sempoyongan menabrak tembok.

Gedung parkiran itu sudah benar-benar sepi. Naira tidak bisa meminta tolong kepada siapapun. Ia terus berlari berharap cepat sampai di lantai satu.

"Jangan cepat-cepat dong sayang, kepala aku sakit banget ni." Suara Kavi menggema.

Brak!

Naira terkejut mendengar suara benda jatuh. Reflek, ia menengok dan mendapati Kavi jatuh dari anak tangga tengah-tengah hingga ke samping kakinya. Mungkin sekitar 9 anak tangga Kavi terguling.

"Tolong Nai, aku nggak bisa bangun. Kepala aku berat banget." Kavi mengulurkan tangannya minta dibantu.Ia tidak sedang akting, badannya benar-benar kesakitan dam butuh pertolongan. Saat menjelang magrib, kepala Kavi mulai terasa pusing lalu bertambah berat. Ia juga merasakan badannya memanas seiring waktu. Hingga saat di lift tadi kakinya sudah tidak mampu menopang badan dan memilih bersandar di bahu Naira.

Naira berniat membantu, ia sambut uluran tangan Kavi. Anehnya tangan Kavi terasa sangat panas sehingga dirinya terkejut dan melepaskan tangan Kavi begitu saja. Kavi kembali meringis sebab badannya jatuh kembali, menubruk lantai.

"Gua nggak bisa bantu lu! Gue takut," ucap Naira lalu pergi menuruni anak tangga lagi, meninggalkan Kavi yang tergeletak di lantai begitu saja tanpa rasa kasihan.

Continue Reading

You'll Also Like

580K 44.9K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
2.7M 136K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
565K 61.9K 24
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santriwatinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah...
7.1M 297K 60
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...