Kisah Papa Papi - Guanren

By yourxpine

670K 71.5K 11K

Hanya kisah sederhana mengenai perdebatan 24/7 antara Papa Alin dan Papi Injun. © Yourxpine 🚦BXB , MPREG... More

Bagian Perkenalan
satu.
dua. (Kilas balik)
tiga.
empat.
lima.
enam.
tujuh.
delapan. (Kilas balik)
sembilan. 🔞
sepuluh. (Kilas balik)
sebelas.
dua belas.
tiga belas.
empat belas.
lima belas. (kilas balik)
enam belas.
tujuh belas.
sembilan belas. 🥵🔞
dua puluh.
dua puluh satu.
dua puluh dua.
dua puluh tiga. (Kilas balik)
dua puluh empat.
dua puluh lima.
dua puluh enam.
dua puluh tujuh.
dua puluh delapan.
dua puluh sembilan.
tiga puluh.
tiga puluh satu.
tiga puluh dua. (kilas balik)
tiga puluh tiga. (Kilas balik)
tiga puluh empat.
tiga puluh lima.
tiga puluh enam.
tiga puluh tujuh.
tiga puluh delapan.
tiga puluh sembilan.
empat puluh.
empat puluh satu.
empat puluh dua.
empat puluh tiga.
empat puluh empat. (Kilas balik)
empat puluh lima.
empat puluh enam.
empat puluh tujuh.
empat puluh delapan.
empat puluh sembilan.
lima puluh.
lima puluh satu.
lima puluh dua.
lima puluh tiga.
lima puluh empat.
lima puluh lima.
lima puluh enam.
lima puluh tujuh.
lima puluh delapan.
lima puluh sembilan.
enam puluh. 🔞
enam puluh satu.
enam puluh dua. (kilas balik)
enam puluh tiga.
enam puluh empat.
enam puluh lima.
enam puluh enam.
enam puluh tujuh.
enam puluh delapan 🔞
enam puluh sembilan (kilas balik)
tujuh puluh.
tujuh puluh satu.
tujuh puluh dua.
tujuh puluh tiga.
Tujuh puluh empat.
Tujuh puluh lima.
Tujuh puluh enam.
Tujuh puluh tujuh.
Tujuh puluh delapan.
Tujuh puluh sembilan.
Delapan puluh.
Delapan puluh satu.
Delapan puluh dua.
Delapan puluh tiga.
Delapan puluh empat.
Delapan puluh lima.
Delapan puluh enam.
Delapan puluh tujuh.
Delapan puluh delapan.
Delapan puluh sembilan.
Sembilan puluh.
Sembilan puluh satu.
Sembilan puluh dua.
Sembilan puluh tiga.
sembilan puluh empat.
Sembilan puluh lima.
sembilan puluh enam.
Sembilan puluh tujuh.
Sembilan puluh delapan.
Sembilan puluh sembilan.
Seratus.
Season 2?
Bonus chapter I
Bonus chapter 2
Bonus chapter 3.
Bonus chapter 4
Bonus chapter spesial ulang tahun papi

delapan belas.

9.9K 860 162
By yourxpine

"Mama?" ucap Renjun ketika ia membuka pintu rumahnya dan ternyata yang sedaritadi membunyikan bel rumah adalah Mama mertuanya

"Masuk ma"

Renjun mempersilahkan Mama mertuanya itu untuk masuk. Mereka berdua segera berjalan menuju ruang tengah ataupun bisa disebut ruang keluarga itu.

"Ayden mana?"

"Itu, lagi main sama bibi Jum" jawab Renjun sembari menunjuk Ayden yang sedang bermain puzzle dengan bibi Jum

"Aydennnnn"

Yang di panggil menoleh dan segera berlari menuju Grandma nya itu. "Maaaa"

"Kangen ya sama Grandma?"

Ayden tidak menjawab namun terkikik karena Grandma-nya itu menciumi pipi gembilnya

"Aduh cucu kesayangan grandma udah besar ya? Bentar lagi jadi kakak nih"

"Kakkk" ucap Ayden sembari menunjuk nunjuk dirinya sendiri

"Iya, kakak ya?"

