BL Lokal | Awalnya Tantangan...

By uniichaann

2M 182K 8.9K

" Jadi pacar gue? " " Gak, maksudnya gue gak bakal nolak tapi...... " Lo engga bakal pernah lepas dari gue, y... More

1 - Mabuk
2 - Jogging
3 - Murid baru? Nyebelin!
4 - UKS
5 - Awal Sebuah Tantangan
6 - Tantangan Yang Sebenarnya
7 - Milik Reyvan!
8 - One day with Reyvan
9 - Pantai
10 - Ngambek
Butuh pendapat
11 - Tagihan Tantangan
12 - You're mine
13 - Nginep 🔞
cast
14 - Demam
15 - Sakit gigi
16- Huru-Hara Periksa Gigi
17. Reyvan marah
18 - Rahasia berdua
19 - First time 🔞
20 - Cemburu
21 - Manja & Posesif
22 - Langkah Awal
23 - Rencana licik Gian
24 - Kedatangan Gian
25 - Couple baru
26 - Mampus Gian
27 - Nenen
28 - Gian meet Mervin
29 - Penerimaan
31- Kaburnya gagal malah.....
32 - Sepupu ngeselin
33 - Kenzo? [NC21+]
34 - Pesta
35 - Fujo menggila
36 - Si baperan
37 - Badai Datang
38 - Marah
39 - Lebih Kecewa
40 - Kemarahan Kenzo
41 - Akhir (1)
42 - Akhir (2)
43 - Merusuh di rumah Mervin
44 - Eksekusi
45 - Kebohongan
46 - Sakitnya barengan
47 - Segera bertemu
48 - Meet Again
49 - Menuju ending
50 - Akhir yang panas (END)
BONUS CHAPTER (Wedding Day)
BONUS CHAPTER (EdgarxBagas)
BONUS CHAPTER(HavinxReno)
BONUS CHAPTER(Threesome)
BONUS CHAPTER (VanoxGavin)
BONUS CHAPTER (GamaxArka)
for all readers

30 - Bertemu orang baru

22.6K 2.4K 131
By uniichaann

Elvio diam memikirkan dia akan bertemu dengan kedua orangtua Reyvan. Dadanya bergemuruh, rasanya sangat gugup dan sedikit takut.

Bagaimana jika orangtua Reyvan tidak setuju dengan hubungan mereka?

Bagaimana jika mereka jijik kepadanya?

Bagaimana jika mereka di paksa putus?

Elvio menggelengkan kepalanya mengehempas jauh-jauh pemikiran buruk itu.

Elvio mengambil nafas lalu membuangnya, begitu seterusnya selama 5 menit.

Reyvan sadar kalau saat ini Elvio begitu khawatir dan gelisah. Ia menggenggam tangan Elvio, mengelus punggung tangannya dengan lembut.

" Jangan khawatir, mereka baik "

" Bener? Aku takut, kenapa tiba-tiba bawa aku ke sana? ". Elvio manyun, ada sedikit rasa kesal kepada Reyvan.

" Karena ingin. Kamu ngga usah takut, mereka beneran baik. Yah kecuali untuk Mommyku, dia agak galak "

Elvio langsung panik, Mommy Reyvan galak. Bagaimana kalau nanti dia di marahi terus sama Mommynya Reyvan?

Reyvan menahan tawanya melihat ekspresi Elvio, dia menikmati setiap perubahan raut wajah Elvio. Menurutnya itu menggemaskan. Rasa ingin menciumi wajah itu jika saja dia tidak sedang menyetir.

Hampir satu jam mereka di dalam mobil, dan belum juga sampai di rumah Reyvan. Elvio mulai bosan di dalam mobil, bokongnya juga lelah duduk terus.

" Kapan sampai? Aku bosen ". Elvio merengut, menyandarkan punggungnya sambil mematap Reyvan.

" Sebentar lagi ". Reyvan mengulurkan tangannya, mengambil sesuatu di dashbor mobil.

" Minum ini ". Reyvan menyodorkan sekotak susu rasa strawberry yang langsung di terima oleh Elvio.

