暗いの光 / DARKLiGHT [IDOLiSH7 Fa...

By sochannn_

3.7K 508 179

「 Alternate Title: 2nd Song of Desperation 」 "Tidak ada yang memahami kami. Tidak ada satu pun orang yang mam... More

✖Warning✖
✖Chapter 1✖
✖Chapter 2✖
✖Chapter 3✖
✖Chapter 4✖
✖Chapter 6✖
✖Chapter 7✖
✖Chapter 8✖
✖Chapter 9✖
✖Chapter 10✖
✖Chapter 11✖
✖Chapter 12✖
✖Chapter 12.5✖
✖Chapter 13✖
✖Chapter 14✖
✖Chapter 15✖
✖Chapter 16✖
✖Chapter 17✖
✖Chapter 18✖
✖Chapter 19✖
✖Chapter 20✖
✖Chapter 21✖
✖Chapter 22✖
✖Chapter 23✖
✖Chapter 24✖
✖Chapter 25✖
✖Chapter 26✖
✖Chapter 27✖
✖Chapter 28✖
✖Chapter 29✖
✖Chapter 29.5✖
✖Chapter 30✖
✖Chapter 31✖
✖Chapter 32✖
✖Chapter 33✖
✖Chapter 34✖
✖Chapter 35✖
❌ Talk Corner #1 ❌
✖ Chapter 36 ✖
✖ Chapter 37 ✖
✖ Chapter 38 ✖

✖Chapter 5✖

93 16 7
By sochannn_

Cw // drunk

♤♤♤

"Nee... Tenn-nii~ Kenapa kau bisa dekat dengan Iori...?" tanya Riku sambil menyandarkan kepalanya pada pundak Tenn dengan nada yang melantur dan wajahnya yang memerah. Kaleng alkohol yang tadi ia pegang ia jatuhkan ke bawah seselesai ia meminumnya.

"Memangnya gak boleh?" Tenn menatap sinis Riku, "Itu semua karena salahmu, kau tahu?"

"Hee~ Memangnya apa salahku~?" Riku memeluk lengan kiri Tenn.

"Kau tidak bangun-bangun jadi aku pikir bila aku dekat dengan Iori, kau akan terpengaruh untuk bangun," Tenn berusaha melepaskan diri dari Riku yang masih memeluk lengan kirinya. Tenn menghela nafas berat, "Makanya aku malas denganmu yang sudah mabuk begini! Kau benar-benar lemah dengan alkohol ya, Rik!"

"Lah, gak ngaca. Tenn-nii juga cuman minum setengah kaleng ngomongnya langsung ngelantur! Sama aja dong!"

"Ya, setidaknya aku gak bakal meluk-meluk orang lain!"

"Hee~" Riku malah memeluk leher Tenn dengan senyuman polosnya, "Aku kangen Tenn-nii~ Udah... Aku gak tahu udah berapa tahun tapi aku kangen~"

Tenn masih berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Riku, ia terus menerus mendorong pipi kiri Riku dengan tangan kirinya.

"Tenn-nii memangnya tidak kangen aku~?"

"Yaa, kangen lah!"

"Peluk dong!"

Tenn akhirnya menyerah. Ia pun memutuskan untuk mengelus-eluskan kepala Riku dengan tangan kirinya.

"Hehehe...," Riku tertawa seperti anak kecil.

"Nee, nee, Tenn-nii~"

"Apa?"

"Tenn-nii kenapa bisa dekat dengan Iori?"

"Bukannya tadi aku udah jawab?"

"Iya kah? Oh...," Riku melepaskan pelukannya dari Tenn dan malah mencengkram kerah baju milik Tenn dengan tangan kirinya, "Kenapa kau mendapatkan warder perempuan sedangkan aku laki-laki?"

"Haahh...? Apa yang kau bicarakan, Riku?"

"Kenapa aku diperlakukan berbeda? Kau akan diperlakukan secara halus sedangkan aku secara kasar, gak adil banget, dah," Riku mengeluarkan tiga kunai di antara jari-jari tangan kanannya, "Kau mau mati, kah?"

"Kau menantangku? Ayolah, maju!" Tenn mengeluarkan kapak besarnya dari tangan kanannya.

