Paradise (Segera Terbit)

By ohhhpiiu

2.6M 141K 5.2K

[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua... More

Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
Bab VI
Bab VII
Bab VIII
Bab IX
Bab X
Bab XII
Bab XIII
Bab XIV
Bab XV
Bab XVI
Bab XVII
Bab XVIII
Bab XIX
Bab XX
Bab XXI
Bab XXII
Bab XXIII
Bab XXIV
Bab XXV
Bab XXVI
Bab XXVII
Bab XVIII
Bab XXIX
Bab XXX
Bab XXXI
Bab XXXII
Bab XXXIII
Bab XXXIV
Bab XXXV
Bab XXXVI
Bab XXXVII
Bab XXXVIII
Bab XXXIX
Bab XL
Bab XLI
Bab XLII
Bab XLIII
Bab XLIV
Bab XLV
Bab XLVI
Bab XLVII
Bab XLVIII
Bab XLIX
Additional Part 1
Additional Part 2
Additional Part 3
SEGERA TERBIT

Bab XI

42.8K 2.4K 45
By ohhhpiiu

Dengan rasa percaya diri yang melambung tinggi, Serena berjalan anggun mendekati Saka. Otaknya berpikir jika Saka sengaja mengikutinya, dia pasti malu saat menolak ajakan perkenalkan Serena waktu itu.

'Cih pura-pura nolak akhirnya balik ke gue juga.'

Senyum puas tercetak di wajahnya yang cantik. Serena berdeham kecil sebelum memiringkan wajah menyapa Saka.

"Loh Saka kebetulan banget ketemu disini ya haha." Serena tertawa kecil sambil menutup mulut, matanya bergerak mengawasi setiap pergerakan Saka.

"Lo sering kesini juga?"

"..."

"Eh jangan-jangan lo ngikutin gue kesini yaa?" Serena cekikikan berusaha menarik perhatian Saka.

Serena mengalungkan kedua tangan ke belakang badan, matanya mengerjap, sedikit panas ia rasakan melihat Saka yang tetap memilih diam.

"Lo gak usah malu gitu, ini kan udah diluar sekolah santai aja sama gue. Btw lo disini nunggu siapa? Temen?"

Saka mengernyit kesal, siapa sih cewek di depannya ini? Bersikap sok akrab padahal dia tak mengingat namanya sama sekali.

"Lo siapa?"

Wajah yang awalnya tersenyum malu-malu itu berubah, alisnya turun, bibirnya mencebik. Meskipun begitu, Serena tak kunjung putus asa.

Dia malah lebih mendekatkan tubuhnya. "Kenapa sih jutek banget? Serius lo gak inget gue? Padahal kata orang-orang muka gue susah buat dilupain loh."

Saka diam seperti biasa, wajahnya yang lempeng-lempeng saja itu semakin membuat Serena tertantang. Saat ini, hampir kebanyakan orang tahu siapa dirinya. Bukan hanya terkenal di sekolah sebagai most wanted, Serena bahkan terkenal hingga sekolah-sekolah lain karena kecantikannya.

Dia sangat percaya diri akan hal itu. Jangankan ditolak untuk berkenalan, seumur hidup Serena belum pernah menerima perlakuan seperti ini dari lelaki manapun.

"Lo kalau-"

"SAKA!!!"

Saka menghela napas lelah, akhirnya manusia itu keluar juga. Hampir saja Saka berpikir untuk meninggalkan Qila karena tidak tahan dengan orang aneh di depannya.

"Yuk pulang sayang." Qila memeluk tangan Saka genit sambil sesekali melirik Serena. "Lama gak nungguin akunya?"

"Lama!" ujar Saka kesal.

Mengabaikan keluhan dan tatapan tajam Saka, Qila menoleh menatap seorang cewek dengan perawakan ideal yang juga melihat ke arahnya. Dari tatapannya saja Qila tahu kalau cewek itu kesal. Bibirnya melengkung, pikiran jahil muncul dibenaknya.

"Sayaaangggg dia siapa?" Qila menyandarkan kepala pada pundak Saka.

"Ck." Saka berdecak sambil menyingkirkan kepala Qila, membalikkan badan menaiki motor. "Buruan naik!"

"Hehehe okee sayang kamu udah laper banget yaaaaaa." Mata Qila menggerling jahil.

Serena mengepalkan tangan kesal dengan pemandangan di depannya. Siapa sih cewek tidak tahu malu itu?

"Lo siapa?"

"Aku?" tunjuk Qila pada diri sendiri.

Melihat sorot polos yang terpancar dari wajah Qila, entah mengapa dada Serena menjadi panas.

"Penting banget kamu tau siapa aku?"

"Lo!"

