KOSAN CERIA

By PaiBian

170K 16.9K 3K

Asti tidak menyangka Kosan Ceria yang kadang membosankan di setiap harinya karena hanya diisi oleh si Hana, s... More

1 - Kos Ceria
3 - Peluk Cium Peluk Cium
4 - Malam Pertama
5 - Keseruan Malam Pertama
6 - Telanjang Dada
7 - Link Haram
8 - Bewok Banyak Bulunya
9 - Gigit Bibir
10 - Tegang
11 - Simulasi Punya Anak
12 - Adam Sialan
13 - Keluar di Toilet
14 - Mesum
15 - Sesama Perempuan
16 - Burung Keras dan Nasib Menyedihkan
17 - Kado Misterius untuk Bang Adam
18 - Bu Kos Balik!
19 - Menusuk Sampai Jantung
20 - Bubur Penghibur
21 - Hot Sexy
22 - Tetangga Baru
23 - Es Dung-Dung yang Bikin Bingung
24 - Perhatian Prihatin
25 - Kaos Kutang Bikin Melayang
26 - Kepulangan Si Hana
27 - GUE CAPEK!
28 - BEKAS MASA LALU
29 - MASALAH SI HANA, MASALAH WARGA KOSAN JUGA
30 - Dibuat Lemas Akbar
31 - Rian Asti Emosi
32 - PASAR SIAL
33 - AKBAR BAIK TAPI KENAPA?
34 - AKBAR RIAN BIKIN PENASARAN
35 - OM DIYAT DAN PERDEBATAN YANG TIADA USAINYA
36 - AKU CEMBURU
37 - TIAP MASALAH PUNYA JALAN KELUAR
38 - Aku Pacarnya Akbar
39 - DIBANGGAKAN
40 - DIA KABUR!
41 - Bu Kos & Ustaz Jamili
42 - Salah Semua
43 - Rian dan Perhatian
44 - Ide Liar dan Membahayakan
45 - Perjanjian Permainan
46 - Gibah
47 - Permainan Itu Ada Lagi
48 - Pengakuan Si Hana
49 - Bukan Kabar Burung

2 - Penghuni Baru

12.3K 869 166
By PaiBian

• selamat membaca •
-------------

* sebelumnya, aku mau ngasih tahu kalau kosan ceria ada versi chat keseharian mereka. diupload di instagram @ haii.pai, di sana banyak keseruan warga kosan.

__________

02 - Penghuni Baru

°°°

"Kali ini kuncinya gue aja yang bawa ya," ucapku pada Hana, Icha, dan mungkin Wahyu serta Malik juga mendengarnya karena kami keluar dari kosan sama-sama, alias kosan jadi tidak ada penghuninya musabab memiliki kegiatan masing-masing. Aku ke tempat kerja dan yang lainnya ke kampus masing-masing.

Di Kosan Ceria bukos memberikan fasilitas kunci cadangan kepada para penghuni sebanyak dua biji, satu untuk para gadis dan satu untuk para lelaki, alasannya karena bukos tidak selalu tinggal bersama di kosan tapi di seberangnya. Itu pun dengan catatan tidak boleh hilang dan harus tetap menuruti peraturan kos yang sudah ditetapkan, nanti akan kau jelaskan peraturannya kalau sudah saatnya, sekarang aku harus bekerja di Yang Kusayang.

"Ya udah kalau gitu. Oh iya, mungkin gue bakal agak telat baliknya ada kegiatan organisasi. Gue berangkat ya."

"Gue juga, Sti."

Kalau yang berpamitan pertama itu si Hana, dan yang kedua ini si Icha dengan raut tidak bahagia yang selalu ditunjukkannya akhir-akhir ini. Sepertinya aku sebagai gadis paling pengertian di kosan harus menanyakan apa masalahnya, barangkali ada hal yang ingin diungkapkan tapi bingung harus cerita pada siapa.