"Hee~ Meskipun mata Tenn-nii muncul segel sekarang?"

"Kau juga!"

"Apakah ada cara untuk menghancurkan segel ini? Mengganggu sekali rasanya~," Riku melepaskan tangan kirinya dari kerah baju Tenn dan mengeluarkan satu kunai di sana. Ia mengarahkannya pada matanya sendiri, "Kalau aku hancurkan bola mataku gimana?"

"Hah? Mau kubantu?"

Duuarr!

"Ittai!" seru Riku.

Petir yang entah datang darimana tiba-tiba sedikit menyambar kedua tangannya, menyebabkan Riku menjatuhkan kunai-kunai yang ia pegang. Tenn yang melihat hal itu langsung mengarahkan pandangannya ke sisi kanannya—ke arah dalam istana.

"Pawangmu datang, Rik," ujar Tenn sambil menyikut Riku. Sambil meringis kesakitan ia mengarahkan pandangannya ke arah dalam istana lalu ia menatap jengah Tenn. "Pawangnya Tenn-nii juga datang!"

"Apaan nih pawang-pawangan?" tanya Ren setibanya di balkon.

Angel yang berada di sebelah Ren menyatukan kedua tangannya dan hal itu menyebabkan timbul suara 'prok' sekali. "Oke, jadi coba jawab pertanyaan sensei, ya! Jawab jujur, gak boleh bohong. Bohong dosa soalnya, ya. Siapa yang mulai minum alkohol ayo?" tanya Angel dengan nada bicaranya yang seakan ia sedang berbicara dengan anak TK.

"Riku." "Tenn-nii." Tenn dan Riku memberikan jawaban yang berbeda. Mereka pun saling tatap.

"Apaan coba, Tenn-nii duluan yang minum setengah kaleng!" omel Riku.

"Tapi 'kan akhirnya kau juga minum setengah lagi!" Tenn berusaha membela diri.

"Tapi Tenn-nii yang duluan minum!"

"Hai' ayo, anak-anak. Jangan berantem," Ren menepuk-nepukkan kedua tangannya beberapa kali, "Nah, sekarang coba jawab pertanyaan kedua. Mending disetrum, diiket atau dipukul?"

"Dibelai aja gak, sih," Tenn memutar bola matanya dan menghilangkan kapak besar di tangannya, "Tuh, aku sudah tidak bersenjata. Jadi, tolong belai aku, Angel."

"Hai' Tenn dapat pukulan!" Angel menjitak keras kepala Tenn.

"ITTAI!!!" Tenn berteriak. Seselesai Angel menjitak kepala Tenn, Tenn langsung berjongkok dan memegangi kepalanya.

Angel menatap Tenn dengan tatapan tajam, "Kau bukannya sudah kubilang untuk tidak minum alkohol, hah?!"

"Memangnya kenapa?! Kau pikir aku tidak lelah dengan hari ini?! Aku juga perlu refreshing!" tanya Tenn kesal.

"Ya, jangan alkohol napa, dah. Kau minum alkohol bukan jadi santai malah jadi tambah stress. Udah stress tambah stress, gue stress ngurusin lo!" omel Angel.

Melihat Tenn dimarahi, Riku jadi tergelitik untuk menertawainya. Ya, jadinya ia menertawakan kakaknya itu.

Tenn menyatukan rahang atas dan bawahnya, "Ghh... Ketawa lo! Oi, Ren—"

"Hai', Riku disetrum!" Ren langsung mengarahkan tangannya dari atas ke bawah. Muncullah halilintar dari langit dan menyambar tubuh Riku sebentar sehingga tidak menyebabkan Riku pingsan atau mengalami luka parah. Tapi, hal itu sukses membuat Riku marah.

"KENAPA AKU JUGA KENA?!" tanya Riku dengan ketus.

"Karena kau minum alkohol," jawab Ren dengan santai.

"Tapi, 'kan kau juga tidak bilang kalo aku tidak boleh minum alkohol! Bukan salah aku, dong?!"

"Yaudah, Ren juga dapet hukuman, deh," Angel meletakkan tangan kanannya di atas kepala Ren lalu mengangkatnya lagi, "Udah."