" Hihi makasih ". Elvio menusukkan sedotan dan langsung meminum susu kesukaannya itu

Benar seperti yang di katakan Reyvan, tidak sampai 15 menit mereka sudah sampai di rumah keluarga Reyvan.

Elvio melongo melihat betapa besarnya rumah utama Reyvan ini. Jika rumah Reyvan yang di sebelah Elvio itu besar, maka yang ini lebih besar lagi. Entah berapa orang yang tinggal di dalam sana.

" Waww gila ini rumah apa istana "

Mobil yang mereka tumpangin sudah masuk ke pekarangan rumah Reyvan yang sangat luas.

" Ayo turun ". Elvio mengangguk saja dan mereka turun.

Mata Elvio menelisik sekelilingnya. Banyak sekali bodyguard yang berjaga di rumah Reyvan, mana badannya gede semua.

Elvio jadi ngeri sendiri. Bayangin kalo ada maling yang nyoba nyuri di rumah Reyvan terus ketauan sama bodyguard. Minimalnya babak belur lah.

" Ayo masuk, mereka sudah menunggu kita ". Reyvan menggenggam tangan Elvio.

Elvio hanya mengangguk saja. Rasa gugup dan takut itu kembali datang membuat tangan Elvio yang berada dalam genggaman tangan Reyvan berkeringat.

Jantungnya berdetak sangat cepat membuatnya harus membuang nafas berkali-kali.

Mereka sudah memasuki rumah Reyvan. Rumah bernuansa warna putih dan polesan warna emas langsung menyambut mereka. Banyak lukisan yang Elvio tebak harganya mahal.

Elvio berjalan mengikuti Reyvan, sampai atensinya tertuju dengan adanya banyak orang  di ruang tamu. Jantung Elvio rasanya mau copot, apalagi ketika mereka menoleh ke arahnya dengan tatapan yang errr..mengerikan.

" Akhirnya kalian datang ". Ucap Alditto-Daddy Reyvan.

Wajahnya sangat mirip dengan Reyvan, mata tajam Reyvan pasti di turunkan dari Daddynya.

" Ya, maaf terlambat ". Reyvan kembali menarik Elvio agar ikut dengannya.

" Apa ini yang namanya Elvio? ". Tanya Vanesa-Mommy Reyvan.

Elvio langsung beringsut ke belakang tubuh Reyvan, menyembunyikan dirinya di sana. Tangannya memegang erat baju belakang Reyvan.

Mereka natap Elvio ngga nyante, makin ngebuat Elvio jadi takut.

Apa semua keluarga Reyvan memiliki tatapan seperti itu?

Mengerikan.

" Rey ". Lirih Elvio. Sesekali Elvio mengintip keluarga Reyvan yang masih menatap ke arahnya.

Reyvan menghela nafasnya kasar, keluarganya memang seperti itu. Wajah mereka membuat pacarnya ketakutan.

" Berhenti menatap kekasihku seperti itu. Kalian membuatnya takut ". Suara Reyvan dengan tatapan datarnya.

Kemudian setelahnya tatapan mereka berubah dan malah tertawa bersama membuat Elvio mengerutkan keningnya.

Aneh sekali keluarga ini.

" Hahaha maaf, Mommy hanya ingin melihat wajah ketakutan dari kekasihmu. So cute ". Mommy Reyvan berdiri, mendekati mereka dengan langkah anggunnya.

Elvio semakin bingung dengan semuanya.

Apa itu artinya mereka menerima kalau anaknya homo?

Yah cukup melegakan.

" Kemari, Mommy ingin melihatmu. Jangan bersembunyi di balik pawangmu itu ". Mommy Reyvan mengulurkan tangannya.

Elvio menatap tangan dengan jari lentik itu, dengan takut-takut Elvio menerima uluran tangan itu. Dan tubuhnya langsung di tarik dari belakang tubuh Reyvan.

Mommy Reyvan membawa Elvio untuk duduk di tengah-tengah keluarganya.

Di ikuti Reyvan yang ikut duduk di sebelah Elvio. Kini Elvio duduk di antara Reyvan dan Mommynya.

" Sebelumnya kami minta maaf karena menakutimu ". Elvio mengangkat kepalanya menatap Alditto.

