LDR

Von teahmanis

1.3K 157 134

⚠18+⚠ Tidak mudah menjalani hubungan jarak jauh. Rindu dan prasangka senantiasa menjadi bumbu di setiap harin... Mehr

Prolog
Putus
Kalung gembok cinta
Sweetie
Baby finger
LDR 2.
LDR 3.
LDR 4.
LDR 5.
LDR 6.
LDR 7.
LDR 8.
LDR 9.
LDR 10.
LDR 11.
LDR 12.
LDR 13.
LDR 14.
Fighting.
LDR 15.
LDR 16.
LDR 17.
LDR 18.
LDR 19.
LDR 20.

Rindu🌼

55 7 0
Von teahmanis


Flashback 2.

Rindu ...

Jeong Jimin memang pemuda yang lembut, tetapi tegas, pun ia juga seseorang yang selalu menepati janji. Sebelum Ariana menghubunginya, ia tidak akan mencoba untuk menghubungi gadisnya itu. Walaupun rindu menusuk hati setiap harinya, Jimin akan berusaha untuk menunggu. Namun pada kenyataannya, pria itu tengah gelisah.

"Mengapa dia belum menghubungiku juga? Apakah bunganya masih belum layu?" Jimin mondar-mandir di dalam kamarnya. Sudah hampir dua minggu Ariana tidak juga menghubunginya.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Jeong Jimin menatap layar ponselnya. Hatinya bergetar karena itu telepon dari Ariana.

"Halo. Ke mana saja kau? Apa kau tahu, aku menunggumu setiap waktu? Apakah kau memberi pengawet pada bunganya agar kau tidak juga menghubungiku?" Jimin menggerutu.

"Aku merindukanmu." Sepatah kata dari Ariana langsung membuatnya terpaku.

"Aku juga," gumam Jimin membalasnya.

Jeong Jimin lalu duduk di ujung kasur. Matanya mulai berair sedang mendengarkan gadisnya berbicara.

"Jeong, mengapa kau berbicara banyak seperti itu? bukannya mengucapkan kata rindu untukku, tapi kau malah menceramahiku. Bagaimana kabarmu?"

"Aku hampir mati karena menunggu kabar darimu." Jimin merebahkan diri di atas kasurnya.

"Jangan bicara seperti itu. Kalau kau mati, lalu siapa yang akan menikahiku?"

Jeong Jimin sampai tersipu malu dibuatnya.

"Kau benar, jika bukan aku yang menikahimu. Memangnya siapa lagi? Tidak akan ada pria yang mau pada gadis egois sepertimu," ucap Jimin.

Jeong Jimin merasa lega. Pembicaraannya itu membuatnya bahagia dan mampu mengurangi rasa rindunya pada Ariana selama ini. Meskipun ia harus banyak bersabar atas lamanya waktu yang harus ia relakan demi hubungan jarak jauh. Ia akan menunggu sampai pertemuan itu tiba.

***

"Aku tutup telponnya, nanti kuhubungi lagi. Aku juga akan menunggu telepon darimu. Bye ... I love you too." Ariana menutup teleponnya.

Baginya waktu berjalan sangat cepat. Kesibukan dan kerinduannya semakin menjadikannya wanita tangguh dan mandiri. Jarang mengeluh dan semakin penuh ambisi.

Walaupun demikian, ada hal yang belum pernah ia ceritakan pada Jeong Jimin. Bahwa sebenarnya, ia sering menuliskan beberapa hal tentang momen indahnya di buku diary. Senyumannya merekah setelah selesai menuliskan beberapa perasaannya kali ini. Sorot matanya berbinar menyimpan begitu banyak kerinduan dan harapan pada sang kekasih.

Apa jadinya kalau sampai Jeong Jimin tahu bahwa Ariana Go yang egois nyatanya mempunyai catatan manis tentang cinta dan perasaannya selama ini? Lembaran kertas penuh warna itu tergores tinta dengan untaian kata indah yang hanya dipenuhi oleh nama Jeong Jimin seorang.

***

Lima tahun telah berlalu.

Ribuan kata, untaian doa, serta debaran rindu telah mampu mereka lewati setiap harinya. Air mata senantiasa menjadi pelipur lara di setiap malam yang sepi.

Ariana selalu berdoa bahwa apa yang ia semogakan menjadi kenyataan. Semangatnya tetap menggebu, tidak pernah menyerah walau terkadang hambatan itu nyata adanya. Mimpinya, cita-citanya tetap menjadi prioritas utama di dalam hidupnya. Jangan bertanya siapa yang menjadi pedoman di hatinya, akan tetap sama terisi oleh satu nama yang bersemayam indah. Selalu dipenuhi oleh rasa cinta yang tidak terbatas, kekasih hati yang begitu setia menunggu dirinya. Siapa lagi kalau bukan Jeong Jimin.