Renjun terkekeh, kemudian mendudukan dirinya di sofa.

"Mama mau minum apa ma?" tanya Renjun

"Gak perlu repot repot, Ren. Mama kesini cuma sebentar. Mama boleh gak bawa Ayden jalan jalan? Mama mau ada arisan, Mama mau ngenalin Ayden ke teman teman Mama"

Renjun mencoba berfikir sejenak, "Apa gak repot ma bawa Ayden ke Arisan? Ayden lagi aktif aktifnya, takut mama kewalahan"

Mama Guanlin menggeleng. "Dulu Guanlin juga Mama bawa kesana kemari. Tenang aja, Ren. Mama gak kewalahan kok. Malahan Mama seneng kalau di temenin cucu Mama"

Renjun terdiam sejenak, mencoba mempertimbangkan tawaran Mama mertuanya itu.

"Boleh, Ma. Tapi kalau semisal Ayden rewel, Mama langsung telfon Renjun aja ya. Biar Renjun jemput"

Mama Guanlin tersenyum, "Tenang, Mama yakin Ayden gak rewel kok. Cucu Mama ini kan anak baik"

"Ya udah Renjun siapin keperluan Ayden dulu ya Ma. Sekalian susunya"

"Iya"

Renjun segera mempersiapkan segala keperluan Ayden di diapers bag milik bocah mungil itu. Ia juga tidak lupa membuatkan susu dan menggantikan Ayden baju.

Setelah siap semua, Mama Guanlin segera membawa Ayden pergi. Ayden tidak menangis atau memberontak, bocah mungil itu malah tersenyum dengan cerahnya sembari melambaikan tangannya pada Papinya, tau dia jika bersama Grandma-nya, maka semua yang dia inginkan pasti terkabul. Biasalah, cucu pertama.

Setelah berada lumayan jauh dari rumah Anak dan menantunya itu, Mama Guanlin mengeluarkan ponselnya. Ia kemudian menghubungi Guanlin.

"Hallo, lin?"

"Iya, ma? Udah?"

"Udah. Ini mama lagi sama Ayden"

"Di bolehin sama Renjun?"

"Ya jelas di bolehin dong"

"Oke, ma. Kalau gitu Guanlin pulang sekarang"

"Iya, Mama tutup ya telfonnya? Ayden Mama pulangin besok aja. Atau besoknya lagi juga boleh. Pokok kamu fokus aja ke Renjun, buat menantu Mama yang paling cantik itu bahagia"

Guanlin terkekeh, "Oke siap, Ma"

Pipp sambungan telfon terputus. Mama Guanlin terkekeh sejenak kemudian menoleh pada Ayden.

"Papa kamu ada ada aja idenya"

Sekitar pukul sebelas siang, Guanlin sudah kembali pulang ke rumah. Renjun yang tengah melipat pakaian Ayden yang telah selesai di cuci itu seketika terjingkat kaget ketika dengan tiba tiba ada tangan yang melingkar di pinggangnya.

Plakkk

Reflek Renjun memukul seseorang di belakangnya menggunakan pakaian yang hendak ia lipat.

"Aduh, yang. Kok lo mukul gue sih?"

Renjun melebarkan matanya ketika tau ternyata itu adalah Guanlin.

"Eh, sorry. Lo sih ah, tiba tiba meluk gue dari belakang. Kan gue kira orang mesum yang lagi masuk rumah. Eh Taunya laki gue yang mesum" Renjun mengusap pipi Guanlin yang terkena sambitan pakaian yang ia lipat tadi.

"Lo kok udah pulang aja sih lin? Makan gaji buta ya lo?"

Guanlin mencubit hidung Renjun, "Sembarangan aja kalau ngomong. Gue emang udah ijin libur hari ini"

"Libur tapi kok tadi berangkat kerja? Kemana lo? Ketemu si Meisya ya? Wah, gue aduin Papa ya? Ayo! Ngaku gak lo?!"