"Tch, pilih kasih." "PILIH KASIH!!!" Tenn menatap Angel malas sedangkan Riku meninggikan suaranya sambil menunjukkan jari telunjuknya pada Angel. Angel malah tertawa puas.

"Oh ya, Ren-kun!" seru Riku sambil perlahan mendekat ke arah Ren, "Aku ingin berterima kasih padamu!"

"Hah? Kok—" "Ssstt! Kau diam." Ketika Tenn ingin menanyakan sesuatu, Angel menyuruhnya untuk diam.

"Untuk apa?" tanya Ren sambil perlahan ia mundur beberapa langkah.

Melihat apa yang dilakukan Ren, Riku dengan gesit berusaha untuk memeluk Ren. Namun Ren menghindarinya. "Hee~? Kenapa kau tidak ingin aku peluk?"

"Kita jelas-jelas baru kenal, Riku! Gak usah pakai peluk-peluk segala!"

"Ren-kun, kaku banget, dah!" Riku tetap ingin memeluk Ren sedangkan Ren masih berusaha untuk menghindar.

Beberapa kali percobaan Riku untuk memeluk Ren gagal. Ren bahkan sudah beberapa kali memberi Angel kode untuk menolongnya tapi Angel malah tersenyum miring dan menggelengkan kepalanya. Otomatis Ren langsung menggumamkan kata 'sialan' pada Angel. Sepertinya, Angel terlihat sangat menikmatinya.

Ren rasanya ingin menyambar Riku dengan petirnya lagi tapi ia tahu bahwa bila ia melakukannya, ia mungkin akan menyebabkan masalah baru lagi yang lebih besar daripada saat ini. Ren memutar bola matanya. Akhirnya, ia menyerah, "Yaudahlah."

Ia diam di tempat dan membiarkan Riku memeluk lehernya dari samping. "Yeaay~!" Riku tersenyum girang. "Terima kasih telah memberiku foto tadi, Ren-kun~! Aku jadi tahu kabar Iori, Mitsuki dan Banri-san!"

"Hm," Ren menjawab malas dan mengangguk. Ia masih kesal dengan kenyataan bahwa ia kalah dalam pertarungan mau-peluk-tidak-mau-dipeluk ini.

Tak hingga satu menit, tiba-tiba Riku yang daritadi cengengesan malah terdiam, ia mengubah posisinya menjadi menghadap Ren dan memeluknya dari depan. Ia memeluknya dengan sangat erat.

Ren yang tadi sangat tidak ingin dipeluk oleh Riku kini tidak komplain apa-apa ketika Riku mengubah posisinya. Kedua mata Ren bercahaya memancarkan sinar berwarna ungu.

Angel dan Tenn yang melihat kejadian itu jadi membelalakkan kedua mata mereka. Masih dengan mata yang terarah pada Riku dan Ren, Tenn berdiri.

Riku melepaskan pelukannya dari Ren tetapi kepalanya masih menyandar pada pundak kiri Ren. Tanpa mengangkat kepalanya dari pundak Ren, perlahan, Riku mengalihkan pandangannya pada Tenn dan Angel.

"Fu... Haha...," Angel tertawa canggung, "...Bahkan tidak perlu membuat Riku tertidur dahulu..."

Kedua mata Tenn bergetar ketika ia melihat ada sesuatu yang berubah dari Riku. Ia tidak mengerti mengapa bisa demikian.

Iya. Kedua mata Riku berubah warna menjadi warna kuning. Dengan tulisan segel berwarna merah di tengah matanya. Kedua mata tersebut memancarkan kemarahan terhadap seseorang. Entahlah siapa seseorang tersebut.

Menyadari bahwa yang sedang bersandar padanya bukanlah Riku, Ren menghela nafas. Lalu, ia membisikkan sesuatu pada orang itu. Mendengar bisikan Ren, ia malah terlihat kesal, ia mengepalkan kedua tangannya dan menyatukan rahang atas serta bawahnya. Ia kembali membenamkan wajahnya pada pundak Ren.

"Souka, itukah pilihanmu?" Ren mengarahkan jari telunjuk tangan kanannya pada leher orang itu. Dengan sengatan listrik berwarna ungu yang keluar dari ujung jari Ren, Riku menutup matanya dan pingsan.

