DELUSIONS

By tanindamey

5.4K 1.5K 1.5K

Bagaimana rasanya memiliki suatu cela dalam hidup? Diasingkan, diacuhkan, ditindas, serbuan kalimat pedas. Ta... More

Prolog
Chapter 1- Pembendung
Chapter 2- Lilin lebah mencekam
Chapter 3 - Diluar terkaan
Chapter 4 - Menikam dipenghujung
Chapter 5 - Bunga tidur
Chapter 6 - Teror malam
Chapter 7- Goresan Luka
Chapter 8 - Kepelikan seseorang
Chapter 9-Tuturan Menyayat Hati
Chapter 10-Tumpahan Air Mata
Chapter 11 - Terjebak dalam Gulita
Chapter 12 - Ancaman
Chapter 13 - Gamang
Chapter 14 - Dekapan
Chapter 15 - Sebuah Amaran
Chapter 16 - Tak Kuasa
Chapter 17 - Terungkap
Chapter 18 - Cela
Chapter 19 - Kelam
Chapter 20 - Sukar
Chapter 21 - Langka
Chapter 22 - Terjaga
Chapter 23 - Berbeda
Chapter 24 - Cendala
Chapter 25 - Berdebar
Chapter 26 - Jengah
Chapter 27 - Terlambat
Chapter 28 - Mulai Meragu
Chapter 29 - Terbelenggu
Chapter 30 - Bertekad
Chapter 31 - Pasrah
Chapter 32 - Kegetiran
Chapter 33 - Pengakuan
Chapter 34 - Jawaban
Chapter 35 - Telah Padu
Chapter 36 - Meradang
Chapter 37 - Kembali Melukai
Chapter 38 - Memerangi
Chapter 39 - Terdesak
Chapter 40 - Suatu Cela
Chapter 41 - Telah Renggang
Chapter 42 - Delusi
Chapter 43 - Kilah
Chapter 44 - Kalut
Chapter 45 - Berlaga [Ending]

Epilog

29 3 1
By tanindamey

Kaki yang berbalut flatshoose hitam itu terus melangkah menyusuri di tepi jalan. Tidak ada kendaraan yang berlalu-lalang. Hanya ada suara angin yang menggerakkan beberapa pohon dan tumbuhan. Tak ada terik matahari karena sebentar lagi akan berganti dengan kegelapan. Rona jingga yang tertutup pepohonan tinggi itu hanya dalam beberapa menit saja sudah tak akan terlihat. Stevlanka masih terus berjalan hingga kakinya berhenti melangkah. Ia menoleh ke arah tengah jalan. Stevlanka melihat masa lalunya satu tahun yang lalu. Adegan yang berputar sangat jelas. Ia bahkan tidak sadar kini tengah terduduk, air matanya meleleh entah sejak kapan.

Stevlanka ingin meninggalkan semuanya, masa lalunya. Namun, semua hal yang pernah ia lalui memiliki ruang tersendiri yang akan muncul begitu saja di ingatannya. Bahkan ia berada di sini untuk menuruti alam bawah sadarnya. Stevlanka tidak memiliki cara lagi untuk menghindar dari isi kepalanya sendiri. Ia kalah. Ia tidak bisa diam saja. Ia mengaku jika dirinya masih berharap akan masa depannya bersama orang yang menolongnya di tempat ini.

"Ardanu," gumam Stevlanka, menatap sosok di seberang sana. Tubuh Stevlanka bergetar. Ia berusaha berdiri. Ardanu hanya tersenyum di seberang sana, sementara Sevlanka mematung sambil berderai air mata. Stevlanka menghentikan langkah Ardanu ketika laki-laki itu ingin mendekat.

"Jangan mendekat, tetap ... di sana," ucap Stevlanka membuat senyum Ardanu pudar.

Sesuai permintaan Stevlanka, Ardanu menurutinya. Stevlankalah yang berjalan mendekati laki-laki itu. Ardanu melihat dengan jelas mata berair gadis itu ketika sudah berada tepat di depan matanya. Gadis yang lama tidak terlihat oleh matanya. Rambut Stevlanka yang sedikit berantakan karena angin membuat Ardanu ingin menyentuhnya, lalu merapikannya. Ia menahan diri untuk memeluk tubuh gadis itu.

"Lo udah terlalu sering berlari ke arah gue. Lo nggak perlu melakukan itu lagi." Stevlanka tersenyum.

"Gue seneng bisa lihat lo di sini."

"Gue juga."

"Kenapa lo menghilang, Vla?"

"Untuk membuat semuanya baik-baik aja." Stevlanka mengatakannya dengan ragu, kepalanya menunduk.

Ardanu mendongak sambil tersenyum, sebelum ia kembali menatap Stevlanka. "Apa itu berhasil? Apa lo merasa lebih baik sekarang?"

Stevlanka masih menunduk, ia menggigit bibirnya. Usahanya untuk tidak menangis itu sia-sia, bahunya bergetar, air matanya sudah luruh lebih banyak.

"Gue masih menunggu lo, Vla. Gue masih mencintai lo, sangat mencintai. Gue masih terus memikirkan lo. Apa lo sama seperti gue?"

Stevlanka mendongak. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Yang ia lakukan hanya melangkahkan kakinya satu langkah, lalu memeluk Ardanu. Sangat erat. Seperti tidak ingin kehilangan. Aroma tubuh Ardanu yang masih diingat Stevlanka. Pelukan yang selalu saja mampu membuat kenyamanan. Rasa rindu mereka berdua yang menyatu mampu menghangatkan dari terpaan angin malam.

"Gue sangat mencintai lo, Ardanu."

Ardanu melepaskan pelukannya untuk melihat wajah Stevlanka. Tangan Ardanu berada di sisi kanan kiri wajah gadis itu. Ibu jarinya merapikan rambut Stevlanka, dan mengusap air matanya. "Saat gue sekarat di atas gedung, lo teriakin gue untuk nggak ke mana-mana. Tapi, lo yang ke mana-mana. Nggak papa, kita lupakan semuanya."

"Gue selalu melakukan hal-hal bodoh yang membuat gue sakit sendiri. Bahkan lo juga. Gue minta maaf."

"Lo harus membayar semuanya, Vla."

"Dengan cara?"

"Hidup sama gue, selamanya."

Stevlanka tertegun sesaat. "Gue akan melakukannya." Ia tersenyum.

The End

Hai semuanya, terima kasih sudah membaca DELUSIONS. Aku memutuskan untuk mengakhiri kisah panjang Ardanu Stevlanka. Novel pertamaku ini yang mungkin masih banyak kurangnya berhasil aku selesaikan. Semoga Ardanu dan Stevlanka bisa melepas semua rasa sakitnya, dan belajar menerima. Kita pun juga harus begitu. Memang, terkadang ada rasa sakit yang harus kita terima supaya kita lebih baik. Terima kasih banyak buat kalian yang sudah membaca cerita ini, ya. Sampai ketemu di cerita ceritaku lainnya. Dikerjain satu-satu, oke. See you, love you.

Minggu, 12 Maret 2023
Tanindamey

Continue Reading

You'll Also Like

132K 14.4K 15
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 3) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ____...
210K 23.8K 27
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...
3.7M 361K 96
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
647K 53.5K 56
|FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TITIK!!| Transmigrasi jadi tokoh utama? Sering! Transmigrasi jadi tokoh jahat? Biasa! Transmigrasi jadi tokoh figuran? Bas...