ASAVELLA [TERBIT] ✓

By jerukminii

8.2M 601K 48K

Aku terlalu bahagia mengisi hari-harinya. Sampai aku lupa, bukan aku pengisi hatinya. ••••• Cover by pinteres... More

Asavella 🍁
Asavella 🍁2
Asavella 🍁3
Asavella 🍁4 +
Asavella 🍁5
Asavella 🍁6
Asavella 🍁7
Asavella 🍁8
Asavella 🍁9
Asavella 🍁10
Asavella 🍁11
Asavella 🍁12
Asavella 🍁13
Asavella 🍁14
Asavella 🍁15
Asavella 🍁16
Asavella 🍁17
Asavella 🍁18
Asavella 🍁19
Asavella 🍁20
Asavella 🍁21
Asavella 🍁22
Asavella 🍁23
Asavella 🍁24
Asavella 🍁25
Asavella 🍁26
Asavella 🍁27
Asavella 🍁28
Asavella 🍁29
Asavella 🍁30
Asavella 🍁31
Asavella 🍁32
Asavella 🍁33
Asavella 🍁34
Asavella 🍁35
Asavella 🍁36
Asavella 🍁37
Asavella 🍁38
Asavella 🍁39
Asavella 🍁40
Asavella 🍁41
Asavella 🍁42
Asavella 🍁43
Asavella 🍁44
Asavella 🍁46
Asavella 🍁 47
Asavella 🍁48
Asavella 🍁49
Asavella 🍁50
Asavella 🍁51
Asavella 🍁52
Asavella 🍁53
Asavella 🍁54
Asavella 🍁55
Asavella 🍁56
Asavella 🍁57
Asavella 🍁58
Asavella 🍁59
Asavella 🍁60
Asavella 🍁61
Asavella 🍁62
Asavella 🍁63
Asavella 🍁64
Asavella 🍁65
Asavella 🍁66
Asavella 🍁67
Asavella 🍁68 pt.1
Asavella 🍁 68 pt.2
Asavella 🍁69 pt.1
Asavella 🍁 69 pt.2
Asavella 🍁70 (A)
Asavella ending?
ENDING ASAVELLA
EPILOG
ARKHAN : AKU JUGA PERNAH BAHAGIA
VOTE COVER ASAVELLA
OPEN PRE ORDER ASAVELLA

Asavella 🍁45

85.4K 6.8K 901
By jerukminii

Bagaimana gejolak jantung yang tidak bisa dikontrol membuat sosok Tio Mahardika mendapati sosok gadis yang datang pada rooftop dan duduk di sampingnya. Kehadiran gadis itu begitu mengejutkan. Tidak dirinya saja jantung juga terkejut dan hampir saja keluar.

Bahkan kepala gadis itu bersandar penuh pada bahu kanannya. Jantung yang benar-benar tidak bisa ia kendalikan ketika berirama indah.

"Sa?" panggilnya memastikan jika perempuan yang tengah bersandar itu adalah Asavella Skyrainy Diana Putri-orang yang ingin sekali ia miliki namun tidak bisa dipungkiri mereka tidak akan pernah bersama-sama untuk kedepannya.

"Pantes. Kalo lo suka pergi ke sini. Bolos pelajaran juga cuma buat menikmati langit biru dan permen lollipop, iya kan?" tanya gadis itu yang kemudian duduk tegak dan membuka kacamata dan topi yang ia pakai.

"Gue ada milkita. Mau nggak?" Asa merogoh saku pada almamater bagian dalam. Tapi gerakan itu berhasil dihentikan Tio Mahardika.

"Buat kamu aja. Biar kamu tambah manis." Tio kali ini berhasil kembali membuat Asavella tersenyum malu. Bahkan, pipi Asa pun memerah begitu sempurna.

"Senyum terus ya, Sa." Begitu lirih Tio ucap. Tapi tidak memungkiri Asavella untuk masih mendengarkan kata itu.

"Tapi, hari ini. Gue enggak lihat permen itu di mulut lo lagi. Habis, ya? Mau dibeliin? Sukak apa?"