Kedua mata Ren tidak bercahaya lagi, ia menangkap tubuh Riku yang hendak terjatuh itu dan meletakkannya di atas lantai balkon. Ren menatap sebentar wajah Riku.

"Ini sudah waktumu untuk tidur..."

"...Erin."

"E... rin...?" tanya Tenn kebingungan.

"Kau jangan bilang tentang ini ke Riku ya, Tenn," Angel mengingatkan Tenn.

Tenn menatap Angel tidak percaya. Iya, benar. Ia tidak menyangka bahwa Erin dapat mengambil alih tubuh Riku karena setahunya, Erin sudah benar-benar menyatu dengan Riku sehingga tidak mungkin bagi Erin untuk bangun. Tapi, kenyataan dengan apa yang ia pikirkan selama ini benar-benar berbeda.

♤♤♤

Setelah Tenn meletakkan Riku di atas kasur, Tenn segera keluar dari kamar Riku. Meski efek alkohol masih ada dalamnya tapi setidaknya pikirannya masih cukup jernih. Ia masih bingung dengan kejadian tadi. Selain itu, ia juga merasakan ketakutan yang besar di dalam dirinya. Ia terus bertanya-tanya di dalam hatinya. Mengapa? Mengapa hal itu dapat terjadi?

Banyak yang berubah sejak markas milik Yuki ini berubah menjadi rumah yokai, terutama peletakkan kamar di sana. Kamar Riku ada di lantai 3, selain Riku, ada Tenn, Nagi, Ren dan Angel yang tinggal di lantai tersebut. Kamar Tenn berada tepat di sebelah kiri kamar Riku namun saat Tenn ingin membuka pintu kamarnya, ia menemukan solusi yang dapat menjawab pertanyaannya.

Ia pun memutuskan untuk pergi ke kamar yang terletak di paling ujung, kamar milik Angel. Benar, ia akan meminta Angel untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di benaknya.

Tenn mengetuk pintu kamar Angel. "Wait," Angel menyahut. Terdengar bahwa ia sedang berjalan mendekat ke pintu. Tak berapa lama kemudian, Angel membuka pintu kamarnya.

"Oh, Tenn. Kenapa?"

Sebelum ia menjawab pertanyaan Angel, Tenn terlebih dahulu mengepalkan kedua tangannya. "Nee," Ia melihat ke sisi lain lorong.

"Jika Erin masih bisa terbangun di tubuh Riku, apa...," Tenn menggigit bibirnya sedikit, ia merasa sedih sekaligus kesal saat ia hendak menyebutkan sebuah nama, nama yang seharusnya tidak perlu disebutkan lagi.

Tenn menatap Angel lagi, "...Sardinia juga masih bisa terbangun di tubuhku?"

Kedua iris mata Tenn bergetar, ia takut bahwa dugaannya itu benar.

Angel menatap mata Tenn dalam-dalam, mencoba menerka apa yang kira-kira dipikirkan Tenn. Lalu, ia tersenyum, "Iya, dia masih bisa terbangun di tubuhmu. Maa... Dalam situasi tertentu saja, sih."

"Situasi tertentu? Situasi seperti apa?"

Angel mengangkat bahunya, "Saa, suka-suka dia."

"Kalau dengan kasus Riku dan Erin tadi..."

"Ah... Itu...," Angel tertawa kecil karena ia mengetahui kemungkinan besar Erin terbangun karena apa, "Selama ia masih mengambil alih penuh tubuh Riku, mungkin tidak terlalu jelas tapi bila sudah begini benar-benar terlihat jelas."

"Jika Sardinia tiba-tiba mengambil alih tubuhku, apa yang akan kau lakukan?"

"Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu yang itu."

Tenn terkejut, "Nande?"

"Kalau itu sudah tentu terserah sang warder 'kan?"

"Kau... Tidak tertarik untuk memberitahuku?"

"Tidak. Mustahil. Karena akan menimbulkan masalah yang besar baik bagiku maupun bagimu."