Saka menahan tangan Serena yang terangkat ke atas. Matanya menajam dengan raut wajah tidak suka.

"Mau apa tangan lo?" tanya Saka datar.

"Saka! Lo gak liat sikap kurang ajarnya tadi?" Serena menutup mulutnya bertingkah seperti korban. "Gue nanya baik baik."

"Cih playing victim," gumam Qila.

"Gue aja gak pernah setengil itu kalau ditanya orang," ucap Serena.

"Urusannya sama gue apa?"

Serena membulatkan mata menunjuk wajah Qila. "Lo masih mau deket sama cewek kurang ajar kaya dia?"

"Kurang ajar?" ulang Qila tertawa kecil. "Sorry tapi lebih kurang ajar mana sama cewek yang gampang main tangan?"

"Kenapa diem?" Qila mendorong Saka yang menyembunyikan tubuhnya.

Saka menarik pergelangan tangan Qila, memperingati kembarannya untuk tidak memperpanjang masalah. Sudah cukup masalah yang Qila timbulkan minggu lalu, dia tidak mau Qila mendapat hukuman lagi dari ayahnya hanya untuk masalah ini.

"Pulang."

"Bentar Ka aku masih kesel sama dia." Qila menahan wajah Saka dengan kelima jarinya. "Ka jangan sama dia aku gak suka."

"Gak usah ngurusin hal gak penting."

"Jangan sama dia."

"Gue gak kenal dia siapa," balas Saka memutar bola matanya.

Serena menggigit bibir bawahnya, harga dirinya sudah jatuh di depan cowok ini. Serena menatap lekat perlakuan Saka, cowok yang baru saja menolaknya dengan dingin ternyata bisa bersikap semanis ini untuk orang lain, terlebih untuk gadis lain.

Serena merasa kalah.

"Saka!" Serena mencegah Saka memakai helm.

Dia bertingkah seolah sudah mengenal Saka lama. Walaupun diabaikan sejak tadi rupanya gadis ini tetap tebal muka.

"Lo tau kan lo cowok pertama yang giniin gue?"

Alis Saka naik.

"Apa sih yang bikin lo cuekin gue dari tadi."

Qila mencibir di dalam hati. Perempuan yang selalu merasa menjadi pusat perhatian dan menganggap dirinya disukai oleh semua sangat membuatnya kesal.

"Saka ayo pulang." Qila menarik Saka untuk segera menjalankan motornya, lalu setelahnya dia berbisik. "Aku gak tahan pengen jambak rambutnya."

Saka tersenyum simpul sambil menarik tudung hoodie Qila hingga menutupi sebagian wajahnya.

Yah, meskipun kembar tetapi sifat dan kepribadian mereka sangat bertolak belakang. Berbeda dengan Qila yang lebih ekspresif dan terbuka, Saka lebih suka memendam dan mengabaikan hal yang tidak dia suka.

"Diem."

Mengabaikan tatapan panas dari seseorang, Saka memundurkan motornya dan menancap gas tanpa mengucap sepatah katapun. Cowok tampan itu pergi begitu saja meninggalkan Serena yang wajahnya sudah memerah menahan malu.

Qila dengan tingkat keisengan yang tinggi masih sempat-sempatnya berbalik badan sambil menjulurkan lidah dan jari tengahnya lalu terkikik memeluk pinggang Saka.

"Sialan! Liat aja gue pasti bisa bikin lo tunduk sama gue!"

Serena tidak pernah kalah. Dia selalu mendapat apa yang ia mau, dan jika sampai sesuatu yang dia inginkan tidak bisa berada di genggamannya maka dia akan mengeluarkan segala cara untuk mendapatkan hal itu.

Segala cara.

***

Qila berlari memasuki rumah pikirannya seolah melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Dengan penuh semangat ia meletakkan donat yang baru saja dibeli dari atm Saka. Kapan lagi dia bisa merasakan uang jajan Saka kalau tidak memalaknya seperti ini?

"Ganti baju dulu lu jorok," cemooh Daniel yang baru saja menuruni tangga.

"Bodo."

"Wuidih makan apa tuh." Mata Daniel menggerling jahil.

"Ih sana ah! Ngapain sih mepet-mepet kaya monyet."

Daniel meraup bibir Qila dengan kelima jarinya. "Congor lu!"

"Abisnya ngeselin jadi orang."

Daniel semakin menjadi mengusili adik perempuannya. Mendengar rengekan dari Qila adalah penghiburan yang cukup menyenangkan.

"Jangan diganggu Qila terus Niel," peringat Dirga dengan stelan rapih, nampak akan segera pergi.