Guanlin langsung membungkam bibir Renjun menggunakan bibirnya. Suami mungilnya ini kenapa selalu saja overthinking seperti ini. Guanlin menarik pinggang Renjun, merapatkan diri mereka hingga tidak ada jarak.

Renjun mencengkram pinggang Guanlin, bahkan pakaian yang hendak ia lipat itu kini jatuh ke lantai. Matanya terpejam, Guanlin melumat pelan bibir berwarna peach yang selalu menjadi candu baginya itu.

"Astaga!"

Seketika dua orang yang tengah melakukan ciuman panas itu terjingkat dan menyudahi acara mereka. Mereka berdua seketika menoleh dan tersenyum canggung ketika melihat Bibi Jum berdiri di ambang pintu sembari menutup matanya menggunakan telapak tangannya.

"Eh, maaf den. Saya gak lihat apa apa kok, maaf tadi saya cuma mau mengantar pakaian yang sudah saya ambil dari jemuran. Maaf den Guanlin, maaf den Renjun" ucap Bibi Jum sembari sedikit membungkuk

Hawa canggung mengisi ruangan tersebut, Renjun dan Guanlin saling pandang. Guanlin mengusap bibir Renjun yang basah, kemudian ia menegakan tubuhnya.

"Gapapa, Bi. Maaf juga kami gak tau tempat" ucap Guanlin

Bibi Jum tersenyum canggung kemudian masuk dan memberikan satu keranjang yang berisi pakaian baru ia angkat dari jemuran itu.

"Bibi bisa pulang saja sekarang, soalnya saya mau ajak Renjun pergi. Rumah sudah bersih semua kan bi?" tanya Guanlin

"Sudah, den"

"Ya sudah, bibi bisa pulang lebih awal hari ini" Guanlin mengeluarkan dompetnya dan mengambil dua lembar uang kertas pecahan seratus ribu dan ia berikan kepada bibi Jum. "Bonus buat bibi"

Bibi Jum menggeleng, tidak mau menerima uang tersebut. Karena baginya gaji yang di berikan Guanlin perbulan sudah lebih dari cukup.

"Ndak usah, den. Gaji saya yang biasanya sudah lebih dari cukup kok"

"Bibi, saya gak suka penolakan. Ambil saja ya, hitung hitung buat beli mainan atau makanan buat cucu bibi"

Bibi jum dengan ragu menerima uang tersebut. "Terimakasih, den. Kalau begitu saya pamit pulang ya"

"Iya bi"

Bibi Jum pun segera meninggalkan ruangan tersebut. Guanlin kembali berbalik menatap Renjun, Renjun berdecak kemudian memukul lengan Guanlin.

"Lo sih, ah!"

"Salah gue?"

"Iya lah!"

Guanlin kembali mendekat

"Mau apa lo?"

"Mau kiss lagi"

Renjun meraup bibir Guanlin dengan tangannya. "Otak lo gak pernah bener! Udah ah gue mau ngelipat ini baju dulu"

"Tinggalin aja yang. Lo ganti baju gih, gue mau ajak lo ke suatu tempat"

"Kemana?"

"Udah, ganti baju aja yang bagus. Dandan yang cantik"

"Emang gue selama ini gak cantik?"

Guanlin terkekeh, mengusak rambut Renjun sejenak. "Lo selalu cantik di mata gue, sayang. Dari dulu hingga sekarang. Lo gak pernah berubah sedikitpun. Bahkan semakin hari lo selalu bikin gue makin jatuh cinta sama lo" ucap Guanlin di akhiri dengan kecupan di pipi Renjun

Pipi Renjun seketika bersemu merah, "Apa sih? Gombal banget! Gak cocok sama bapak bapak yang bentar lagi punya buntut dua"

"Dih? Emang iya?"

"Iya lah!" Renjun menggeser tubuh Guanlin, "Minggir bentar, gue mau ganti baju"

"Ganti baju depan gue dong"

"Mesum, anjing!"

"Heh mulut!"

