END | I Will Avoid the Death...

By alunamoona

275K 37.2K 2.9K

Aku menjadi tawanan perang ketika membuka mata. Takdir sialan apa yang membawaku masuk ke dalam novel gila ya... More

Prolog
1 - Malaikat Jatuh
2 - Bertemu Bajingan Gila
3 - Tuan Putri
4 - Medusa Bahkan Lebih Baik
5 - Kebaikan Hati
6 - Rumor
7 - Bajingan Gila B
8 - Undangan Pesta
10 - Beruntung
11 - Aku Adalah Tuan Putri
12 - Pangeran
13 - Dua Sisi
14 - Rahasia
15 - Rexanne
16 - Koran Gosip Madam Kricia
17 - Ratu Kedua
18 - Kompetisi
19 - Dukungan Penuh
20 - Sorena Krone
21 - Latihan
22 - Kompetisi Perburuan I
23 - Kompetisi Perburuan II
24 - Kompetisi Perburuan III
25 - Sudut Pandang
26 - Konversasi I
27 - Konversasi II
28 - Permintaan
29 - Kardinal
30 - Tirai Pertunjukan
31 - Hukuman
E-book
32 - Sebagai Putri Duke
33 - Sebagai Putra Duke
34 - Akhir Bagi Pendosa
35 - Ruang Mimpi
36 - Langkah Awal
37 - Kutukan
38 - Tidur Abadi
39 - Peri
40 - Dewa Kematian
41 - Pelik
42 - Drama
43 - Insomnia
44 - Hadiah Kedua
45 - Mengungkapkan
46 - Terselubung
segera terbit
sudah tersedia di Shopee

9 - Pendamping

7.7K 1.1K 48
By alunamoona

Terima kasih 5 vote-nya hanya dalam beberapa jam, hihi! Sesuai janji, aku bakal langsung update.

***

"Saya ingin pendamping yang cocok dengan Tuan Putri!" Regina berteriak dengan antusias.

"Saya sudah menghubungi butik kerajaan, Tuan Putri. Dan mereka akan segera datang untuk mengukur gaun pesta Anda," kata Jelena dengan senyuman sejuk di wajahnya.

"Saya akan menyeleksi pendamping bagi Anda! Dengan tersebarnya berita bahwa Anda akan menghadiri pesta Keluarga Marquis, pasti akan banyak tuan muda yang mengirimi Anda surat."

"Benar, kami akan menyeleksinya dengan benar, Tuan Putri."

Di kamarku, hanya ada aku dan ketiga pelayanku.

Aku kehilangan Sir Derick ketika raja memanggilnya. Pasti tidak jauh dari memberikan laporan mengenai apa saja yang dilakukan olehku setiap harinya sesuai perintah Viten setiap sore.

Viten mungkin benar-benar terpesona dengan kecantikan Serethy hingga dia berakhir menjadi penguntit seperti ini.

Aku menghela napas. "Aku tidak terlalu menyukai pesta."

Ekspresi ketiga pelayanku perlahan berubah.

"Apa? Mengapa, Tuan Putri? Bukankah seharusnya nona bangsawan seperti tuan putri menyukai pesta?" tanya Regina, usianya 14 tahun saat ini, jadi kupikir dia masih sangat polos.

Sedangkan Melanie, dua tahun lebih tua dari Regina, dan dia cukup dewasa meski terkadang kekanakan. "Apa Tuan Putri membenci keramaian?"

"Bagaimana kamu tahu?" Aku tersenyum kecil pada Melanie.

Aku memang tidak menyukai keramaian di dunia asliku, dan ini sama-sama bekerja di dunia novel. Contohnya, ketika aku dan Sir Derick kembali ke istana setelah pergi ke ibu kota saat itu, aku kehabisan energiku dan istirahat dua hari berturut-turut tanpa turun dari ranjang kecuali hal-hal penting.

Itu wajar bagi introvert dan orang yang sulit bersosialisasi sepertiku. Maka dari itu, aku lebih suka berdiam diri di kamar sambil membaca novel.

Dan siapa sangka takdir membawaku masuk ke dalam salah satu novel? Well, aku memang sudah menerima kenyataan kalau aku adalah Serethy sekarang. Tapi mengingat bersosialisasi dan lain sebagainya di pesta, aku mulai menyesal telah menyetujui undangan pesta.

"Ah, begitu, ya," jawab Melanie. "Anda pasti sangat tertutup pada pesta dan sosialisasi dengan para bangsawan, ya, Tuan Putri? Namun, saya yakin jika Anda tidak bisa terus seperti ini."

"Ya! Tuan Putri harus bersosialisasi dan mencari pengaruh."

Ya ampun, kenapa Regina yang polos ikut-ikutan?

