Kisah Papa Papi - Guanren

By yourxpine

670K 71.5K 11K

Hanya kisah sederhana mengenai perdebatan 24/7 antara Papa Alin dan Papi Injun. © Yourxpine 🚦BXB , MPREG... More

Bagian Perkenalan
satu.
dua. (Kilas balik)
tiga.
empat.
lima.
enam.
tujuh.
delapan. (Kilas balik)
sembilan. 🔞
sepuluh. (Kilas balik)
sebelas.
dua belas.
tiga belas.
empat belas.
lima belas. (kilas balik)
enam belas.
tujuh belas.
delapan belas.
sembilan belas. 🥵🔞
dua puluh satu.
dua puluh dua.
dua puluh tiga. (Kilas balik)
dua puluh empat.
dua puluh lima.
dua puluh enam.
dua puluh tujuh.
dua puluh delapan.
dua puluh sembilan.
tiga puluh.
tiga puluh satu.
tiga puluh dua. (kilas balik)
tiga puluh tiga. (Kilas balik)
tiga puluh empat.
tiga puluh lima.
tiga puluh enam.
tiga puluh tujuh.
tiga puluh delapan.
tiga puluh sembilan.
empat puluh.
empat puluh satu.
empat puluh dua.
empat puluh tiga.
empat puluh empat. (Kilas balik)
empat puluh lima.
empat puluh enam.
empat puluh tujuh.
empat puluh delapan.
empat puluh sembilan.
lima puluh.
lima puluh satu.
lima puluh dua.
lima puluh tiga.
lima puluh empat.
lima puluh lima.
lima puluh enam.
lima puluh tujuh.
lima puluh delapan.
lima puluh sembilan.
enam puluh. 🔞
enam puluh satu.
enam puluh dua. (kilas balik)
enam puluh tiga.
enam puluh empat.
enam puluh lima.
enam puluh enam.
enam puluh tujuh.
enam puluh delapan 🔞
enam puluh sembilan (kilas balik)
tujuh puluh.
tujuh puluh satu.
tujuh puluh dua.
tujuh puluh tiga.
Tujuh puluh empat.
Tujuh puluh lima.
Tujuh puluh enam.
Tujuh puluh tujuh.
Tujuh puluh delapan.
Tujuh puluh sembilan.
Delapan puluh.
Delapan puluh satu.
Delapan puluh dua.
Delapan puluh tiga.
Delapan puluh empat.
Delapan puluh lima.
Delapan puluh enam.
Delapan puluh tujuh.
Delapan puluh delapan.
Delapan puluh sembilan.
Sembilan puluh.
Sembilan puluh satu.
Sembilan puluh dua.
Sembilan puluh tiga.
sembilan puluh empat.
Sembilan puluh lima.
sembilan puluh enam.
Sembilan puluh tujuh.
Sembilan puluh delapan.
Sembilan puluh sembilan.
Seratus.
Season 2?
Bonus chapter I
Bonus chapter 2
Bonus chapter 3.
Bonus chapter 4
Bonus chapter spesial ulang tahun papi

dua puluh.

8.8K 859 145
By yourxpine

"Ren, gue mau ke pos ronda dulu ya?" Ucap Guanlin kepada Renjun yang baru saja memasuki ruang keluarga mereka

"Ngapain?"

"Nongkrong sama Jeno sama kak Mark"

"Tumbenan di pos ronda? Biasanya juga nongkrong di belakang. Mau ngapain kalian? Pasti godain janda lagi nih" tanya Renjun sembari menyilangkan tangannya di dada dan menatap curiga kepada Guanlin

"Dih? Apaan? Orang jandanya aja lagi pulang kampung" jawab Guanlin sembari menarik pelan pipi Renjun

"KOK TAU?!"

Nahkan! Kayaknya Guanlin salah ngomong nih, bukannya dapat ijin malah dapat amukan.

Guanlin menggaruk pelan tengkuknya dan tersenyum canggung, "Itu, tadi pak RT yang bilang"

"Kapan ketemu pak RT? Perasaan tadi lo gak keluar rumah sama sekali"

"Di grup chat tadi pak RT bilangnya"

Renjun menautkan alisnya, tidak percaya dengan jawaban yang di berikan suaminya.