"Sukak kamu."

Asa tentu semakin tidak karuan. Bagaimana kulkas tujuh pintu itu sekarang pintar membuat kata manis.

"Serius aku."

"Aku juga serius. Kamu itu udah manis. Candu. Jadi gaperlu aku manis-manis lagi."

"Tio ..., udah."

Tio menunduk. Mata sipitnya tenggelam karena senyum. "Aku berhenti makan permen lollipop semenjak kemarin bersamamu. Iya Ca, sama kamu. Kamu udah manis. Terlalu manis sampai candunya kelewat kebawa mimpi."

Asa menutup wajah untuk menyembunyikan bagaimana senyumnya dengan pipi merah membuatnya merasakan gejolak irama pada jantungnya. Lihatlah, Tio Mahardika lah pemenang sesungguhnya.

Tio tersenyum tipis. Bukan karena cerewetnya Asavella. Tapi melihat bagaimana gadis itu datang dengan rambut yang berbeda. Bahkan ia tersenyum ketika Asa malu-malu tengah menyembunyikan pipi merah merona.

"Kamu cantik, Ca."

"Kamu cantik kalo senyum. Gini terus ya, Ca. Jangan sampai luntur itu senyumannya nanti aku bakalan sedih."

"Dih, jijik gue, bangsat. Mau gue beliin permen, nggak? Permen kaki gitu? Ato enggak ... permen pletuk pletuk." Asa yang mendorong lembut pundak Tio dengan pipi merona merah di balik masker.

"Aku gamau lagi sama permen. But, I want u to alive better. And ..."

"Aku mau kamu, Ca. Tapi ... aku gabisa memiliki sosok kamu."

"Karena kita beda agama? Gue enggak punya agama, gitu?" balas Asa seraya membuka masker hitamnya. Terkekeh sekilas walaupun itu hanya paksaan.

Laki-laki itupun juga terkekeh dengan kepala menunduk dan tangan menutupi wajah. "Karena kamu terlalu indah untuk dimiliki laki-laki buruk kek aku, Ca. Aku munafik, Aca. Bahkan aku pernah olok-olok kamu. Inget? Gimana aku pernah jahat sama kamu ikut bully kamu."

"Lo orang baik, Ioo" tekan Asa membenarkan sedikit kata yang tidak cocok untuk mendeskripsikan laki-laki tersebut.

Tio dibuat terkejut kala Asavella memanggil dirinya dengan sebutan dua kata nama depannya tanpa menambah huruf T.

Tio menggeleng kepala. Memposisikan duduknya sedikit nyaman ketika lesehan bersama Asa. "Aku enggak sebaik yang kamu kenal selama ini. Bahkan, aku rasa, aku lebih buruk dari Brian yang sering nyakitin kamu, Bagus yang kelewatan akal bodohnya, Harta yang egois ingin memiliki kamu."

"I love u, Ca. But, I can't have u," final Asa yang kemudian meraih kepala Asa. Mengecup sekilas kening gadis itu.

"I hope, u hate me from now on," tambahnya yang kemudian berdiri. "Jangan buat aku nanti semakin jatuh dengan sikapmu hari ini."

"Jika boleh, aku ingin jadikan kamu sebagai tokoh utama di universe lain. Cuma kita. Mau?"

Asa benar-benar dibuat bingung dengan sikap laki-laki tersebut yang terlihat begitu aneh. Dengan tujuan datang mencari Tio hanya sekadar ingin bercerita bagaimana kemarin ia merasa habis. Tapi kenapa, ketika Asa ingin bercerita ia harus menerima keadaan yang belum ia siap terima.

"Lo mau pergi?" Asa spontan berkata seperti itu dan beranjak sigap untuk berdiri.

"Im here. Aku enggak kemana-mana, Aca," balas sosok laki-laki-Tio Mahardika-meraih dan menepuk lembut kedua pundak Asa.

Sekarang, tangan yang semula berada dipundak sang gadis-beralih untuk mengisi jemari-jemari lembut Asa. Dan kemudian ia tersenyum hangat. Menatap hangat bola mata Asa.