"Ups! Lo sih. Ya ampun, sayang maafin Papi ya. Maaf kalau kamu selama di dalam udah dengar kata kata kasar. Salahin Papa kamu yang selalu bikin Papi marah" ucap Renjun sembari mengusap perutnya

Selang beberapa menit dan beberapa kali berganti pakaian, Renjun akhirnya keluar dengan memakai pakaian yang cukup simple. Guanlin tidak memberitahunya harus kemana dan harus memakai apa. Akhirnya Renjun memilih untuk memakai kemeja berwarna hijau dan bawahan kain berwana hitam.

Guanlin terdiam menatap Renjun yang sudah rapi itu. "Dada di umbar aja bro, gak sekalian aja tuh di buka semuanya? Mau ngegoda siapa lo?" Tanya Guanlin yang melihat Renjun memakai kemeja dengan dada cukup terbuka

"Mau ngegoda om om yang bisa jajanin gue tas Gucci"

"Emang gue gak bisa?"

"Bisa, tapi sayang duitnya. Mending buat beli susu kakak" jawab Renjun yang membuat Guanlin terkekeh

"Pakai Jaket atau luaran lagi yang" perintah Guanlin

"Emang mau kemana?"

"Udah, pake aja sih"

Renjun mendengus kemudian mengambil luaran yang cocok dengan kemeja yang ia pakai.

"Udah kan?" tanya Renjun dan di angguki Guanlin

Cakep bgt ni bedua😭

Renjun memperhatikan setelan suaminya itu. Cukup simple dan rapi. Ia mulai menebak nebak kemana suaminya akan membawa dia pergi.

"Kita mau kemana sih lin?"

"Udah, jangan banyak tanya. Ikut aja, lo pasti suka"

"Kalau gue gak suka?"

"Gue bakal beliin apa aja yang lo mau"

"Serius? Kalau gue minta beliin rumah baru, gimana?"

"Yang serius aja sih, Ren. Lo mau pindah rumah emangnya?"

"Ya enggak sih"

"Ya udah kalau gitu"

Renjun kembali mendengus kemudian ikut Guanlin masuk ke dalam mobil. Guanlin bergerak membantu Renjun memasang seat belt. "Jangan kenceng kenceng biar dedek gak kegencet"

"Iya"

Renjun mengatur seat belt yang telah di pasang Guanlin agar tidak terlalu kencang menekan perutnya.

"Kakak gak di jemput? Gue lupa bilang kalau kakak di bawa Mama tadi"

Guanlin menggeleng. "Gue mau habisin waktu sama lo"

"Dosa, lo! Anak sendiri di tinggal"

"Lagian gue juga yakin kali yang, kalau kakak sekarang lagi seneng seneng. Kan kalau sama Mama Papa, kakak bisa beli apa aja yang dia mau. Apapun yang kakak mau juga pasti langsung ada tuh di depan matanya"

Renjun hanya mendengus pelan. Benar sih kata Guanlin, anaknya itu setiap kali pulang dari pergi dengan Kakek Neneknya, entah orang tuanya atau orang tua Guanlin, pasti pulang dengan tangan penuh mainan baru. Maklum, cucu pertama dari dua keluarga tersebut.

Guanlin mulai melajukan mobilnya meninggalkan komplek perumahannya. Tangan kanannya ia gunakan untuk menyetir, sedang tangan satunya ia gunakan untuk menggenggam tangan Renjun. Satu yang Renjun ketahui semenjak mereka resmi berpacaran dulu, yaitu Guanlin akan menggenggam tangannya setiap kali dia menyetir.

"Mau makan siang apa yang?"

Renjun berfikir sejenak, memikirkan beberapa makanan yang berada di otaknya kini. Nasi padang, Ayam bakar, Pecel lele, Nasi uduk, apa yang paling enak di makan ketika makan siang.

"Mau ketoprak"

Guanlin reflek menolehkan kepalanya kepada Renjun. "Ketoprak?" Renjun mengangguk

"Yang, lo sama gue udah rapi gini masa makan ketoprak? Yang bener aja dong bro"

Renjun mendengus, melepaskan tangan Guanlin yang menggenggamnya.