"Aing sama si Malik juga ya," kata si Wahyu dengan aksen Sunda-nya mentang-mentang orang Bandung.

"Oke. titidj. Hati-hati di jalan."

Mereka hanya mengacungkan jempol dan berjalan menuju arah yang sama di mana kendaraan umum biasa lewat, tidak jauh dari kosan ini ada halte bus yang biasa mereka tumpangi sebagai kendaraan. Wahyu dan Malik ada di satu kampus yang sama dengan Hana, tapi Ica berbeda sendiri, mungkin itu sebabnya dia juga jarang bercerita di kosan.

Aku berangkat menuju arah sebaliknya karena warung kopi berada di selatan. Melihat kunci di tangan berhasil membautku tersenyum kegirangan, sepertinya kesempatan untuk bisa jadi penghuni pertama yang bertemu dengan si ganteng pengisi lantai dua itu akan segera terwujud. Aku akan mencari banyak alasan supaya bisa menemuinya, kalau perlu kabur, tidak masalah.

"Sti! Bareng," panggil seseorang yang ternyata Bu Kos dan langsung menyejajarkan posisi berjalannya di sampingku. "Mau ngopi nih gue."

Sebentar, sepertinya aku memiliki ide. "Bu Kos, nanti penghuni barunya beneran bakal dateng 'kan?"

"Semangat bener lu pagi-pagi udah nanyain laki aje." Wanita penagih uang kos itu terkekeh. "Tadi dia udah sms mastiin bakal dateng sorean, sekarang lagi urus barang-barang. Katanya sih perlu bantuan anak-anak juga, barang bawaannya banyak kali. Nanti sore anak-anak bakal udah pada balik kagak ye?"

"Si Hana sih bilangnya bakal agak telat. Si Malik sama si Wahyu belum tahu, jangan berharap sama mereka, Bu, kalau bisa juga ngaret paling. Tapi kayaknya si Ica bisa, dia kayak jam biasanya aja jam tiga atau empat."

"Ah si Ica klamar klemer gitu orangnya kayak kagak punya semangat hidup."

"Ih Bukos parah." Jujur aku tidak bisa menahan tawa, walau kasihan tapi si Ica memang begitu konsep kepribadian yang ditunjukkannya. "Asti cantik ada ide, gimana kalau Bukos bantu ngomong ke Om Diyat biar Asti dibiarin pulang sore. Alesannya apa kek gitu, daripada Bukos bantuin si penghuni baru sendirian, jadi lama dan capek."

"Ah lu, emang akal-akalan lu doang kepengen lihat orang cakep."

"Namanya juga cewek lihat cowok cakep wajarlah Bu, berarti Asti enggak lagibete."

"Emangnye kalau bete nggak suka sama yang cakep?"

Duuh, jadi bingung gimana jelasinnya. "Kalau bete, Asti lebih suka diskon dari Bukos, hehe."

***

Di warung kopi Yang Kusayang pelanggannya belum begitu banyak, lebih tepatnya hanya baru ada Bukos saja. Pak RT yang biasanya sudah pasti datang ke sini pagi-pagi saja belum kelihatan batang hidungnya yang seperti jambu air itu, tidak tahu ke mana tapi jika arah angin tidak salah memberi kabar sebentar lagi laki-laki paruh baya itu akan segera datang.

"Bukos pagi-pagi udah ngopi aja, udah makan roti belum sebelumnya?" tanya Om Diyat yang duduk di kursi kebanggaannya, di dekatku yang sedang membersihkan beberapa barang. "Nanti asam lambung kambuh, diare, bahaya, masuk rumah sakit."

"Buset congornye, doain gue yang baik-baik kek lu, Yati!" protes Bukos yang tadi memesan kopi gayo dan sekarang sedang dibuatkan oleh si Rian.

"Diyat, Bu, Diyat. Nama saya jangan diganti terus gitu dong. Yang namanya Yati nggak ada yang setampan saya dan seperkasa saya, Bu." Om Diyat memang kerap kali dipanggil Yati bukan tanpa alasan, itu nama lain yang diberikan Ibu-Ibu sini sebab selalu ikut menggosip.