Tenn menundukkan kepalanya. Ia merasa marah namun kesedihan lebih dominan di dalam hatinya. "Sebenarnya, tugas warder itu apa?"

Angel memiringkan kepalanya, "Kenapa kau menanyakan hal itu? Bukankah kau sudah tahu?"

"Tidak mungkin hanya mengawasi 'kan? Buktinya, kau memasangkan segel padaku. Segel itu... Fungsinya untuk membagi kekuatan besar di dalam Angra Mangiu pada warder, 'kan? Agar ketika Angra Mangiu mengamuk, warder memiliki kekuatan yang cukup untuk menenangkan Angra Mangiu. Tapi... Aku rasa tidak sesederhana itu. Pasti ada alasan lain, 'kan?"

"Hmm...," Angel berpikir sejenak. Tak lama kemudian, ia menyilangkan kedua lengannya, "Sou da nee... Warder juga bisa meringankan beban yang dipikul Angra Mangiu. Kekuatan gelap yang besar itu membuat pikiranmu jadi kacau sehingga kau kesulitan untuk berpikir secara manusiawi."

"Kau ingat Tsukumo itu 'kan? Aku tidak pernah bertemu dengan bapak yokai itu secara langsung tapi aku dengar dia itu membagi-bagikan kekuatannya dalam beberapa wujud. Apa kau tahu apa alasannya ia melakukan itu?"

Tenn menggelengkan kepalanya.

"Itu karena bila hanya satu wadah saja, ia akan benar-benar kehilangan akal sehatnya. Bayangkan, Tsukumo yang sudah membagi-bagikan kekuatannya itu saja sudah gila apalagi tidak sama sekali?"

"Lagian, Tenn... Bukankah kau sadar bahwa... Setelah aku memasang segel padamu, sifat lamamu... Sifat originalmu sebelum kau menjadi Angra Mangiu itu kembali?"

"Memangnya kau tahu sifat lamaku sebelum menjadi Angra Mangiu itu bagaimana?"

"Tentu lah."

"Bagaimana caranya?"

"Warder harus mengetahui asal-usul Angra Mangiu yang ia awasi. Mau jiwa manusianya ataupun jiwa yokai-nya. Yaa, aku mencari tahu lah. Oh, lebih tepatnya, harus benar-benar mengenal kedua jiwa tersebut."

"Setelah itu? Apa yang akan kau lakukan? Setelah mengenal kami?"

"Itu kalian sendiri yang memutuskannya. Kau dan Sardinia."

"Aku dan Sardinia?"

Angel mengangguk, "Iya."

"Lalu... Kau bagaimana...?"

"Aku...? Aku akan terus mengawasimu. Yang penting aku sudah tahu kau dan Sardinia karakternya seperti apa."

Tenn menatap Angel tidak percaya. "Apa tidak masalah?"

"Kenapa memangnya?"

"Hidup terlalu lama itu menyakitkan, loh."

"Kenapa, nih? Kau mencemaskanku?" Angel malah tersenyum menyeringai.

"Aku sedang tidak bercanda, Angel," Tenn memberikan tatapan yang serius, "Kau benar-benar tidak masalah dengan... Dengan mengawasiku terus? Apa kau... Kau tidak memiliki mimpi? Kau menjadi yokai karena ada sesuatu yang ingin kau raih, 'kan?"

"Oh, sudah aku raih, kok."

Tenn mengernyitkan dahinya, "Nani?"

"Sudah kuraih, kok," Angel menundukkan kepalanya dan tersenyum sedih, "Jauh sebelum kau terbangun."

"Lalu... Kenapa... Kenapa kau tidak menghilang? Bukankah setelah harapanmu terwujud..."

"Aku warder, Tenn. Aku akan menghilang jika tugasku itu sudah selesai."

"Kapan tugasmu itu selesai?"

"Kau benar-benar ingin mengetahuinya?"

"Aku sudah tidak tahan untuk tidak menanyakannya karena... Bukankah pekerjaanmu sebagai warder itu merepotkan? Membosankan namun sangat menyakitkan. Kau akan sering disakiti oleh Angra Mangiu-mu. Meski demikian, kenapa kau tidak lari?"

Angel tidak langsung menjawab, ia berpikir terlebih dahulu sejenak. "Tugas warder itu..."