"Lo kalo mau nongkrong di belakang aja, gue buatin kopi sama pisang goreng kalau lo mau"

"Tapi mereka ngajaknya di pos ronda, sayang"

"Di pos ronda tuh gelap, sepi banyak nyamuk. Lo tiap pulang dari pos ronda pasti bentol bentol"

"Kan pake anti nyamuk"

Mata Renjun memicing, mendekat kepada Guanlin. "Jujur deh, lo mau ngapain di pos ronda?"

"Cuma nongkrong doang, serius deh" Guanlin mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya

"Lo bohong kan? Lo disana mau ngerokok kan? Gue kan udah bilang, jangan ngerokok Alin! Mau mati muda, lo?!"

Guanlin mengalihkan arah pandangnya menghindari Renjun. "Beneran cuma nongkrong yang, gak ada niat gue mau ngerokok kok. Nanti juga ada bapak bapak lain"

"Lo keluar rumah, gue tinggal ke Bandung lagi." Ancam Renjun mutlak yang kemudian mendudukan dirinya di sofa ruang tengah dan melanjutkan acaranya memakan cheesecake yang Guanlin bawa sepulang dari kantor tadi.

Guanlin menghela nafas pelan, ia kemudian mengetikan pesan kepada grup chat yang berisi dirinya dan dua tetangga sebelah. Setelahnya Guanlin mendudukan dirinya di samping Renjun. Renjun masih diam, fokus terhadap cheesecakenya.

"Pwiii, aaaaa" ucap Ayden yang berdiri di hadapan Renjun sembari membuka mulutnya

"Kakak mau?" tanya Renjun yang di angguki Ayden

"Nih, aaaa" Renjun menyuapkan cheesecake yang ia makan kepada Ayden

"Enak?" tanya Guanlin dan diangguki antusias oleh Ayden

"Mau dong pii" ucap Guanlin sembari membuka mulutnya

"No, papa nooo"

"Dih? Gak boleh? Itu papa yang beli loh kak" protes Guanlin saat Ayden melarang Renjun menyuapkan cheesecakenya

Renjun terkekeh, "Bagi ya kak? Gak boleh pelit gitu"

Ayden mencoba berfikir sejenak dengan bibir yang ia kerucutkan. "Catuuuu" ucapnya sembari melengkungkan bibirnya kebawah dan mengangkat satu jarinya

"Satu doang?"

"Catuuu papaaa"

"Iyadeh iyaa"

Renjun kemudian menyuapkan satu sendok cheesecake kepada Guanlin, Guanlin memberikan satu kecupan di pipi Renjun sebagai tanda terimakasih.

"Hwaaaaaa"

Renjun dan Guanlin sontak melihat kebawah ketika mendengar tangisan tiba tiba dari Ayden itu. Ayden menangis sembari berguling di karpet, membuat Renjun dan Guanlin saling pandang.

"Kenapa?" tanya Guanlin

Renjun menggidikan bahunya kemudian memberikan cheesecake ditangannya kepada Guanlin. "Pegang bentar"

Renjun berjongkok di depan Ayden, meskipun sedikit kesusahan.

"Duduk yang bener, jangan jongkok gitu" ucap Guanlin mengingatkan Renjun agar membenarkan posisi duduknya

Renjun akhirnya duduk di samping Ayden, "Kakak kenapa?"

"Pwaaa"

"Papa kenapa?" tanya Renjun bingung

"Papaa no kiss! Kisss papiii noooo"

Seketika Guanlin tidak bisa menahan tawanya dan membuat tangis Ayden semakin kencang.

"Papaaaa" tegur Renjun dan membuat Guanlin seketika terdiam. Renjun kemudian menarik Ayden masuk ke dalam pelukannya.

"Nih bocah cemburuan banget. Padahal sama bapaknya sendiri"

"Lo sih main cium cium aja"

"Ya masa gue gak boleh cium laki sendiri?"

Renjun hanya memutar bola matanya malas. Ia mengusap punggung Ayden agar bocah mungil itu berhenti menangis. Dan ternyata tidak lama kemudian Ayden sudah tertidur.

"Nahkan, ngantuk dia tuh sebenernya" ucap Renjun

"Siniin, biar gue aja yang gendong ke kamar" Guanlin mengulurkan tangannya dan memindahkan Ayden dari gendongan Renjun ke gendongannya dengan perlahan.