" Ngga papa ". Lirihnya sambil tersenyum canggung.

" Adik manis ". Elvio tersentak mendengar panggilan itu dari seorang pemuda yang duduk di sebrangnya.

Reyvan berdecih tidak suka mendengarnya. Ia langsung merangkul pinggang Elvio. Tatapannya seolah mengatakan "dia milikku".

" Perkenalkan, aku Juan. Kakak pertama dari kekasih posesifmu. Dan ini istriku ". Juan menunjuk perempuan di sampingnya.

" Salam kenal El, aku Liora. Kamu sangat manis, menggemaskan ".

Pasutri itu terkekeh melihat wajah Elvio yang memerah malu karena terus di puji oleh mereka berdua.

" Hai kak El, aku Irina. Adik dari kak Reyvan hehe salam kenal ". Elvio tersenyum menatap adik Reyvan yang sangat cantik dan manis.

" Dan yang berwajah datar itu bernama Havin, dia kakak kedua Reyvan. Jangan heran dengan ekspresi wajahnya, dia memang seperti itu "

Yang di bicarakan hanya memutar matanya malas. Matanya kembali menatap Elvio dari kaki hingga kepala dengan tatapan yang selalu datar, membuat Elvio ketakutan.

" Rey, takut ". Cicit Elvio, tangannya meremat kuat paha Reyvan.

Reyvan menghela nafasnya kasar. Dia menatap tajam kakak keduanya, mereka akhirnya saling bertatapan tajam.

" Berhenti membuatnya ketakutan, Havin ". Suara Reyvan dingin.

Elvio yang di sebelahnya jadi ikut merinding dengan aura menyeramkan yang Reyvan keluarkan.

Seketika ruang keluarga itu kembali senyap, hanya bunyi jam dinding besar yang mengisi kesunyian itu.

Sebagai orangtua di sana, Alditto dan Vanesa langsung mencoba mencairkan suasana.

" Cukup, kapan kalian akan bersikap dewasa dan tidak kekanak-kanakan? ". Suara Alditto.

" Kalian berdua membuatku pusing. Elvio, ayo ikut Mommy ke dapur. Lebih baik kita membuat eskrim di sana, kamu suka eskrim kan? ". Tawar Vanesa yang langsung di angguki oleh Elvio.

" Aku suka ". Pekiknya senang.

" Baiklah, ayo. Kita tinggalkan mereka saja di sini. Mereka menyebalkan ". Vanesa menarik tangan Elvio menuju ke dapur.

Meninggalkan ruang tamu yang suasananya sunggung mencekam karena kedua anak laki-laki keluarga Dwinata saling melayangkan tatapan tajam permusuhan.

Sang Daddy hanya bisa memijat pelipisnya sambil membuang nafasnya kasar.

" Apa kalian tidak bisa sekali saja saling akur? Kalian sudah lama tidak bertemu, bersikaplah baik ". Alditto hanya bisa bersabar menghadapi sifat anak kedua dan ketiga yang sifatnya sama-sama keras kepala.

" Ck dia yang memulainya, kekasihku ketakutan karenanya ". Reyvan menyandarkan punggungnya, tangannya terlipat di depan dada. Menatap angkuh ke Havin.

Havin terkekeh sinis, ia menatap remeh ke arah Reyvan.

" Kekasihmu saja yang penakut, dia seorang laki-laki tapi penakut. Tidak elit sekali pilihanmu itu Rey ". Kemudian Havin tertawa mengejek yang membuat Reyvan menahan emosinya.

Dia tidak terima jika kekasihnya di jelek-jelekan oleh Havin. Tidak ada yang boleh menghina kekasihnya, apalagi menyakiti. Jika ada maka Reyvan yang akan turun tangan, menghajar mereka sampai tidak berani menyakiti kekasihnya lagi.

Reyvan pernah bilang, dia tidak akan mengampuni siapapun yang menyakiti Elvio. Sekalipun itu keluarganya sendiri.

" Cukup, jangan bertengkar lagi. Semuanya pergi kemar masing-masing, istirahat sudah malam. Dan kamu Reyvan, pergi temui El di dapur ". Perintah Alditto mutlak.