"Semoga, kita bertemu lagi di semesta selanjutnya. Sebagai dua orang yang saling membahagiakan tanpa terhalang bertepuknya perasaan dan takutnya kehilangan."

"Aca ... dengerin aku ya, jangan marah. Aku tau kamu gaada perasaan sama aku dan anggap aku cuma sahabat kamu. Tapi kamu harus tau."

"Aku udah milik orang lain," lirih Tio Mahardika tanpa penuh dosa.

"Lo bisa enggak, enggak usah nambah beban hati gue. Tujuan gue dateng mau cerita dan canda tawa sama lo."

"Mau ketemu lo, cerita banyak hal. Tapi sikap lo kemarin yang seakan treat a queen gue, kenapa langsung dijatuhin buat bikin gue enggak percaya buat lo. Gue enggak pernah masalahin lo punya cewe dan di sisi lain lo pernah bilang cinta sama gue. Gue enggak pernah mempersalahin."

"Yang gue persalahin di sini. Lo tanpa dosa seakan suruh gue pergi."

"Maafin aku, Ca. Aku sadar soal kemarin adalah kesalahan belaka yang aku buat."

"Seharusnya aku enggak buat kamu senyaman itu hanya ingin lihat kamu senyum."

Asa menunduk-terkekeh remeh. "LAWAK LO! GAADA BEDANYA LO SAMA BRIAN!"

Tio tersenyum tipis. "I'm sorry."

''UNTUK SELURUH SISWA SISWI KELAS 11 IPA MAUPUN IPS SILAKAN BERKUMPUL PADA LAPANGAN DAN NAMA-NAMA YANG SAYA SEBUT SEGERA KERUANG KEPALA SEKOLAH.''

Suara pengumuman itu menjadi keheningan di antara Asavella dan Tio Mahardika. Tio meraih tangan Asavella dengan lembut.

"Ayo pergi."

Asa kehilangan pikiran bagaimana sikap Tio benar-benar mengajak berada puncak yang ia sendiri tidak bisa mendeskripsikan. Mereka menuruni anakan tangga dan berjalan bersebelahan. Bahkan telinga mereka masih mendengar bagaimana suara dari speaker pengumuman menyebut nama-nama siswa siswi SMA MERPATI SILA LIMA.

Langkah kaki Asavella berhenti. Membuat Tio tertarik kebelakang dan ikut menghentikan langkah yang ia rajut.

"SEKALI LAGI. UNTUK YANG SEBUT RANDY NARENDRA IPS 2, NANARAI FELYCYA MIPA 8 DAN TIO MAHARDIKA IPA EFEKTIF 1 - A. TOLONG SEGERA MENUJU KERUANG KEPALA SEKOLAH SEKARANG."

Tio meneguk saliva begitu kasar. Membalik tubuh penuh ketakutan. Ia memejamkan matanya ketika membalik tubuh sebab ia tak berani menatap gadis yang mungkin akan bertanya banyak hal.

Ia pun menghela napas berat melalui mulut. Meraih masker hitam Asavella. Ia pun berusaha netral sembari memakaikan masker pada Asavella. "Duluan ya, gapapa kan?"

"Ada hubungan apa lo sama mereka?" tanya Asa yang di mana laki-laki itu tidak berani menatap netra dari lawan bicaranya.

"Gaada. I'm fine. Aku bisa atasi ini."

"GUE GANANYA LO BISA ATASI INI! TAPI GUE NANYA, LO ADA HUBUNGAN APA SAMA MEREKA!"

Asa mendorong tubuh Tio dengan kasar dan membuat laki-laki itu terjatuh. Asa tau Randy Narendra dan Nanarai Felycya dua siswi yang hampir dikeluarkan sekolah karena begitu membuat banyak masalah. Tapi mereka harus dipertahankan karena suatu alasan yang bisa dideskripsikan jikalau sekolahan disogok dengan uang.

"Lo punya masalah sama mereka? Ato lo pacaran sama Nana? Nana pacar Randy? Mereka toxic!"