Renjun mematikan televisi di depannya dan membereskan beberapa makanan yang ia bawa ke ruang tengah tadi, sebelum dirinya menyusul Guanlin naik.

Setelah menidurkan Ayden di kamarnya, Guanlin dan Renjun pun memutuskan kembali ke kamar. Sebelumnya mereka mencuci muka dan menggosok gigi terlebih dahulu.

"Kakak tadi belum sikat gigi, keburu tidur duluan" ucap Renjun yang tengah duduk di depan kaca sembari mengoleskan beberapa skincare pada kulit wajahnya

"Tuh bocil aneh. Masa gue di cemburuin. Bapaknya sendiri loh, kalau gak ada gue gak bakal ada juga dia"

"Namanya juga anak anak"

"Ini dedek nanti mirip siapa ya?"

"Mirip gue"

"Masa lo mulu sih? Ini gue penyumbang terbesar masa gak dapat bagian apa apa?"

"Mau dapat bagian?" tanya Renjun membalikan badannya menatap Guanlin

Guanlin mengangguk.

"Bikin sendiri kalau mau mirip lo semua" jawab Renjun yang kemudian berdiri, mematikan lampu utama dan ikut merebahkan dirinya di samping Guanlin

"Ngeri banget kalau gue bikin sendiri"

"Ya udah jangan protes kalau gitu"

Guanlin menarik tubuh Renjun mendekat. "Ya setengah setengah gitu maksud gue yang"

"Ya mana bisa gitu Guanlin?! Ya masa kita bisa request ini dedek nanti mirip siapa? Kalau bisa mah gue mau request biar dia mirip song joong ki daripada mirip lo"

"Dih? Mana bisa gitu? Lo bikinnya sama gue"

"Ya kalau gue bisa bikin sama dia ya gue mau"

"Sembarangan nih kalo ngomong. Gue cium juga lo" ucap Guanlin yang kemudian mulai menciumi wajah Renjun

"Ishhh!! Linn udah" Renjun mencoba menjauhkan wajah Guanlin darinya, Guanlin kembali ke posisi semula kemudian terkekeh

"Seenggaknya kalau dia mirip lo, dia bucinnya ke gue gitu"

Renjun ikut terkekeh mendengar ucapan Guanlin. Ia kemudian mengesampingkan tubuhnya menatap Guanlin.

"Ya kalau gitu lo jangan jahilin anak lo mulu. Kakak gitu kan karena lo jailin mulu"

"Abisnya gemes kalau ngeliat dia tuh"

Renjun hanya menggeleng, mengelus perutnya yang mulai membuncit.

"Oh iya, besok mau checkup ke dokter"

"Serius? Gue anter pokoknya! Besok gue mau ijin aja gak kerja, pasti di bolehin" ucap Guanlin penuh semangat, "oh iya udah bisa liat jenis kelaminnya belum?" Lanjutnya

"Belum lah, ini aja baru sepuluh minggu. Kalaupun udah masih samar samar"

"Sepuluh minggu? Tiga setengah bulan dong?" tanya Guanlin dan di angguki Renjun

"Oh udah lewat trisemester pertama dong ya?" tanya Guanlin kembali

"Mau?"

"Boleh emangnya?" Guanlin balik tanya kepada Renjun, kakinya di bawah sudah bergerak mengelus kaki Renjun

Renjun mengangguk, "Tapi gue yang masuk ya? Gue lagi pengen banget" bisiknya yang membuat Guanlin langsung menjauh

"Dah tidur aja yuk. Ngantuk gue" ucap Guanlin yang kemudian membuat Renjun tertawa

*
*
*

Keluarga kecil Lai kini tengah berada di suatu pusat perbelanjaan. Guanlin hari ini memang memutuskan untuk tidak masuk kerja karena ingin mengantar Renjun check up kandungan. Untunglah perkembangan calon adiknya Ayden itu baik, jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan.

Ayden kini tengah berlari kesana kemari mencari mainan yang ia inginkan. Guanlin memang mengijinkan Ayden membeli mainan hari ini karena Ayden bisa di ajak bekerjasama untuk menjaga calon adiknya. Bahkan bocah mungil itu tadi begitu antusias ketika di kasih unjuk calon adiknya itu, padahal Guanlin yakin Ayden juga belum sepenuhnya mengerti.

"Kakak kan udah punya lego? Beli yang lain aja ya?"