"Perkasa kalau belum kawin percuma. Cari calon bini kek lu, Yat."

"Biasalah Bukos, Om Bos belum bisa berpaling dari Tante Mar---" perkataan si Rian tidak dilanjutkan sebab mendapat tatapan tajam dari Om Diyat.

"Potong gaji nih!" ancamnya yang selalu begitu.

"Tante siapa, Yan?" tanya Bukos pada si Rian yang masih enggan untuk berbicara.

"Adalah, Bu. Rahasia hati itu, nenek-nenek nggak boleh kepo," sahut Om Diyat.

"Nenek-nenek gini juga masih bahenol." Tidak lama si Rian menyodorkan kopi gayo pesanan Bukos yang baru selesai dibuatnya. Menyeruput, aku berharap Bukos benar-benar meminta izin pada Om Diyat untuk membiarkanku pulang lebih awal. "Oh iya, Yat. Nanti sore gue perlu bantuan si Asti buat masak sama nyambut anak kos baru yang mau dateng. Temen-temen kosnya pada nggak balik cepet, jadi kagak bisa bantuin gue. Boleh, ya?"

Akhirnya!! Bukos benar-benar meminta izin, biasanya kalau seperti ini pasti dizinkan. Ayolah Om Diyat berikan izin, jangan menatapku curiga seperti sekarang. Sepertinya dia tidak yakin ini murni atas permintaan Bukos, padahal aku jarang sekali berbohong,

"Bukan Asti yang minta itu, Om. Beneran murni karena Bukos minta tolong." Si bujangan lapuk itu malah memberiku tatapan menyipit seraya bersilang tangan. "Asti cantik mana mungkin nyuruh Bukos buat bilang kayak gitu ke Om Diyat. Iya 'kan, Bukos?"

Sial, Bukos malah menatapku dengan tatapan kesalnya. "Iye."

"Tuuh denger, Om."

Bukannya memberi jawaban, Om Diyat malah memberi delikan dengan tatap tidak percayanya. Lalu dia melihatku lagi dan kembali beralih pada Bukos. "Beneran nih?"

"Lu nuduh gue bohong, Yat?" Mantap, kalau sudah emosi begini biasanya Om Diyat tidak bisa berbuat banyak. "Gue cuma minta bantuan sekali doang, masa kagak boleh sih? Gue doain warung kopinya-"

"Oke-oke, boleh." Om Diyat menyela seraya menelan ludah.

Laki-laki yang usianya hampir menyentuh tiga puluh tahun itu paling anti mendengar doa buruk untuk warung kopinya, sebab beberapa waktu lalu sempat ada kejadian buruk pada warung kopi ini yang membuat aku, Rian, dan Om Diyat trauma. Tidak bisa kuceritakan, kalaupun kuceritakan juga belum tentu akan mempercayai apa yang kami alami.

"Gitu dong!" sahut Bukos seraya menyeruput kopi gayonya. Dan aku melakukan selebrasi dengan kepalan tangan mengarah ke atas, dan dalam hati berkata 'yes!'

"Ada ribut-ribut ape nih?" Nah, itu Pak RT. Laki-laki dengan perut hamil yang janinnya lemak semua. Sekarang lengkap sudah formasi pagi hari di Mandalasari.

***

"Om Diyat, Asti izin pulang duluan!" pekikku.

Cepat-cepat aku melepas apron Yang Kusayang setelah Bukos mengirimkan pesan bahwa si penghuni baru sudah tiba di Kosan Ceria. Saat itu baik Om Diyat maupun si Rian mengoceh karena memang sedang ada pelanggan, tapi tidak kudengarkan karena isi kepala dan telingaku ditutupi oleh rasa penasaran dan tidak sabar melihat cowok tampan bernama Akmal itu.