"Ya udah kalau gitu jangan tanya pendapat gue mau makan siang apa, kalau gue nyaranin tapi gak lo terima"

Guanlin terkekeh kemudian menarik kembali tangan Renjun, hampir di tepis oleh Renjun tapi Guanlin lebih dulu menggenggam tangan mungil itu.

"Iya, kita makan ketoprak. Mau ketoprak dimana?"

"Depan sekolah kita dulu"

Guanlin mengangguk dan melajukan mobilnya menuju sekolahnya dulu. Dimana dia dan Renjun banyak membuat kenangan disana.

"Bang Jali, mau ketopraknya dua ya" ucap Guanlin kepada Bang Jali, penjual ketoprak di depan sekolahnya dulu itu

"Loh? Ini Guanlin sama Renjun kan? Yang sering berantem setiap kesini?"

Guanlin terkekeh, "Iya, bang"

"Duduk dulu, duh udah lama ya gak kesini. Terakhir pas kalian lulus kalau gak salah? Terus Renjun pernah kesini dulu juga pas kuliah ya Ren? Sama siapa itu pacar kamu?"

Renjun mengingat ingat, terakhir dia kesini bersama siapa. "Minghao, ya bang?"

"Nah iya si iming iming" ucap Bang Jali

"Minghao, bang. Bukan iming iming"

"Ya itu pokoknya, kemana dia? Udah nikah belum kamu sama dia?"

"Renjun nikahnya sama saya, bang. Bukan sama si iming iming" ucap Guanlin

Bang Jali jelas kaget, bagaimana bisa orang yang selalu berdebat di lapaknya ini tiba tiba menikah.

"Loh? Kalian nikah? Apa gak panas itu rumah tiap hari berantem?"

Renjun terkekeh, "Nah itu bang yang malah bikin kita langgeng" ucapnya sembari mengusap lengan Guanlin. Renjun jelas tau jika suaminya itu sedikit panas ketika nama mantannya di sebut.

Bang Jali hanya mengangguk, ia masih tidak menyangka bahwa kedua orang ini malah berjodoh.

"Ya udah saya buatin dulu ya ketoprak buat kalian. Renjun gak pakai bawang goreng kan? Guanlin yang pedes sama kerupuknya di banyakin? Bener gak?"

Keduanya mengangguk, "Benar bang. Masih ingat aja ternyata"

"Ya gimana gak ingat, kalian ini pelanggan saya yang sering buat keributan gara gara masalah bawang goreng sama kerupuk"

Setelah mereka makan siang di ketoprak bang Jali, Guanlin dan Renjun langsung melanjutkan perjalanan mereka. Renjun masih menerka nerka kemana Guanlin membawanya pergi. Yang jelas, mobil Guanlin di bawa menjauh dari Jakarta.

"Lin, kita kemana sih?"

"Udah, tunggu aja nanti juga lo tau pas nyampe yang" ucap Guanlin sembari mengusap kepala Renjun

Selang perjalanan sekitar tiga jam dari Jakarta, Guanlin dan Renjun kini telah sampai di suatu pantai di daerah Anyer. Guanlin melepaskan seatbelt yang dikenakannya. Ia menoleh kesamping, terdapat Renjun yang tengah tertidur. Guanlin melirik jam di tangannya, sudah pukul setengah lima sore. Di depannya sudah terlihat matahari yang mungkin satu jam lagi akan terbenam dan menampakan cahaya indahnya itu.

Guanlin mengusap halus wajah Renjun, kemudian menyibak rambut yang menutupi wajah suami mungilnya itu. Guanlin tersenyum, Renjun jika sedang tidur begitu cantik menurutnya. Ya meskipun setiap hari suaminya itu terlihat cantik, tapi saat tidur kecantikan itu bertambah beratus kali.