Ayden menggeleng kuat, bahkan matanya sudah berkaca kaca. "Nooo mau niii piii"

"Ya udah sih pi turutin aja"

"Ya jangan dong, dia kan udah punya model yang begitu"

Guanlin mengusak halus rambut Renjun, ia kemudian menunduk menyamakan tubuhnya dengan Ayden

"Beli yang lain ya kak? Atau beli yang model lain?"

Ayden berfikir sejenak, kemudian menatap Renjun. "Iya, boleh" ucap Renjun yang langsung membuat senyum bocah mungil itu mengembang

"Satu aja ya sayang, mainan kamu masih banyak. Yang dari nenek sama Grandma aja belum kamu buka"

"Waaa" jawab Ayden sembari mengacungkan lima jarinya

"Dua tuh gini, kalau semuanya itu lima" ucap Guanlin sembari membenarkan jari Ayden

"Yaa, waaa. Nii waa pweasseee"

Renjun terkekeh, "Ya udah dua. Tapi satunya yang kecil"

Ayden mengangguk kemudian mulai kembali memilih mainan yang di mau. Setelahnya mereka bertiga menuju ke suatu restoran yang berada di pusat perbelanjaan itu

"Kakak makan dulu yuk, jangan mainan terus. Papi gak suka"

"Kak, mainannya taruh dulu. Atau mau papa buang?" ancam Guanlin yang langsung membuat Ayden terdiam dan membuka mulutnya

"Nah, pinter banget anak papi"

"Kalau pinter aja bilangnya anak papi. Giliran yang jelek jelek aja semuanya ke gue" protes Guanlin

"Protes mulu lo dari kemaren. Masih mending gue masih mengakui lo sebagai bapaknya anak anak"

"Ya emang kan gue bapaknya?" Guanlin mengesampingkan tubuhnya, "kakak anak papi atau papa?"

"Papii" jawab Ayden

"Anak papa atau anak papi?"

"Papi"

Renjun terkekeh, mau di bolak balik seperti apapun, Ayden akan selalu menjawab yang sama.

"Wah, kalau gitu Papa gak mau ah beliin kakak mainan lagi. Minta ke Papi aja kalau mau beli mainan"

"Heung?"

"Jangan di godain, Alin! Awas aja sampai nangis lagi!"

Guanlin terkekeh, "iya iya, enggak. Papa bercanda" ucapnya yang kemudian melanjutkan makannya, begitu juga dengan Renjun dan Ayden.

Malam harinya, Guanlin terbangun pukul dua pagi. Ia mencoba menidurkan dirinya kembali, namun tidak bisa. Guanlin turun dari ranjang dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman. Ia memutuskan akan menonton pertandingan bola saja di televisi karena tidak bisa melanjutkan tidurnya. Dan kebetulan pertandingan bola pagi ini adalah club bola favoritnya.

"Kok gue jadi laper ya?" monolog Guanlin pada dirinya sendiri. Entah kenapa ia kini sedang ingin makan yang berkuah

"Makan soto ayam enak nih"

Guanlin membuka ponselnya dan mencari tahu dimana soto ayam yang masih buka di jam dua pagi begini. "Nah, untung ada yang masih buka dekat sini" ucapnya ketika melihat masih ada warung soto ayam yang buka di dekat kompleknya

Guanlin naik kembali ke kamar untuk mengambil jaket. Suara dari Guanlin yang grasak grusuk membuat Renjun terusik. Ia membuka matanya perlahan dan mendapati Guanlin yang sudah di ambang pintu kamar mengenakan jaket.

"Mau kemana lo?" tanya Renjun yang kemudian mendudukan dirinya

Guanlin berhenti dan berbalik. "Mau beli soto ayam"

"Tengah malam begini?"

Guanlin mengangguk, "Gue pergi dulu ya?"

"Bentar"

"Kenapa?"

"Pesan lewat kurir aja sih, lin"

"Gue pengennya makan langsung disana"

"Lo ngidam?"

"Enggak, lah?! Lo yang hamil kenapa gue yang ngidam?"

"Ya udah kalau gitu makan di rumah aja. Lo tega ninggalin gue sama Ayden berdua? Nanti kalau ada apa apa gimana?" tanya Renjun yang membuat Guanlin berfikir sejenak

"Ya udah deh, gue pesen online aja. Tapi temenin gue makan ya?" jawab Guanlin yang di angguki Renjun.