"...membuat Angra Mangiu itu jatuh cinta pada warder."

...

"Hah? Kau tidak lagi bercanda, 'kan?"

Angel menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku serius."

"Aku tidak percaya, kau saja tidak pernah bersikap seperti sedang jatuh hati padaku..."

Angel terbahak, "Yaa, lagian siapa juga yang mau kehidupan percintaannya diatur! Aku juga gak tertarik untuk menyukai orang sepertimu!"

"Yappari, kau tidak serius!"

"Gomen, gomen," Lalu, Angel melihat ke arah jam dinding di dalam kamarnya, "Sudah jam 1 subuh. Oh! Tenn, besok 'kan kau ada kerjaan jam 10! Tidur, gih!"

"Chotto—Kau belum memberitahuku tugasmu yang sesungguhnya!"

Angel hendak menutup pintu kamarnya tanpa merespon permintaan Tenn. Tenn segera menahan pintu tersebut agar tidak menutup.

"Matte, Angel! Jangan menghindari pertanyaanku!"

"Kau cari tahu sendiri saja!"

"Hah?"

"Kalau kau tidak mau mencari tahu, ya sudah, kau lebih baik tidak mengetahuinya."

"K-Kenap—"

Tiba-tiba Angel tertawa kecil. Tenn yang melihat hal itu semakin bingung dengan perilaku Angel sekaligus kesal.

Tak lama kemudian, Angel menatap Tenn dengan senyuman di wajahnya, "Memang aku bilang sifat originalmu kembali... Tapi... Kayaknya dulu, sebelum kau menjadi Angra Mangiu, kau tidak seterbuka ini."

Tenn terdiam. Ia terkejut mendengar pernyataan Angel.

"Arigatou, Tenn. Sudah mencemaskanku. Tapi, tenang saja...," Angel menunduk, "...Aku sendirilah yang meminta diriku untuk diubah menjadi yokai... Aku sendiri yang mencalonkan diri untuk menjadi warder. Jadi, mau seberat apapun tantanganku menjadi seorang warder, aku tidak akan lari. Karena itu sudah menjadi pilihanku."

"Kenapa kau mau menjadi warder?"

"Aku punya alasan tertentu. Jaa, oyasumi, Tenn!" Angel hendak menutup pintu kamarnya.

"Sebentar, satu lagi!"

"Ih, apalagi, sih? Buset dah nih orang," Angel menatap malas dan kesal Tenn.

"Kujo--," Tenn menggelengkan kepalanya, "Nanase Tenn atau Sardinia. Yang mana yang akan kau pilih?"

"Tidak ada."

Tenn's POV:

Bohong.

Kau pasti berbohong.

Kau selalu seperti itu.

Setiap kali aku bertanya hal terkait dengan warder atau Angra Mangiu... Kau selalu menjawab dengan fakta dan kebohongan yang bercampur. Hingga kadang aku tidak dapat mengetahui lagi mana yang benar.

Kenapa?!

Selama 3 tahun ini... Dibandingkan dengan Iori... Aku paling dekat denganmu! Tapi...

Kau selalu menjaga jarak denganku! Memang kelihatannya kau dekat-dekat saja denganku dan kau terlihat cuek... Tapi, aku tahu banyak sekali rahasia yang kau simpan sendiri!

Ceritalah padaku! Jangan selalu saja...

....

Ah...

Aku baru sadar...

Bahkan aku sendiri tidak pernah menceritakan pengalamanku pada Angel... Dia tidak pernah bertanya seperti Tsumugi yang sering menanyakan kabarku...

Tapi... Angel...

...Selalu saja... Dapat mengerti... Apa yang aku inginkan... dan rasakan.

Namun... Di saat yang sama... Matanya tidak melihatku.

Ia tidak pernah menatapku.

Dia perhatian denganku tapi dia sendiri tidak pernah benar-benar melihatku...

Yang artinya...

"Kau lebih memilih Sardinia, 'kan?!"

Aku berseru. Aku benar-benar kesal. Untuk pertama kalinya di dalam hidupku... Aku kesal dengan keadaan hubunganku dengan orang lain.