"Dari mana kamu tahu aku harus mencari pengaruh, Regina?" tanyaku lembut.

"Tentu dari Kak Jelena dan Kak Melanie."

Jelena menepuk dahinya.

Aku hanya tertawa kecil. "Tidak apa-apa, kamu tidak salah, Regina. Dan kamu juga benar, Melanie. Aku harus mencari pendamping pesta dan bertahan di pesta."

Kemudian, tiba-tiba pintu kamarku dibuka tanpa ketukan tanda izin.

Aku hampir berteriak marah jika belum melihat siapa orang yang mengunjungiku.

Itu adalah pria berambut hitam dan mata merah, Viten.

Aku menghela napas dalam hatiku. Dia memang mengunjungiku setiap hari, benar-benar setiap hari, dan selalu tiba-tiba tanpa bisa diprediksi.

Viten lalu duduk di seberangku setelah menyuruh ketiga pelayan berhenti membungkuk.

"Kudengar kau mencari pendamping pesta?"

Aku menyipitkan mata. Dia pasti mendengarnya dari Sir Derick barusan, lalu buru-buru datang ke sini.

Aku bisa membayangkan raut bingung Sir Derick ketika Viten buru-buru mengunjungiku.

"Dan jika itu benar? Anda akan mencarikan saya pendamping pesta?"

"Heh." Viten menyeringai. "Kenapa kau harus mencari lagi ketika orang yang kau butuhkan ada di hadapanmu."

Hah?

Apa maksud pria ini, sih?

"Apa maksud—"

"Aku akan ke pesta sebagai pendampingmu."

Aku menatap pria itu kosong.

"Kau masuk ke mode bisumu?" Viten lalu minum teh dari cangkir yang baru saja disajikan Jelena.

"Apa maksud Anda, Yang Mulia?"

"Jelas seperti yang kau dengar. Pergi ke pesta Marquis denganku." Viten lalu menyeringai.

Apa?! Apa dia gila? Raja mana yang mengunjungi pesta bangsawan seolah itu hal yang remeh?!

Dia adalah raja, raja, lho! Bukankah raja sangat-sangat sibuk hingga dia bisa saja mati karena pekerjaan yang menumpuk? Ditambah, dia adalah raja yang baru dinobatkan tidak kurang dari dua minggu yang lalu. Bagaimana dengan pekerjaanmu? Apa kamu akan mengabaikan segalanya, hah?

"Aku tidak menerima penolakan," kata Viten yang keras kepala. "Jika kau menolak, aku akan mencari jalan lain hingga kau mau tidak mau akan menyetujuiku. Sama seperti caramu menjadi keluarga kerajaan."

Untuk pertama kalinya, aku benar-benar ingin meninju senyuman di wajahnya hingga bengkak.

***

Kereta kuda mewah dengan lambang Kerajaan Asher memarkirkan diri di Mansion Marquis tepat pukul tujuh malam.

Hal ini tentu menarik perhatian sebagian bangsawan yang menghadiri pesta.

Bisik-bisik mengudara ketika kusir membuka pintu kereta dan makin menjadi ketika mereka mengetahui siapa yang terlebih dahulu keluar dari kereta.

Pria berambut hitam dengan mata merah darah yang seluruh bangsawan ketahui sebagai raja mereka.

Tangan Viten terulur kepada siapa pun itu di dalam kereta.

Selamat yang tebakannya benar, itu adalah aku.

Aku menerima escort Viten dan ketika aku benar-benar turun dari kereta, bisik-bisik bangsawan makin menjadi-jadi. Ditambah, pakaian kami adalah pakaian pasangan berwarna putih dan biru langit yang menyejukkan.

Jujur saja pakaian ini indah. Meski terlihat mewah, tetap memperlihatkan ketegasan dan estetika di dalamnya. Tidak menjadi gaun yang norak sesuai dengan bayanganku.

Dan meski benci mengakuinya, Viten tampak bersinar dan tampan.

"Abaikan bisikan orang lain," kata Viten yang diangguki olehku.

Kami berdua lalu memasuki mansion tempat pesta digelar. Di pintu masuk, berdiri Marchioness dengan gaun mewahnya. Di sampingnya, entah untuk sengaja membuatku kesal atau apa, berdiri Axel dengan seringaiannya.

"Ah, Yang Mulia Raja!" gumam Marchioness yang memiliki rambut merah muda sama sepertiku, gumamannya bisa didengar oleh kami berdua. "Bersinarlah matahari Asher. Merupakan sebuah kehormatan yang besar bagi saya karena Anda sudah menghadiri pesta rendahan saya," kata Marchioness yang memperkenalkan diri sebagai Elysa Krone.

Axel ikut membungkuk di samping Marchioness dengan sopan.