A-K-M-A-L terdengar seperti anak mahal bukan? Namanya saja sudah seperti itu apalagi orangnya, mungkin saat aku melihatnya nanti akan seperti yang ada di komik-komik, di atas kepalanya ada bling-bling sinar memancarkan ketampanan wajahnya yang sengaja membuatku ingin pingsan dan mimisan.

Akmal, aku datang!

Gawat, jantungku seperti berhenti berdetak saat cowok dengan hoodie abu-abu dan celana pendek berwarna krim tengah menurunkan barangnya dari mobil pick-up dibantu oleh Bukos. Dari jarak lima meter saja perasaanku sudah kacau balau salting tidak jelas, memang ya, aura orang ganteng sangat berbeda, seperti menusuk jiwa untuk jatuh cinta.

"Asti bantuin ya," serobotku hadir di antara Bu Kos dan si penghuni baru yang akan mengambil koper dari atas bak pick-up. Sebagai teman kos yang baik aku bantu mengangkat, kutarik, dan ... terdiam. Akmal ganteng banget! "Ah!"

Aku mendesah, gelisah serta malu sendiri. Koper milik Akmal berat sekali, ini sungguh berat bukan maksudku caper supaya dapat perhatiannya. Serius. Tubuhku jatuh di jalanan tepat di bawah si penghuni baru, dia menatapku bingung seperti apa yang terjadi di komik-komik. Aku ingin pingsan, kira-kira akan dipangku tidak ya?

"Letoy amat, lu!" celetuk Bukos yang langsung menarik tubuhku supaya berdiri.

Sial, gagal dipangku orang ganteng.

Kalau sudah begini kan jadi tengsin harus ngapain. Mau membantu membawa koper lagi juga berat-berat, aku curiga dia memindahkan seisi rumahnya ke dalam koper karena beratnya seperti kumpulan batu-bata. Alhasil aku hanya memandangi wajah si cowok penghuni kamar lantai dua, kalau tidak blur begini tampannya jadi super maksimal. Semakin lama dipandangi bukannya bosan malah menemukan satu fakta baru, selain tampan wajahnya juga lucu, menggemaskan.

Ah, kalau begini kan jadi mudah sayang.

"Bantuin kek, Sti. Katanya mau bantuin?" tegur Bu Kos yang sok perkasa merasa dirinya Wonder Women mengangkat koper si penghuni kos baru menuju ke arah dalam kosan yang sudah dibuka.

Jangan tanya kenapa karena Bu Kos pasti mempunyai kuncinya selain dua kunci cadangan yang sudah diberikan pada para penghuni. Namanya juga 'cadangan' pasti ada pengganti. Tapi kalau Akmal sepertinya pengisi hati.

"Eh, maaf," ucapku lembut selembut tarikan napas penyanyi Raisa Andriana.

"Nggak masalah. Kalau mau bantu, boleh tolong bawakan tas saya aja?" tawarnya sampai membuatku tidak percaya kalau dia akan mengatakan dialog sepanjang itu padaku, Asti cantik. "Kamu tidak keberatan?"

Kamu? Aduh, jadi bingung besok mau nikahan pake adat apa, dia udah manggil aku-kamu begini. Jadi seneng, ini bisa langsung pacaran aja enggak sih? Gemes banget, sayang kalau enggak jadi pacarku.

"Eh, eng-enggak!"

Aku salah tingkah sampai langsung merebut tas yang diangkatnya. Memang benar, tidak terlalu berat tapi bentuk barang di dalamnya terasa sangat aneh. Kugoyang-goyangkan juga belum bisa kutebak apa isi di dalamnya.

"Tolong hati-hati," pintanya ragu-ragu, "isinya drone sama beberapa kamera saya."

'O' itu bentuk mulutku sekarang yang langsung ditutup oleh tangan agar terlihat anggun, kutarik senyum merasa bersalah sebab tadi menggoyangkan tasnya agak sedikit kasar.