Setelah memesan makanan melalui aplikasi pengantar makanan online, Guanlin dan Renjun memutuskan turun ke bawah. Guanlin menyandarkan punggungnya pada sofa, sedangkan Renjun merebahkan tubuhnya dan meletakan kepalanya di paha Guanlin.

"Masih ngantuk ya?" tanya Guanlin sembari mengusap halus surai hitam Renjun

"Enggak"

"Kalau masih ngantuk, tidur lagi aja gapapa. Gue bisa makan sendiri"

Renjun menggeleng, kemudian membalikan tubuhnya menatap Guanlin.

"Apa?" tanya Guanlin

"Gue juga laper"

"Ya kan habis ini sotonya sampe? Makan bareng gue"

Renjun menggeleng dan mengerucutkan bibirnya, "Papa"

Guanlin menautkan alisnya. Kalau udah begini pasti permintaannya akan aneh aneh.

"Mau apa?" Tanyanya

"Mau nugget"

Guanlin menghela nafas lega, untunglah suaminya ini hanya ingin nugget. Enggak makanan yang aneh aneh.

"Ya udah, gue gorengin bentar"

"Gak mau di goreng"

Guanlin menautkan alisnya, "lah? Terus?"

"Di rebus"

Seketika Guanlin menjatuhkan rahangnya menatap tak percaya pada Renjun. Sekte mana lagi yang percaya adanya nugget rebus?

"Masakin dong sayang, ya ya??" Pinta Renjun lagi

Guanlin mengangguk pelan, masih mencoba memproses mengenai nugget rebus.

Guanlin kemudian menuruti permintaan Renjun. Ia pergi ke dapur dan membuatkan nuget rebus yang dimau suami mungilnya itu.

"Lo kenapa kayak gak seneng gitu sih? Senyum dong!" Tanya Renjun yang sedang duduk di meja makan sembari memperhatikan Guanlin


"Siapa?"

"Elu!"

"Gue?"

"Enggak! Setan samping lo"

Guanlin menoleh ke sampingnya dan membuat Renjun menghela nafas pelan. "Becanda elah, lin"

"Lo jangan nakutin"

"Lo takut?"

"Kagak sih"

"Ya udah kalo gitu"

Tidak lama kemudian bunyi telfon pada ponsel Guanlin terdengar. Ia buru buru mengangkat panggilan tersebut. Setelah mengobrol beberapa detik, Guanlin pun mematikan ponselnya.

"Yang, bapaknya udah dibawah. Gue ambil sotonya dulu. Lo liatin nih nugget rebus lo"

Renjun menurut, Guanlin mengambil soto. Selang lima menit, Guanlin sudah kembali lagi ke dapur.

"Alinnnn" panggil Renjun ketika Guanlin masuk kembali ke dapur

"Apa?"

"Nuggetnya jadi bubur"

Ucap Renjun dengan wajah melasnya, membuat Guanlin hampir saja tertawa. Ya gimana gak jadi bubur, itu nugget kalau di rebus ya pasti bakal hancur..

"Alinnn.." panggil Renjun sekali lagi sembari menatap sendu Guanlin. Guanlin sedikit bersyukur setidaknya Renjun tidak menyalahkan dirinya atas kegagalan nugget itu.

Guanlin mendekat dan mengusak rambut Renjun. Gemes dia tuh.

"Nuggetnya di goreng aja ya? Kalau di rebus ya pasti hancur jadi kayak bubur"

"Maunya di rebus"

"Ya udah itu coba makan yang udah di rebus"

"Tapi udah hancur kayak bubur"

"Makanya di goreng"

"Lin.."

"Hm?"

"Cobain dong nugget rebusnya. Kalau enak gue makan ini aja"

Guanlin meneguk ludahnya. Ia menoleh kepada panci tempat ia merebus nugget itu, dan kembali menatap Renjun. Haruskah dirinya yang menjadi kelinci percobaan?

"Yang.."

"Ayo dong lin"

"Makan soto aja deh yang mendingan. Ini mah gak bisa kesebut makanan. Lo gak kasian ke dedek makan ginian? Gak baik yang buat lo sama dedek"

"Lin.."

"Nurut sama gue, ya?"

Renjun mendengus kesal kemudian mendudukan dirinya kembali di meja makan. Guanlin mematikan kompor, ia mengambil mangkok untuk sotonya.