"Jangan terlalu merendah, Marchioness," kata Viten dengan senyuman politik.

Dia benar-benar berbeda ketika menghadapi bangsawan lain dan ketika dia menghadapiku. Dia akan menjadi menyebalkan buatku, tapi bijaksana bagi yang lain. Terkadang aku sangat ingin mengungkapkan segala perilaku buruknya padaku ke media. Andai dunia ini memiliki smartphone yang terdapat fitur kamera sehingga aku bisa menyebarluaskan keburukan Viten.

"Aku hanya datang sebagai pendamping Tuan Putri," kata Viten.

Marchioness lalu menutup mulutnya dengan tangan sambil menatapku. "Maafkan saya karena tidak menyapa Anda. Perkenalkan, saya adalah Marchioness Elysa Krone, senang bertemu dengan Anda, Tuan Putri Serethy."

"Terima kasih, Nyonya Elysa," kataku dengan senyum tipis.

"Kalau begitu, silakan nikmati pestanya, Yang Mulia Raja dan Tuan Putri."

Setelah itu, kami memasuki aula pesta yang didekorasi dengan sangat megah.

Akan tetapi, setelah aku yang di-escort oleh Viten menjejaki lantai aula, bisik-bisik memenuhi udara.

Tentu saja itu masuk akal.

Pria yang ada di sampingku bukanlah sembarang pria, melainkan Yang Mulia Raja sendiri.

"Bukankah itu Yang Mulia? Apa yang dilakukan beliau di pesta?"

"Tidak, daripada itu, lihat wanita yang ada di samping Yang Mulia."

"Rambut merah muda dan mata violet itu! Bukankah dia adalah Tuan Putri yang baru?"

"Benar! Tidak salah lagi kalau itu Tuan Putri."

"Apa yang dilakukan Yang Mulia dan Tuan Putri dengan datang sebagai pasangan?"

"Maksudku, Yang Mulia memiliki tunangan, bukan?"

Aku mempertahankan ekspresi lembut yang akan membuat orang lain berpikiran bahwa aku mudah didekati sehingga akan mudah untuk mencari pengaruh.

Sementara itu, Viten membuka suaranya karena para bangsawan menundukkan kepala mereka ketika kami lewat.

"Tidak usah terlalu kaku di dalam pesta ini, nikmatilah diri kalian sendiri," kata Viten dengan suara keras hingga seluruh bangsawan akan mendengarkan kalimatnya.

Hal ini membuat bisik-bisik makin menjadi.

"Yang Mulia melakukan ini untuk Tuan Putri, kan? Hingga mengabaikan Nona Clare yang merupakan tunangan Yang Mulia."

"Yang Mulia tidak pernah benar-benar menghadiri pesta, kan?"

"Iya, beliau hanya menyukai pedang, bukan?"

Aku melirik wajah Viten yang tetap dan tidak mengubah ekspresinya. Dia tetap menggunakan topeng senyum menyebalkan itu. Senyuman palsu. Entah mengapa aku menjadi kesal.

"Anda sangat terkenal, Yang Mulia," kataku.

Viten melirikku dengan alis bertaut. "Apa maksudmu? Orang yang sedang kau bicarakan adalah raja. Tidak ada yang tidak mengenalku."

Aku hanya tertawa kecil. "Benar. Tidak ada yang tidak mengenal Anda."

Viten mengalihkan pandang, tapi telinganya merah. Itu membuatku mengernyit tapi tidak mengatakan apa-apa.

Namun, apa raja ini kepanasan? Ruangan ini luas tapi penuh orang, tentu hal ini membuatmu sesak, kan?

Yah, bukan urusanku. Asalkan pria ini tidak menyiksaku, aku akan hidup dengan tenang tanpa mengganggu apa pun.

***

Catatan penulisnya libur dulu.

29 Juli 2022

Continue Reading

You'll Also Like

BITTER TRUTH [END] By Angel

Historical Fiction

8.5M 1.1M 91
"Buktikan bahwa bukan kau yang meracuninya dengan pedang ini" ucap Duke Hevadal dengan wajah yang sedingin dinginnya pada putri kandungnya sendiri El...
541K 37.7K 32
#3 in History Fiction (30-09-17) Forth story! Bagaimana jika seorang gadis konglomerat, yang hanya pandai dalam menggunakan uang, kembali kedunia mas...
218K 28.9K 48
(Tersedia versi E-book) [Maaf, beberapa part telah di hapus untuk kepentingan E-book. Silahkan tinggalkan cerita ini jika kalian tidak ingin kecewa...
473K 62.5K 131
[Bukan Novel Terjemahan - END] Aku hanyalah siswi sma biasa yang menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan. Aku mati karena terpeleset kulit pisang...