"Dhanu kemana ?" tanya Aidan pasalnya ia tak melihat Dhanu selepas bel pulang sekolah berbunyi
"Survei arena balap" ujar Rafael
"Kalau si bos ?" tanya Aidan lagi
"Jemput ceweknya" kali ini Agam yang membalas
Aiden mengangguk kepalanya, lalu kembali menyesap nikotin yang berada disela-sela jeraminya lalu mengepulkan asap dari mulutnya
"Terus kalian ngapain di sini ?" tanya Aidan lagi
"Diem Aidan anjing ! gua ga bisa konsentrasi main game gara-gara pertanyaan lu. Semua hal lu tanyain, ga sekalian lu tanya Bu Lastri mau nikah lagi apa ga ?" ujar Farel sambil menatap Aidan sekilas kemudian melanjutkan memainkan game online di ponsel.
Saat ini mereka memang sedang berada di warung Bu Lastri, warung langganan mereka. Wanita berkepala 4 itu dengan senang hati menerima anak-anak Outlaws untuk berkumpul.
Bahkan terkadang ia buka sampai 24 jam ketika ada anak Outlaws yang sedang nongkrong bahkan terkadang ada yang tidur di warung Bu Lastri.
Bu Lastri tak merasa keberatan. Keberadaan mereka membuat Bu Lastri senang sekaligus tak merasa kesepian. Ia adalah janda anak satu, sedangkan anaknya gadis berusia 23 tahun yang tengah menjalankan studinya di kota metropolitan ini
Aiden berdecak kesal, ia merasa kebosanan melanda dirinya.
"Darren, minta hotspot dong" ujar Aiden sambil mendekat kearah Darren tak lupa mengintip isi ponsel pria dingin itu
Apakah ada nomor perempuan?
Aiden sempat melihat Darren sedang membuka room chat WhatsApp, dengan sigap Darren langsung memasukkan ponselnya kembali kedalam kantong seragamnya
"Eh, kok lu pelit amat si. Gua cuma minta hotspot ga bikin lu miskin, aelah" gerutu Aiden
"Gua pergi" ujar Darren sambil mengambil jaket yang ia taruh dibelakang kuris, tak lupa mengambil kunci motornya
"Kemana ?" kali ini Agam yang bertanya
"Valter" jawab Darren singkat lalu bergegas pergi
"Nih, hotspot gua hidup. Tapi datanya mati soalnya lu cuma minta hotspot" ujar Rafael polos tak lupa mengarahkan ponselnya kearah Aiden yang dimana terdapat ia telah menyalakan hotspot tetapi tidak dengan data selulernya
"Males gua punya temen otak udang, udahlah. Mau tidur didalam aja gua" ujar Aiden kesal yang di sambut tawa mengejek sahabatnya
Di warung Bu Lastri memang terdapat satu kamar kecil untuk mereka singgahi. Mereka yang kelelahan bisa merebahkan badannya disana. Bu Lastri sudah di anggap menjadi ibu anak-anak Outlaws
Bahkan terkadang anggota lainnya merayakan traktiran kecil-kecilan di warung Bu Lastri, bukan karena hanya Bu Lastri yang telah dianggap ibu mereka sendiri, tetapi karena makanan masakan Bu Lastri sangat enak, cukup untuk di acungi jempol
_______________
Avita menatap halte bus yang masih cukup ramai, karena malas berdesak-desakan ia mengundurkan diri berjalan kearah gerbang sekolah
Sesekali ia mengecek ponselnya, memastikan pesan yang ia kirim ke orang tuanya dan supir pribadi keluarga mereka
Xynerva ? gadis itu telah pergi bersama Valter
Avita mendesah kesal, pasalnya belum ada tanda-tanda orang tuanya akan menjawab
Sesekali ia melirik Halte yang masih berdesak-desakan.
Cittt...
Avita sempat terlonjak kaget saat mendengar gesekan ban motor yang cukup menggema
Avita menatap sang pelaku yang berjarak kurang lebih 5 langkah dihadapan Avita
Avita sempat tercengang atas kehadiran Darren dihadapannya. Apakah dia mencari Valter ?
Darren membuka helm full facenya lalu menatap Avita dengan tatapan sulit diartikan, "Pulang kapan ?" tanya Darren tiba-tiba
'Hah ?'
Avita mengganggu rambutnya yang tiba-tiba gatal. "Udah 5 menit yang lalu mungkin. Cari kak Valter kan ?" jawab Avita kikuk
Darren sempat menyerngit bingung atas ucapan gadis dihadapannya ini, setelah eberapa detik baru ia bisa mencerna maksud gadis itu
Ia pikir, kedatangan Darren untuk menemui Valter ! ya, Darren paham maksud gadis itu
"Bukan, lu." ujar Darren
Avita mengerjapkan matanya dua kali, membuat senyum tipis muncul dibibir Darren
"Lu mau pulang kapan ?"
"Eh ? belum tahu, m-masih nunggu orang rumah atau halte sepi, mungkin" ujar Avita sambil menampakkan cengir canggung
Darren tiba-tiba melihat kearah motor sportnya lalu melepas jaket yang ia kenakan kemudian ia sodorkan kearah Avita
Avita refleks menerima jaket yang diberikan Darren kepadanya dengan tatapan bingung.