Semua pergi ke kamar mereka masing-masing. Reyvan pun menghampiri Elvio yang sedang asik membuat eskrim, ia menyandarkan tubuhnya di dinding. Melihat bagaimana Elvio langsung akrab dengan Mommynya.

Elvio sesekali tertawa bersama dengan Mommynya. Mata bulatnya menyipit, membuatnya terlihat menggemaskan.

" Ekhem ". Reyvan berdehem membuat dua orang itu menoleh ke arahnya.

" Rey sini, eskrim nya udah mau jadi hehe ". Elvio mengisyaratkan dengan tangannya agar Reyvan ke sana bergabung dengan mereka.

Reyvan tersenyum tipis, langkahnya di bawa mendekati mereka berdua. Tangannya terulur mengelus kepala Elvio.

" Mami, kapan eskrimnya beku? ". Elvio menatap Vanesa dengan mata bulatnya membuat Vanesa tidak bisa menahan diri untuk mencubit pipi Elvio.

" Besok pagi pasti sudah siap. Sekarang kamu ikut Rey ke kamar, bobo ya "

Elvio menggeleng tidak mau, bibirnya mengerucut lucu. " El mau eskrim sekarang "

" Ngga sekarang sayang, sudah malam nanti kamu sakit. Besok kamu boleh makan eskrimnya sepuasmu ". Ucap Vanesa mencoba membujuk Elvio.

" Pasti bentar lagi nangis ". Batin Reyvan.

Dan bener aja, Elvio langsung menangis sesegukan. Bibirnya melengkung ke bawah, matanya sudah bercucuran air mata.

Aduhhaay gemes. Rasa ingin buat Elvio nangis terus:v

" Mami bohong..hiks..Mami bilang El..hiks..boleh makan eskrimnya "

Vanesa jadi panik sendiri melihat Elvio menangis seperti itu. Apalagi itu karena dirinya.

" Aduh maaf sayang, sudah jangan nangis ya ". Vanesa menggaruk kepalanya, memikirkan bagaimana cara menenangkan Elvio.

Vanesa menatap ke Reyvan, tapi yang di tatap hanya menggidikkan bahunya santai.

" Hiks..mau eskrim "

Melihat Mommynya pasrah, Reyvan akhirnya mengambil alih untuk mendiamkan Elvio. Ia menarik Elvio ke dalam dekapannya, mengelus  punggung sempit Elvio.

" Sstt udah jangan nangis, yang Mommy bilang itu benar. Kalo kamu makan eskrim sekarang nanti kamu sakit, kan eskrimnya juga belum beku masih cair ". Ucap Reyvan dengan nada lembutnya.

Vanesa melongo tidak percaya melihat perubahan sifat Reyvan. Dia yang tadinya anak yang irit ngomong, sekarang menjadi lebih banyak bicara dengan Elvio.

Sebesar itukah pengaruh Elvio di dalam hidup Reyvan?

" Iya "

Reyvan dan Vanesa tersenyum lega karena Elvio sudah tidak menangis. Reyvan menggendong Elvio di depan.

" Kami akan kekamar, Mom ". Vanesa menggangguk.

Reyvan membawa Elvio menuju ke kamarnya yang berada di lantai 3. Rumah Reyvan ini memiliki 3 lantai sehingga di sediakan lift juga agar tidak perlu capek-capek naik tangga.

Mereka sudah berada di dalam lift, bukan hanya mereka berdua tapi ada satu orang lagi.

Itu Havin, kakak kedua Reyvan.

Elvio makin mengeratkan pelukannya, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Reyvan. Ia masih ingat yang tadi omong-omong.

" Dasar cengeng ". Ucap Havin sinis.

Elvio merengut tidak suka di sebut cengeng.

Kakak kedua Reyvan ini benar-benar menyebalkan.

" Aku ngga cengeng! ". Pekiknya, walau masih takut bertatap muka dengan Havin.

" Jangan meladeninya, biarkan saja hm ". Ucap Reyvan sambil menatap tajam Havin.

Reyvan bisa merasakan anggukan kepala Elvio.