Satu hal yang Guanlin syukuri dari kehidupan ini, salah satunya adalah bisa menikahi si mungil yang setiap hari selalu mengamuk karena ia goda. Mempunyai keluarga mungil yang sebentar lagi akan bertambah anggota itu juga salah satu yang Guanlin syukuri. Guanlin mencium pipi Renjun, membuat Renjun yang tengah terlelap itu merasa terusik.

"Eungg" Renjun membuka matanya, dan mengusap matanya sebentar

"Ini dimana?" tanya Renjun

"Anyer"

"Anyer?!" Renjun seketika menegakan tubuhnya, Guanlin mengangguk.

"Jauh banget sampe ke Anyer"

Guanlin hanya terkekeh kemudian membantu Renjun melepaskan seatbeltnya. "Ayo turun, gue mau ajak lo lihat sunset"

Renjun hanya mengangguk dan mengikuti Guanlin turun dari mobil. Guanlin menggandeng tangan Renjun, mereka berdua berjalan menuju tempat yang ingin di tunjukan Guanlin. Yang jelas mereka sekarang tengah berada di salah satu Resort mewah di daerah Anyer.

Guanlin mengajak Renjun untuk duduk di salah satu kursi pantai di Resort tersebut, ia memesan beberapa Jus dan cemilan untuk menemani mereka.

"Lo kenapa tiba tiba ngajakin gue kesini lin?"

Guanlin menoleh menatap Renjun di sampingnya. "Gapapa, pengen ngabisin duit aja"

Renjun mendengus kesal. Guanlin itu gak pernah serius kalau di tanya.

"Kakak lagi apa ya lin? Dia gak nyariin gue apa ya?"

Guanlin membuka ponselnya dan menujukan foto Ayden yang tengah bermain air. "Lagi di ajak renang sama Mama. Anteng pasti kalau udah kena air"

Renjun mengangguk, "Nanti aja kalau mau telfon. Sekarang masih main air. Liat ini aja, tadi mama kirim video"

Renjun menerima uluran ponsel yang di berikan Guanlin dan menonton video yang dikirim oleh mama Guanlin itu. Ia seketika tertawa melihat Ayden sepertinya sangat bahagia bermain air itu.

"Seneng banget dia"

Guanlin mengangguk. "Makanya lo jangan khawatir. Nikmatin dulu waktu kita berdua ini"

"Bertiga, tepatnya" ucap Renjun yang kemudian mengelus perutnya sembari sedikit menyunggingkan senyumnya

"Iya, bertiga"

Matahari mulai terbenam, mereka berdua menatap keindahan matahari yang terbenam itu. Langit berubah menjadi oren, menambah kesan cantik pada laut di depannya. Setelah puas menikmati matahari terbenam, Guanlin berdiri mengajak Renjun menuju tempat selanjutnya.

"Kemana?" tanya Renjun

Guanlin tidak menjawab, ia malah menutup mata Renjun dan mengajaknya berjalan ke suatu tempat. Renjun sedang enggan protes, namun hanya pasrah mengikuti Guanlin.

Setelah berjalan sekitar lima menit, langkah mereka pun terhenti. Renjun meraba raba di sekitarnya namun ia tidak bisa menemukan apapun. Matanya masih tertutup, Guanlin menyuruh Renjun duduk. Renjun menurut, setelahnya perlahan Guanlin membuka penutup mata Renjun. Renjun mulai membuka mata perlahan, mengerjap sejenak dan ia langsung terkejut.

Di hadapannya kini ada beberapa makanan laut yang ia sukai, Renjun menoleh ke sekeliling dan seketika semakin terkejut melihat banyak lampu dan obor kecil melingkari mereka. Ini dinner romantis yang pernah Renjun singgung pada Guanlin beberapa waktu lalu. Ternyata Guanlin diam diam mewujudkannya.

"Lin?"

Guanlin tersenyum dan mendudukan dirinya di samping Renjun.

"Lin? serius?"

"Apa?"

"Ini?" ucap Renjun sembari menunjuk sekeliling dan di angguki Guanlin

"Lo gak lagi kesambet kan?"

Guanlin berfikir sejenak. "Menurut lo?"