Malam ini ia sedang menunggu kabar darinya. Ia tahu bahwa Jimin sedang sibuk mempersiapkan kelulusannya di universitas tempatnya merajut asa. Begitu pun dengan Ariana yang juga sebentar lagi akan menyelesaikan pendidikannya.

Ariana tidak berniat menambah masa menetapnya di luar negeri. Ia hanya ingin segera pulang membawa gelar yang sudah diraih. Ingin segera menemui keluarga dan juga Jeong Jimin. Ingin memeluknya dan mengatakan banyak hal padanya tentang kerinduan dan cinta yang semakin mendalam.

***

Jeong Jimin sudah berada di dalam kamarnya setelah seharian ia disibukkan oleh acara kelulusan di kampus. Selayaknya orang pacaran, ia merasa sangat ingin mengirimkan satu fotonya yang sedang berbahagia ketika menerima penghargaan bahwa ia menjadi salah satu mahasiswa terbaik di kampusnya. Ingin menunjukkannya pada Ariana dan mendengarkan segala pujiannya. Namun, ia juga tahu dan mengingat tentang ucapannya, bahwa mereka hanya akan berbicara di telepon. Tidak akan melihat secara fisik, lalu bagaimana mungkin Jimin akan mengirimkan foto padanya? itu hanya akan membuatnya mengingkari ucapannya sendiri. Ia juga tidak ingin membuat Ariana kecewa nantinya.

Jimin meraih ponselnya, lalu menekan satu nama di daftar teleponnya.

"Ariana."

Ariana juga dengan cepat menjawabnya hingga Jimin mengukir senyuman indah saat ini.

"Bogosipda," ucap Jimin dengan berlinang air mata.

"Apa kau menangis?" tanya Ariana.

"Tidak. Aku hanya sedang tertawa," ucap Jimin seraya berbohong. Bibirnya mengatup rapat. "Bodoh, memangnya aku harus apa? tentu saja aku ingin menangis karena aku sangat merindukanmu," ungkapnya.

"Jim, suaramu sudah banyak berubah. Aku juga merindukanmu. Mendengarmu seperti itu hanya membuatku semakin merindukanmu," ucap Ariana.

Jeong Jimin menyeka air matanya. Masih setia mendengarkan kekasihnya di telepon.

"Apakah kau tidak menyukai suaraku? Bukankah ini hal yang wajar? Ini adalah proses pendewasaan. Bagaimana menurutmu Apakah suaraku terdengar merdu?" tanyanya.

"Hm, kau terdengar seksi," pungkas Ariana yang sukses membuat Jeong Jimin termangu.

"Itu membuatku semakin penasaran, jangan-jangan tubuhmu juga berubah? Astaga, jangan bilang kalau kau melakukan work out untuk membentuk badan supaya terlihat atletis?" tanya Ariana.

Jeong Jimin terdiam mendengarkan segala penuturan itu. Terdengar seperti sebuah motivasi. Apakah Ariana memang mempunyai maksud terselubung dari ucapannya? Agar Jeong Jimin membentuk tubuhnya yang memang sudah terlihat seksi menjadi lebih hot seperti kebanyakan pria bule yang ia lihat di acara fashion show favoritnya?

Siklus pendewasaan diri memang sedang berlangsung pada Jeong Jimin. Bukan hanya suaranya yang berubah, raut wajah dan tubuhnya juga bertambah lebih manly dan semakin mengagumkan.

"Ari, sebenarnya siapa yang sedang kau deskripsikan? Itu bukanlah diriku." Jeong Jimin ingin mengujinya. "Kau jangan berekspektasi terlalu tinggi padaku, kau sedang membicarakan pria bule yang sering kau lihat bukan? Hmm, aku sama sekali jauh berbeda dengan apa yang kau bicarakan saat ini. Tubuhku gendut, pipiku chubby, dan aku juga masih pendek. Percayalah kau pasti akan kabur ketika melihatku nanti." Jeong Jimin menahan tawanya agar tidak terdengar oleh Ariana di sana.

"Oh, ya ampun, Jim. Mengapa kita ini sama? Aku juga begitu. Kesibukanku di kampus semakin membuatku malas. Sepulang sekolah aku langsung makan dan tertidur pulas. Bahkan kadang-kadang aku tidak mandi dan melupakan mencuci muka. Kulitku menjadi kering, wajahku kusam dan berjerawat, tubuhku juga gemuk. Aku tidak yakin bahwa kau akan mengenaliku nanti." Ariana membalasnya dengan lelucon yang sama.

Jeong Jimin terdiam cukup lama. Sedang berusaha membayangkan versi Ariana yang diceritakan oleh kekasihnya itu. Ia kemudian tertawa. "Kau pasti akan terlihat sangat lucu," pungkasnya.