"Toxic bukan berarti mereka buruk dalam segala hal, Ca. Nana pacar aku, Ca. Jaga omongan kamu."

"Mereka baik," imbuh Tio dengan wajah serius.

Asa menggeleng-mengusap wajah kasar. "Lo munafik bener! Sejak kapan lo temenan sama mereka! Pacaran sama Nana? Kapan, Tio?"

"Kalopun gue bilang gue kasih tau kapan gue pacaran sama dia, lo percaya?"

"Lo mau tau? Oke! Gue kasih tau!"

"Gue, pacaran sama itu cewek, dari awal gue masuk sekolah ini. Lo percaya? Enggak, 'kan? Karena lo cuma tau sedikit tentang gue. Gue tau privasi mana yang perlu ceritakan dan mana yang enggak."

"Satu hal yang harus lo tau, biar lo benci gue. Maaf kalo gue jahat. Tapi gue cuma penasaran sama lo."

"Penasaran sampe harus libatin perasaan?" sela gadis itu seraya tersenyum kecewa. "LAWAK LO!"

Tio pun membalas senyuman remeh. "Emang lawak. Lo aja yang nganggep serius. Gue deketin lo cuma penasaran, selebihnya, say good bye."

"Gue, manipulatif lo kemarin, pura-pura seakan gue deket sama Keci, berteman sama lo semua, itu cuma pengen deket sama lo dan hancurin lo lebih dalem. Karena gue sepenasaran itu sama lo."

"Lo perempuan murahan tahu nggak, segampang itu larut sama tiap kata gue. Tapi bodohnya gue ikut larut kemarin. Gimana lo bisa bahagia kalo lo terlalu welcome sama luka?"

BUG!!

Bug!

Hantaman bertubi-tubi yang didaratkan laki-laki yang baru saja datang membuat Tio terluka pada bagian bibir dan selangkangan Tio. Tentu Asavella terkejut. Ia menarik kerah Saka dan mendorong Saka begitu keras.

"Lo mau jadi jagoan? Adu jotos kek orang bodoh?" Kalimat itu terlontar untuk Saka yang napasnya terengah-engah.

"Bahkan gue gapeduli bakalan kehilangan akal sehat gue, kalo udah nyangkut lo, Langit. Cowo berengsek, munafik, hidup banyak boong kek Tio harus dihabisi. Dia manipulatif lo!"

Tio berdesis-merasakan nyeri pada ujung bibir kanannya yang terlihat mengeluarkan darah segar.

"Gue udah di manipulatif sama banyak orang jadi gue enggak kaget! Tapi kenapa lo buat gue kecewa. Apa bedanya lo sama yang lain, ha?"

"Gue beda, Sa. Gue bukan Brian, Gue bukan Tio dan temen-temen culun lo! Gue enggak akan nyakitin orang yang berusaha nyakitin lo! Lo gabisa jatuhin mental mereka ataupun merusak hidup mereka. Tapi, gue yang bakalan lakuin di sini."

"Gue enggak peduli, tua, muda, musuh ataupun teman. Apapun derajat dan statusnya. Jika dia sudah membuat gadis gue menangis ataupun berlumur darah hingga merusak psikis."

"Maka gue pastiin, pelaku tersebut tidur selamanya dengan dosa yang menjadi bekalnya," kata laki-laki yang kini menatap penuh dendam ke arah Tio.

Saka maju beberapa langkah ke arah Tio. Mencengkeram erat kerah seragam Tio. "Kali ini lo lolos buat ketemu malaikat maut, kalo saja Langit kali ini ngebela elo," ucapnya begitu pelan.

ฅ^•ﻌ•^ฅ

Saka menggandeng sempurna pergelangan tangan Asavella. Bahkan ia melewati Brian yang Asa sendiri bisa lihat laki-laki pemilik mata sabit itu tengah kembali berkumpul bersama anggota OSIS INTI lainnya untuk membantu acara kali ini.