Padahal saat sebelum aku menjadi Angra Mangiu, hubunganku dengan Gaku dan Ryuu juga sama seperti ini. Tapi, bedanya aku ada di posisi Angel.

Sepertinya... Aku sedikit mengerti dengan perasaan Gaku dan Ryuu ketika aku tidak banyak cerita pada mereka.

Kalau begitu...

Angel benar-benar menganggap...

Hubungan kita ini hanya sebatas Angra Mangiu dan warder. Tidak lebih.

Ah... Pada akhirnya, tidak ada seorang pun yang mampu mengerti aku.

Tch. Bodoh sekali.

Aku sudah mengetahui fakta ini dari lama.

Tapi kenapa sekarang aku malah mengeluh?

"Kau tahu, Tenn..."

Aku menatap Angel dengan pandanganku yang terhalangi oleh tulisan segel. Kedua mata Angel juga bersinar.

"...Untuk dirimu yang saat ini, kau lebih baik mengenal hatimu sendiri. Apa yang benar-benar kau inginkan saat ini."

....

Yang kuinginkan saat ini...?

Aku...

"Apa yang benar-benar kau inginkan sedari dahulu... Saat sebelum kau terkurung di dalam kota..."

Ingin...

"...Wujudkan keinginan itu... Tapi..."

Diperhatikan...

Aku ingin merasakan...

"...Jangan gunakan cara yang membabi buta. Sekarang... Bila kau merasa bahwa sebaiknya kau menghentikan sesuatu hal dan memulai hal lain..."

...Kehangatan yang pernah aku rasakan...

...Yang benar-benar... Aku tidak ingin pernah lepaskan...

Aku ingin mengetahuinya...

"Lakukanlah," Angel menutup pintu kamarnya.

...Apakah kecupan pada kala itu...

...Nyata atau tidak...

Aku ingin... Mencarinya...

Setetes air mata jatuh dari mata kiriku.

Aku sudah muak...

Setelah menjadi Angra Mangiu... Perasaanku menjadi sangat hampa.

Aku tidak bahagia setelah menjadi idol lagi. Aku banyak mengacau selama aku menjadi idol. Meski itu hanya di belakang panggung tapi... Tetap saja 'kan?

Astaga...

Ini tidak seperti diriku sendiri.

Aku ingin orang itu...

Aku ingin 'dia'...

Mengembalikanku...

...Menjadi seperti semula...

♤♤♤

Author's POV:

Setelah sepenuhnya menutup pintu kamarnya, Angel duduk di lantai dan memeluk kedua lututnya. Tiba-tiba, ponsel di saku celananya bergetar. Ia pun mengambil ponselnya itu dan mengangkat panggilan tersebut.

"Nagi... Kenapa...?" tanya Angel.

"Hello, my Angel. Aku mendengar Kujo-shi berteriak tadi dan ada suaramu samar-samar. What's wrong?"

"Tch. Biasa lah... Sifat alami Angra Mangiu."

"Oh, what's that?"

"I think he starts to feel jealous with his own yokai."

"Why?"

"Entahlah, aku juga tidak mengerti. Mungkin setelah melihat Erin mengambil alih tubuh Riku tadi, ia jadi takut. Takut bila posisinya digantikan oleh Sardinia suatu saat. Juga, dia takut bahwa aku lebih memilih Sardinia daripada dirinya."

"Kau memilih siapa, Angel?"

"Saa. Tapi mungkin..."

-to be continued...

♤♤♤

Kalian pasti sadar bahwa makin lama ini makin fokus ke Tenn. Nah, jadi... Kalau di book 1 itu fokus ke Riku & Erin aja, kalo di book 2 ini aku fokus ke Tenn dan Riku beserta yokai² mereka. Jadi, yaa... Aku bakal ceritain tentang keadaan 4 karakter utama kita bergantian wkwkkwk

Semoga kalian mengerti, yaa. Terima kasih semuanyaa🥺🥺

Jangan lupa vote dan comment, ya! And if you want to support me, you can click the link on my bio!

Jaa nee~

Continue Reading

You'll Also Like

71K 6.4K 40
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
340K 3.8K 81
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
838K 40.4K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
425K 34.3K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"