"Sedikit. Lo gak pernah romantis kayak gini"

"Ya.. gue mau nyoba romantis kali ini. Meskipun romantis bukan gaya gue"

Mata Renjun berkaca, jujur ia tidak tau jika Guanlin akan bisa bertindak seperti ini. Tiba tiba saja Renjun merasa terharu, ia berdiri dan langsung memeluk Guanlin.

"I love you" bisiknya

"I love you more"

Mereka saling mengeratkan pelukan, dan seketika terkekeh. Sebelum pelukan itu terlepas, Guanlin memberikan satu kecupan di pipi Renjun. Setelahnya mereka berdua menikmati dinner romantis pertama kali mereka. Iya pertama kali, karena biasanya Guanlin hanya akan mengajak Renjun ke pecel lele langganan mereka, atau paling fancy ya ke restoran fast food.

Setelah puas menikmati makan malam mereka, Guanlin pun kembali membuat Renjun kaget. Ternyata malam ini mereka akan bermalam di resort ini.

"Lin, kalau kakak nyariin gimana?" tanya Renjun

"Tenang, Kakak aman sama Mama. Palingan juga udah tidur karena kecapekan" ucap Guanlin sembari mengusap punggung Renjun

"Mau telfon"

"Iya, nanti pas udah sampe kamar ya"

"Eh, tapi gue gak bawa baju ganti Alin!"

"Gue udah siapin semua kok. Tapi kalau lo gak mau pake baju nanti di kamar juga gapapa. Gue sih gak keberatan"

Plakkk

"MULUT LO BISA DIEM GAK?!"

Guanlin terkekeh sembari mengusap lengannya yang habis kena pukulan dari Renjun itu. "Beneran ini mah, kalau lo risih pakai baju ya gapapa gak usah pake"

Renjun memutar bola matanya malas dan mendahului Guanlin.

"Lo duluan gitu emang tau tempatnya?"

Seketika Renjun menghentikan langkahnya, berbalik dan berkacak pinggang. "Bacot banget!"

Guanlin melebarkan langkahnya menyusul Renjun.

"Mulutnya tuh di jaga, inget lagi hamil" ucapnya sembari menarik pelan pipi Renjun

"Aish! Lo sih!"

Setelah sampai di depan pintu kamar yang akan mereka tempati, Guanlin langsung membuka pintu kamar tersebut dan mempersilahkan Renjun masuk. Renjun seketika kembali terdiam melihat sesuatu di meja kamar tersebut. Ia berbalik menatap Guanlin yang masih berada di ambang pintu.

"Lin??"

Guanlin terkekeh, "Buat Papi" ucapnya sembari mengambil bunga yang berada di ranjang dan mengulurkannya pada Renjun.

Renjun menerima bunga itu, Guanlin kemudian mengambil kotak merah yang berada di ranjang, Guanlin berjongkok dengan satu kaki ia lipat ke belakang. Guanlin membuka kotak merah tersebut.

"Please be my husband forever, Renjun!"

Renjun terdiam, matanya mengerjap beberapa kali sebelum kesadarannya mulai balik. Ia seketika terkekeh melihat suaminya yang biasanya selalu membuatnya emosi itu, namun hari ini berubah 180 derajat menjadi orang yang berbeda.

"I will" jawab Renjun sembari menarik tangan Guanlin dan menyuruh lelaki itu berdiri. "Lo jangan gini lagi, gak baik buat jantung gue"

Guanlin terkekeh. "Gak cocok ya, gue kayak gini?"

Renjun mengangguk, "Gue suka lo yang apa adanya"

Guanlin menarik tangan Renjun dan menyematkan cincin yang berada di kotak merah itu di jari Renjun. Setelahnya ia memberikan satu kecupan di punggung tangan Renjun.

"Gue pernah bilang, gue mau ngeganti cincin waktu gue ngelamar lo. Anggap aja ini gantinya"

Renjun mengangguk dan memberikan satu kecupan di bibir Guanlin.