Sudah beberapa hari ini Dirga ada di rumah. Dan selama itu juga Qila diam tidak menyapa bahkan menghindari Dirga lebih lama daripada marah yang biasa dia lakukan. Daniel melengos tak memperdulikan Dirga, tangannya memelintir rambut Qila sambil sesekali mengejek adiknya.

"Qila udah makan?" tanya Dirga lembut.

Qila menggeleng tanpa membalas tatapan Dirga.

"Mau makan bareng abang?"

"Engga. Qila kenyang makan donat," jawab Qila tak acuh.

"Donat doang gak bikin kenyang, ayo makan bareng abang."

Donat di mulut Qila berubah hambar, padahal dia sedang lahap-lahapnya makan donat gratis.

"Lo makan duluan aja kali ngapain maksa orang makan bareng." Daniel mencibir.

Qila sedikit melirik ke arah Daniel yang tumben mau menyahuti Dirga. Hubungan dua orang itu tidak terlalu baik sebenarnya. Qila sendiri pun tidak tahu semua berawal dari mana.

"Nanti Qila makan kok," Qila menyela sebelum perang urat terjadi antara Dirga dan Daniel. "Tapi mau makan sendiri gak mau sama abang."

Muka Dirga berubah kecewa. "Kenapa? Qila masih marah sama abang karena waktu itu?"

"Enggak. Ngapain marah sama orang sibuk, Qila ngerti kok bang Dirga kan banyak urusan jadi gak akan sempat nepatin janji remeh buat anterin aku," sarkas Qila.

"Qila abang minta maaf-"

"Gak usah minta maaf bang, gak ada yang perlu dimaafin. Qila kan udah bilang kalau Qila ngerti banyak hal yang harus abang prioritaskan."

Daniel mendengarkan dengan seksama sambil mencomoti donat Qila satu persatu. Lumayan bisa dijadikan pengganti popcorn.

"Qila kenyang." Qila meletakan donat yang belum selesai ia makan, mengambil tas sekolahnya dan bangkit pergi ke kamar.

Daniel mencegah Dirga masih dengan mulut yang mengunyah donat. "Gak usah disamperin."

"Lepas Niel."

"Gak akan gue lepas kalau lo bakal nyamperin dia."

Masih dengan raut wajahnya yang selalu terlihat jahil, nada suara Daniel berubah menjadi dingin. "Gue pernah bilang kan? Gak usah bersikap seakan lo jadi abang yang sempurna. Dimata dia atau kita kehadiran lo udah gak berarti lagi."

****

Akbar termenung dalam redupnya lampu kantor yang meremang. Pukul 01.00 WIB, namun tak ada sedikitpun perasaan untuk pulang, rasanya perasaan itu ikut hilang semenjak dia pergi.

Katakanlah Akbar pengecut. Dia egois karena memikirkan dirinya sendiri. Padahal di rumah ada empat orang anak yang mungkin menunggu kehadirannya untuk pulang.

Akbar mengambil sebuah figura foto seukuran telapak tangan. Foto keluarga disaat semuanya masih sangat utuh. Dia jatuh pada perasaan bersalah setiap hari. Mengapa Akbar lengah hingga tak menyadari penyakit itu menggerogoti tubuh istrinya? Mengapa ia terlalu membayangkan hal manis untuk menua bersama pada seseorang yang meninggalkannya.

Lebih baik Akbar yang pergi daripada harus menanggung rasa sakit yang tidak bisa dia jabarkan ini. Dia kalut dan kacau hingga tak memperdulikan empat anaknya yang secara alami tumbuh tanpa perhatian dalam darinya.

Jauh di dalam lubuk hatinya, Akbar takut. Akbar kecewa pada dirinya sendiri. Dia gagal memahami keadaan sebab terlalu larut dalam kesedihan dan kehilangan.





...

Continue Reading

You'll Also Like

671K 40.2K 67
[TAHAP REVISI] √ADA BEBERAPA PART YANG DIPRIVAT. √FOLLOW DULU SEBELUM BACA! √PALGIATOR HARAP MENJAUH!! Namaku Lesya Adriana. Cantik bukan? Namun tida...
161K 22.3K 35
[BTS Fanfiction : 1 of 2] Mereka dipertemukan oleh takdir yang semula terpisah kini menjadi satu kesatuan utuh. Relasi yang terbangun akhirnya sampai...
2.5K 687 41
[ Part Lengkap ] SMA Foxglove membuka pendaftaran untuk peserta didik baru; Nadine Cattleya salah satunya. Nadine termasuk murid yang ditempatkan di...
333K 21.3K 60
Attara Anastasya Ganendra, gadis yang kehidupannya berubah setelah terhantam kenyataan pahit di masa lalu membuat dirinya terhempaskan masuk ke dalam...