Darren sungguh sulit untuk dimengerti Avita, sial ! lihat ! sekarang Avita seperti orang bodoh yang tak mengetahui situasi
"Naik motor gak masalahkan ?" tanya Darren, Avita hanya mengangguk asal, padahal dirinya tak mengerti apa maksud pria dihadapannya ini
"Ya udah ayok, gua antar lu" ujar Darren sambil menghidupkan kembali mesin motornya
"Pakai, buat nutup paha lu." ujar Darren lagi
Avita menatap jaket di genggamannya, jaket kebanggaan Outlaws yang memiliki nametag 'Darren Dee M'
Avita sempat mengulas senyum tipis, ah sial ! dia tidak jatuh hati pada pria dingin ini kan ?
_______________
"Lu sungguh hebat Xynerva ! langkah awal yang mulus, bukan ?" ujar Kevin sambil menyeruput jus alpukat miliknya
Saat ini Xynerva dan Kevin tengah berada di apartemen Xynerva, Kevin bahkan sempat melihat Xynerva diantar pulang oleh sang ketua Outlaws. Sungguh ! pemandangan yang Kevin suka
Berbeda dengan Xynerva, gadis itu mendesah kesal, "Apakah lu udah mengambil hatinya ?" tanya Kevin lagi
"Kevin, gua rasa, gua gak bisa melanjutkan misi ini. Ini cukup berat bagi gua. Mengapa kita gak langsung mengusut kasus senjata ilegal dan obat-obatan terlarang itu saja ? kenapa harus dengan Outlaws ? gua pikir ini tidak masuk akal ! " jelas Xynerva panjang lebar
Memang benar, bukan ? mengapa ia tidak langsung menyelidiki obat-obatan ilegal itu yang dimana letaknya sudah diketahui oleh Xynerva ?
Kevin menghembuskan nafas lelah, lalu kembali menatap Xynerva dengan tatapan sulit diartikan
"Gua rasa, Outlaws gak ada sangkut pautnya dengan kasus ini" ujar Xynerva lagi dengan nada putus asa kali ini
Xynerva tidak ingin mati sia-sia ditangan Outlaws ! ingat itu.
Kevin terkekeh geli mendengar ucapan Xynerva.
"Xy ? lu pikir, dalang atas kematian Delvin dan ayah lu siapa ? logo tengkorak dan pedang yang bersilang ? bukankah itu logo anak Outlaws ?" tanya Kevin
Xynerva sempat mematung beberapa saat, iya, Kevin benar, misinya untuk mencari tahu siapa dalang pembunuhan secara tragis yang dilakukan kepada ayahnya.
Xynerva bimbang, matanya berkaca-kaca, anda saja ayahnya tidak bekerja sebagai anggota FBI, ia tidak akan kehilangannya! bolehkah Xynerva membenci tuhan karena telah menggariskan takdir yang begitu menyedihkan ?
"Sudah ! lakukan saja misi ini, lu akan tahu semuanya lambat laun" ucap Kevin
"Tapi ? bukankah itu sebenarnya salah kita ? kita yang mencoba membobol privasi mereka ? dan gua rasa, mustahil anak SMA seperti mereka menjadi psikopat ? mungkin saja itu hanya rumor ?" opini Xynerva
Hey ? dimana Xynerva yang mempercayai Kevin ? dimana Xynerva yang menganggap Outlaws adalah psikopat ? kenapa sekarang Xynerva seolah tak percaya bahwa Outlaws adalah gang yang berbahaya ?
"Tenangkanlah pikiran lu. Setelah itu pikirkan apa telah lu ucapkan. Dimana Xynerva yang dulu ? yang percaya bahwa Outlaws adalah perkumpulan mafia ? apakah Valter mencuci otak lu Xy ?"
"Ntahlah Vin, gua bingung dengan situasi ini. Rasanya gua gak mau berurusan dengan Outlaws"
Kevin menganggukkan kepalanya,
"Lu gak ingin terjerumus masuk dalam gang OUTLAWS karena lu takut mati, bukan ? sebenarnya lu tahu Xy ! hanya saja opini mu yang membuat mu ingin mundur dan bilang masalah ini tidak ada sangkut pautnya dengan geng Outlaws" ujar Kevin
Xynerva diam mencerna kata-kata Kevin. Xynerva memang dari awal percaya akan Outlaws adalah pembunuh berantai, hanya saja situasi mendesak dan pembelaan dari otak yang ta ingin mati kemudian ia menyangkal semua opini yang ia ketahui
Sial ! harus apa Xynerva saat ini ?
"Beristirahat lah, kemudian datang keruang rapat nanti malam jam delapan. Ada yang perlu kita bahas bersama. Kalau begitu gua pergi" ujar Kevin sambil berdiri dari duduknya
Setelah kepergian Kevin, Xynerva menghebohkan nafas kesal lalu membanting kepalanya untuk bersandar disofa.
Ia sempat melirik jam yang menunjukkan pukul tiga sore. Xynerva mendesah kesal. Mungkin Kevin benar, ia perlu tidur sebentar untuk mengistirahatkan pikirannya yang tengah berkecambuk