"Terima kasih. Tapi gak bakal ada yang bisa gantiin cincin tunangan kita. Itu berharga buat gue"

"Makasih ya udah mau jadi suami gue. Udah mau relain badan lo buat hamil anak anak gue. Gue cinta banget sama lo, Ren"

Guanlin menarik pinggang Renjun mendekat, membuat tubuh mereka bersentuhan. Ia menunduk sedikit dan mulai mencium Renjun. Ciuman itu begitu pelan dan tidak menuntut, mereka berdua sama sama saling menyalurkan rasa cintanya. Guanlin menghisap dan melumat pelan bibir Renjun.

Renjun menjatuhkan bunga yang berada di tangannya sejak tadi. Tangannya bergerak terulur mengalung pada leher Guanlin. Mereka berdua saling menikmati ciuman ini, ciuman yang masih di pimpin oleh Guanlin. Tangan Guanlin melingkar pada pinggang Renjun. Dalam sekali tarik, Renjun sudah berada di gendongannya.

Guanlin berjalan pelan menuju ranjang, ia dengan perlahan merebahkan Renjun di ranjang tanpa menyudahi pautan mereka. Guanlin bergerak mengukung Renjun. Tangannya bergerak menurun, membuka beberapa kancing baju Renjun.

Tangan Guanlin mengusap halus dada Renjun, membuat Renjun semakin meremang. Pautan terputus, namun ciuman Guanlin bergerak menurun, melewati leher putih Renjun. Tangan Renjun meremat halus rambut Guanlin, dadanya membusung ketika Guanlin menghisap area collarbone miliknya.

"Eungg.. linn—"

Renjun memejam, merasakan panas di tubuhnya. "Linn.. jangan—" Renjun mencoba menghentikan Guanlin yang mulai mencoba membuka celananya. "Linn.. belum lewat trisemester pertama. Jangan!"

Guanlin menegakan tubuhnya, sial! Guanlin lupa akan hal ini. Guanlin menunduk kembali, melumat bibir Renjun sejenak. Guanlin menempelkan keningnya pada kening Renjun. Ia tatap mata indah milik suaminya itu, "Maaf"

Renjun mengangguk, dengan penuh kekuatan dia membalik posisinya dan Guanlin hingga ia kini berada di atas Guanlin.

"Kita emang gak bisa ngelakuin kayak biasanya. Tapi gue masih bisa buat muasin lo pake cara lain" ucap Renjun yang kemudian menampilkan smirk di wajahnya dan mulai melumat bibir Guanlin dengan tangan bergerak untuk melepaskan kancing baju yang dikenakan oleh suaminya itu.

Setelah puas dengan bagian atas suaminya, Renjun bergerak turun menuju area bawah suaminya itu. Ia usap halus terlebih dulu dan mengerlingkan matanya pada Guanlin yang menatapnya membuat Guanlin terkekeh. Setelahnya Renjun mulai melancarkan aksinya memberikan hadiah kepada suaminya yang sudah banyak memberikan dia kejutan hari ini.






Tbc

*******

ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴍᴇɴɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ᴊᴇᴊᴀᴋ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ᴅᴀɴ ᴋᴏᴍᴇɴ ᴀɢᴀʀ ᴀᴋᴜ ᴍᴀᴋɪɴ ʀᴀᴊɪɴ ᴜᴘᴅᴀᴛᴇ! ʜᴇʜᴇʜᴇ

~~~~~~~~~~~~

Perasaan tiap chap gue selalu ada adegan mumunya yaa?? 😅

Continue Reading

You'll Also Like

302K 24.4K 33
[COMPLETED] tentang kisah sesama idol yang mendapatkan perjodohan dari dua pihak keluarga yang menyebabkan mereka harus menikah dengan merahasiakan s...
7.2K 144 3
|| Cerita ini telah memasuki tahap perbaikan, mohon bersabar untuk menunggu Update. || - Deskripsi - Datang kembali setelah lama tak bertemu dengan k...
20.2K 2.6K 28
⚠️WARNING⚠️ This story is only fictional, it has nothing to do with the real world. I'm just borrowing visuals, don't relate it to the real world. It...
1M 86.7K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...