"Masih pada diem bae, bawa ke dalem napa, Sti. Keburu ujan nanti." Lagi-lagi dan lagi si nenek penagih uang kosan itu mengganggu momen-momen kami, padahal kalau tidak diganggu aku bisa sekalian berkenalan, kalau perlu kartu namaku yang menyatakan aku karyawan warung kopi Yang Kusayang juga kuberikan. Dia pasti akan berpikir bahwa aku gadis hebat, mandiri, serta pekerja keras.

"Buru bawa ke dalem!"

Disertai raut agak kesal aku membawa tas milik si penghuni kos baru ke dalam kosan. Cuaca memang sedikit mendung, tapi mendung di atas kepalaku jangan sampai kelihatan. Tak lama aku kembali lagi ke depan, Akmal masih sibuk menurunkan barang-barang yang tinggal perintilan-perintilan.

Bu Kos sekarang sedang masuk ke dalam.

Jari-jariku sudah tak tahan, bibirku sudah gregetan, kakiku tidak mau diam. Aku harus cepat sebelum Bukos kembali, aku harus segera berkenalan dengannya, maka dari itu kujulurkan satu tanganku.

"Asti," ucapku lembut yang dibalas tatapan bingung. Musabab dia tidak menyahut, kulanjutkan saja, "Senang kamu jadi bagian dari Kosan Ceria, Akmal."

Cowok itu diam. Satu alisnya terangkat begitu juga dengan bibirnya yang menunjukkan sedikit gigi yang rapi. "Akmal? Akmal siapa?"

Kutelan ludah. Sial, sepertinya ada yang tidak beres.

"Akmal, nama kamu. Akmal, kan?"

Cowok itu menggeleng.

Mampus.

"Akbar. Itu nama saya," jawabnya sedikit mengkus. Antara terkekeh atau tidak senang aku salah menyebutkan namanya.

A-K-B-A-R dan A-K-M-A-L memang terdengar mirip, TAPI BUKOS TOLONGLAH INI AKU MALU BANGET SALAH MANGGIL NAMA ORANG!!

Ini bisa tiba-tiba pingsan beneran saja enggak sih? Malu banget.

Tolong buat aku pingsan sekarang, Tuhan.

BU KOS AKU ENGGAK MAU DITITIPIN APA-APA LAGI. POKOKNYA ENGGAK MAU!

Tuhan ayo dong bikin aku pingsan. Tiba-tiba kesamber petir juga enggak masalah asal bisa bikin aku enggak malu. MBL, MBL, Malu Banget Loooh.

°°°

Author:

Hai kueh, Paduka datang lagi.

Gimana sama part ini?

Sudah ikut malu belum?

Asti sih kalau kata saia kamu mending pura-pura amnesia atau apa kek gitu. Ah, tapi sialnya namanya juga Asti tetep aja bakal .... bakal dijawab di next chapter!!

Semangat Kueh!

Salam,
Paduka, Pai.

Continue Reading

You'll Also Like

416K 25.8K 24
Ola, balita umur 3 th yang hiperaktif, polos, dan menggemaskan. Resmi menjadi beban di kediaman Duke Oxiver dan dinyatakan menjadi 'tawanan' gemoy ya...
158K 9.4K 29
Dilamar karena saling mencintai ❌ Dilamar karena mendoakan waktu bersin ✅ Seorang gadis bernama Najla Faqihatun Nissa yang baru memulai hijrahnya aki...
11K 1.2K 53
[Spiritual-Young adult-Hurt] "Jadi, mau nggak, Ra?" "Enggak! 'Kan masih kecil." "Oh, berarti kalo udah gede, mau nerima?" "Mau, tapi ... dia harus bi...
11.3K 2.7K 45
⚠️ Beberapa bab belum di revisi Dibuat : 28 Januari 2024 Tamat : 16 Juni 2024 *** Menceritakan seorang gadis remaja bernama lengkap Nayura Claudia An...