"Apa?" Ariana terdengar kesal.

"Aku bisa dengan mudah mengenalimu dan jika aku merasa menyesal atas penampilanmu, maka aku akan dengan mudah meninggalkanmu. Aku akan melupakanmu. Apa kau dengar itu Nona Go?"

"Apa yang sedang kau bicarakan ini? Jadi kau tidak akan setia padaku? Kau mencintaiku hanya jika aku dalam keadaan cantik? Kau ini benar-benar pria menyebalkan." Ariana mencecarnya.

"Tentu saja, aku hanya akan mencintai Ariana Go yang cantik jelita. Bukan Ariana yang kau ceritakan barusan." Jimin menuturkan.

"Jim, kau .... "

Ariana tidak tahu kalau sebenarnya Jeong Jimin sedang berusaha menahan tawa.

"Baiklah, jika seperti itu maka aku akan berusaha untuk mengubah penampilanku. Aku akan rajin oleh raga, sampai tubuhku menjadi langsing dan setelah aku menjadi cantik kembali, lalu kupastikan bahwa akan banyak pria yang mendekatiku. Jika sudah mendapatkan pria yang kuinginkan, maka aku akan menunjukkannya padamu. Aku akan meninggalkanmu, Jimin."

"Apa?" bengong Jimin.

"Aku akan meninggalkanmu demi pria lain." Ariana mengulangi ucapannya.

"Kau— Jika kau berani melakukan hal itu, maka aku akan mencekikmu!" Jeong Jimin seketika marah.

"Terserah kau saja." Ariana pun tertawa di sana.

"Ari, kau akan menyesal. Aku akan memastikannya." Jimin langsung menutup teleponnya.

Mengerjapkan mata, mendengus kesal, napasnya kini terengah mengingat kembali ucapan Ariana barusan.

Di sana Ariana hanya tersenyum sedang memikirkan bagaimana raut wajah Jeong Jimin yang sedang cemburu buta.

"I love you," gumamnya dengan memandangi layar ponselnya.

Seketika ponselnya kembali berdering, Ariana tersenyum sumringah Karena Jeong Jimin kembali menghubunginya.

"Ada apa?" Ariana menjawabnya.

"Aku mendengarmu mengucapkan sesuatu. Apa kau juga pasti sedang tertawa?" tanya Jimin.

Ariana terdiam cukup lama, lalu mengukir senyuman dan merasa semakin bahagia. Feeling keduannya begitu dalam hingga mampu menembus jarak dan waktu.

"I Love you," ucap Jimin.

Ariana semakin terdiam dibuatnya.

"Sudah. Aku tutup teleponnya. Ingat ini, Nona Go. Jangan pernah berpikir untuk mengkhianatiku, apalagi mencari pria lain. Apa kau dengar itu?" tegasnya.

Ariana tak henti mengukir senyuman sembari menatap layar ponselnya.

Jeong Jimin tersenyum bahagia, hatinya menjadi begitu lega setelah mengutarakan banyak hal pada gadisnya. Kini ia bisa memejamkan mata dan tertidur dengan pulas malam itu.

***

Tinggal menghitung hari dari waktu yang telah ditentukan dan keduanya akan kembali bertemu.

Jeong Jimin sedang menyendiri di sudut ruangan, sementara teman-temannya sedang berpesta di sana. Bertempat di sebuah hotel mewah, mereka ingin menghabiskan waktu sampai pagi. Menikmati minuman serta alunan musik, bahkan mungkin ada yang sedang melakukan one night stand dengan penuh gairah di ruangan lain sebagai pembuktian cinta. Mereka bebas untuk melakukan apa pun malam itu. Mereka membuat pesta kelulusan yang khusus untuk bersenang-senang. Lantas apa yang sedang Jimin rasakan saat itu? Ia tidak tampak bahagia, dalam hatinya tengah diselimuti kegelisahan. Memikirkan apakah Ariana yang selama ini dinantikannya masih sama seperti dulu? Untuk fisik, sesungguhnya ia tidak pernah mempermasalahkan apa dan bagaimana kondisi Ariana nantinya. Entah itu gendut ataupun berjerawat. Jimin mencintainya dengan setulus hati dan apa adanya.

"Bogosipda," ucapnya sambil merebahkan diri dan menggenggam kalungnya dengan erat. Simbol cinta yang selalu menemani keseharian dan senantiasa melingkar indah di leher jenjangnya.



Weiterlesen

Das wird dir gefallen

56.2K 5.2K 31
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
396K 31.9K 63
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
873K 38.6K 97
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
5.6M 331K 17
"Ayang pelukkk" "Yang kenceng meluknya" "Ayang mau makannn" "Ayangg ciummm" "Ayanggg ikutt" "Ayanggggg" Pertamanya sok-sok an nolak.. Ujung-ujun...