Tidak perlu waktu lama untuk sampai di lantai 3, mereka keluar bersamaan. Reyvan membawa Elvio ke kamarnya.

Membaringkan Elvio di kasurnya dengan hati-hati karena anak itu sudah tertidur pulas.

Reyvan mengecup kening Elvio setelah menaikkan selimut sebatas dada.

" Good night dear "

Reyvan meninggalkan Elvio yang tertidur, ia harus mengurus sesuatu dengan Juan dan istrinya.

****

Gian saat ini terkurung di sebuah kamar, setelah kejadian kemarin dia tertangkap oleh Mervin. Sekarang dia terjebak di dalam kamar milik pria itu.

Pintu kamarnya terkunci dari luar, jendela juga terkunci. Tidak ada celah untuknya bisa kabur.

Benar-benar menyebalkan.

Pintu itu hanya terbuka jika sudah waktunya makan. Dan pelayan yang mengantarkan makanannya, tapi itu semua tidak ia sentuh.

Yang dia pikirkan hanya cara untuk bisa keluar dari sini. Dia melihat dari jendela, banyak sekali penjaga di luar sana. Dan yang pasti, di dalam rumah ini juga banyak penjaga yang bertubuh besar.

Sulit untuknya bisa keluar kecuali jika Mervin sendiri yang membukakan pintu untuknya.

Mervin....

Seketika sebuah ide muncul di dalam kepalanya. Semoga saja berhasil, sebentar lagi waktunya makan malam.

Ceklek ceklek

Bunyi putaran kunci terdengar, dan pintu itu terbuka lebar dengan seorang pelayan wanita paruh baya masuk membawa nampan berisi makanan.

" Permisi Tuan, saya mengantar makan malam anda. Tolong di makan, dari kemarin anda tidak menyentuh makanan sama sekali ". Wanita paruh baya itu menatap teduh ke Gian.

Membuat Gian mengalihkan pandangannya, tatapan itu mengingatkannya pada ibunya. Mengingat itu membuat rahangnya mengeras, ia benci ibunya.

Gian hanya diam, dan wanita paruh baya itu memaklumi.

" Kapan bosmu pulang? "

Pelayan itu menatap Gian bingung tapi tetap menjawab.

" Tuan Mervin biasanya pulang pukul sembilan". Setelah mengatakan itu, pelayan paruh baya itu langsung pergi. Tidak lupa mengunci pintu sesuai perintah dari bosnya.

Gian duduk di kasur, menatap lurus ke arah makanannya. Lalu beralih ke jam dinding yang terpasang di sana.

" Masih jam delapan, sejam lagi dia pulang. Gue bisa jalanin rencana gue buat kabur dari cowo gila itu ". Gian menyeringai memikirkan ide yang menurutnya brilian itu.

Sementara itu di tempat lain, Mervin tersenyum mengerikan. Telinganya tersumpal dengan earphone.

" Hmm..mau kabur ya? "

|TBC|

Hehehehehe halo sayang aku, jangan lupa voment:v

Continue Reading

You'll Also Like

My mine ( BxB ) By Bot

General Fiction

10.3K 464 35
Seorang pemuda yang sering di panggil Kean, Kean hidup bersama neneknya di rumah mereka yang begitu lusuh. suatu hari nenek Kean sakit dan harus di l...
1.1M 124K 40
(noted : kelanjutan cerita ketos vs badboy season 1, diharapkan untuk membaca versi pertama terlebih dahulu) BAB UNPUBLISH : 13, 28 & 40 (kepentingan...
1.4M 72.3K 45
Bagaimana kalau lelaki yang 𝘣𝘳𝘦𝘯𝘨𝘴𝘦𝘬 dijodohkan dengan lelaki 12 pintu? Dosa ditanggung pembaca!! 𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 ⚠ •𝐍𝐎𝐍 𝐁𝐀𝐊𝐔 •𝐁𝐀𝐍...
2M 251K 26
Gerall menarik nafas panjang sebelum ngomong, "gua hamil." "Oh, hamil. Selamat, gan." "Hamil anak lu." "HAH?! KOK COWO BISA HAMIL?! ANAK GUA PULA?" L...