"Makan soto aja ya?"

Renjun kemudian mengangguk pelan.  Guanlin menghela nafas lega. Ia sedikit lega karena Renjun tidak memakan nuget rebus. Gak kebayang dia gimana rasanya nuget rebus.

Setelah Renjun menerima beberapa suap, ia kemudian mengerutkan hidungnya.

"Kenapa?" Tanya Guanlin

"Ini sotonya basi ya?"

Guanlin menautkan alisnya. Ia kemudian mencoba sesuap. "Enggak, kok" ucap Guanlin setelah merasakan bahwa soto yang ia pesan tidak basi dan masih enak

Renjun langsung menuju ke wastafel, ia kembali merasakan mual. Guanlin menghampiri Renjun, membantu memijat tengkuk Renjun dan setelahnya memberikan Renjun air putih untuk di minum.

"Ish! Mual banget" ucap Renjun sembari menutup mulutnya dan kembali mendudukan dirinya di kursi meja makan

"Lo mending naik dulu deh, istirahat. Gue mau abisin ini dulu. Terus nanti nyusul"

Renjun mencebik, kemudian menggeleng. "Gak mau"

"Ya udah ayo naik sekarang deh. Gue gak jadi makan"

"Gak gitu, Alin. Lo makan dulu, nanti naik barengan. Gue mager jalan, jadi mau gendong"

"Gak mau, jalan sendiri. Lo berat"

Renjun seketika melebarkan matanya mendengar jawaban Guanlin.

"Bercanda bercanda" ucap Guanlin panik. Ia beneran bercanda kok, tapi kayaknya bercandanya kelewatan hehe

"Lo mah? Ish bener bener nyebelin ya! Sampe lo bilang gue berat lagi, mogok makan gue"

"Jangan dong, sayang"

Guanlin menarik pinggang Renjun yang sudah berdiri hendak pergi ke kamarnya itu hingga lelaki mungil itu terduduk di pangkuannya.

"Bercanda, sayang. Lo mah mau seberat apapun juga bakal gue gendong"

"Becanda lo gak lucu"

"Iya, kan yang lucu elo. Bukan gue"

"Ya udah ih lepasin. Lanjutin makan lo"

"Udah, diem aja disini. Gue mau makan sambil ngelus dedek" ucap Guanlin yang masih melingkarkan tangan kirinya di pinggang Renjun dan tangannya ia buat untuk kembali menyuapkan soto ke mulutnya

"Ya tangan lo kalau mau ngelus dedek ya elus perut gue aja! Jangan ke atas atas!" Kesal Renjun karena tangan Guanlin mulai menjalar keatas

"Lin! Diem ah!"

"Alin!"

Guanlin terkekeh melihat Renjun mulai kesal. Ia kemudian mencium tengkuk Renjun.

"Jangan marah marah mulu"

"Lo yang bikin gue marah!"

"Habisnya lo kalo lagi ngomel lucu. Nih bibir lo pake maju maju gini bikin pengen gue cium"

"Mesum banget!"

"Dih? Ya gapapa dong. Kan gue mesumnya cuma ke lo"

"Yakin ke gue aja?"

"Ren.."

"Ya ya ya bercanda. Cepetan ah habisin soto lo. Gue udah ngantuk lagi"

"Nih tinggal sesuap. Mau gak?"

Renjun menggeleng. "Gak. Mual"

Setelah Guanlin menyelesaikan makannya, ia segera menggendong Renjun kembali ke kamar mereka.






Tbc

*******

ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴍᴇɴɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ᴊᴇᴊᴀᴋ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ᴅᴀɴ ᴋᴏᴍᴇɴ ᴀɢᴀʀ ᴀᴋᴜ ᴍᴀᴋɪɴ ʀᴀᴊɪɴ ᴜᴘᴅᴀᴛᴇ! ʜᴇʜᴇʜᴇ

~~~~~~~~~~~~


Maafin rabu kemarin gak update. Huhu aku lg skripsian guys. Jadi harus atur waktu 🤧✌️

Continue Reading

You'll Also Like

200K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
7.2K 144 3
|| Cerita ini telah memasuki tahap perbaikan, mohon bersabar untuk menunggu Update. || - Deskripsi - Datang kembali setelah lama tak bertemu dengan k...
73.3K 6.7K 50
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
1M 86.7K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...