Harta, Bagus, Keci, dan Mutiara bisa melihat juga bagaimana Asavella bersama Saka melewatinya tanpa menyapa. Bagus mengepalkan tangan begitu erat. Harta menahan emosional. Mereka berdua merasa cemburu dan tidak suka jika Saka bersama Asavella.

Keci semakin tersulut api kebencian. Ia pun memutuskan pergi dari lapangan yang di mana acara akan segera di mulai. Mutiara yang bimbang melihat itu, memilih pergi juga mengikuti ke mana gadis blesteran Belanda-Indonesia itu pergi.

"Gue pengen ngomong semuanya soal ini. Gue gatahan," gerutu Bagus yang berada pada barisan dua dari depan di mana ucapannya masih bisa dijangkau oleh rungu dari Harta Javier.

Tapi Harta masih tidak menggubris. Bagaimanapun Harta masih tidak mempercayai kejadian konyol saat di café. Bagaimana gadis yang ia jaga selama ini harus berhubungan dengan Bagus Mahendra sahabatnya sendiri.

"Udah. Lo gausah aneh-aneh. Lo tau sendiri, si Asa udah banyak masalah, lo mau nambah masalah?" tegur Dodit yang mengusap-usap kasar dada Bagus.

"Setidaknya gue masih punya rasa kasihan. Gak kek ketua kelas kita sama yang lain. Mereka semua nyembunyiin hal tergoblok yang seharusnya gue enggak usah ikut-ikut."

"Tio emang goblok, sepupu lo emang goblok," cibir Dodit. "Lo kenapa nggak ikut-ikut, Tio?"

"Matamu! Otak gue memang minim. Tapi buat jalur jahanam langsung gue enggak sanggup."

Dodit mengeplak pundak Bagus. "Lo udah hamilin cewek sahabat lo bangsat! Lo juga jalur jahanam."

"Jahanam gue masih bisa gue nego kalo gue tanggung jawab," sahut Bagus dengan entengnya.

"Emang lo tanggung jawab?" tanya Dodit memastikan seraya menyenggol pelan bahu Bagus.

"Gue takut ebes gue geplak pala gue. Jadi untuk sementara ... gue berusaha buat nutupi kehamilan Mutiara."

"Setidaknya gue sayang Mutiara. Gue cinta Mutiara." Terus terang Bagus yang di sengaja.

Harta menahan amarah ketika Bagus tengah menyindirnya. Sebab, ini bukan waktu yang tepat untuk adu jotos.

Kini Acara di mulai. Para siswa kelas 11 sudah lengkap berkumpul dan duduk di lapangan sekolah di tengah terik matahari.

"Silakan tiga siswa yang dipanggil ke depan," ucap guru Geografi yang tengah berbicara di depan menggunakan mic sekolah.

Para siswa heboh ketika tiga siswa tangannya diborgol dan tiga polisi BNN yang beberapa hari lalu kemari mendampingi tiga siswi yang kini berdiri di tengah lapangan.

"Untuk kalian bertiga. Sekarang, lepas atribut dari SMA MERPATI SILA LIMA. Mulai dari almamater, dasi, sabuk, sepatu, kaos kaki."

Para polisi membuka sejenak borgol mereka. Mereka satu persatu melepas almamater, sabuk, dasi. Dua guru beka membantu merobek kasar logo SMA MERPATI SILA LIMA pada seragam putih mereka.

Dua bola mata Asavella panas ketika berkontak mata dengan Tio. Dan Tio dengan bodohnya memberi senyum untuk mengisyaratkan Asavella-semua baik baik saja.

"Terima kasih untuk satu siswa yang tidak ingin disebut namanya, sudah melaporkan hal ini. Jika tanpa dia, kemungkinan kami tidak akan tahu jikalau di sekolahan ini masih ada yang memakai barang haram," ucap Pak Joyye-guru Geografi yang mewakili para guru dan pembimbing lainnya.

"Ini adalah salah satu contoh untuk kalian supaya berpikir dua kali, sebab ini selain merusak nama baik kalian, tapi juga masa depan kalian. Mereka dinyatakan positif memakai narkotika. Dan salah satu mereka adalah pengedarnya juga."

"Yang mereka pakai tak lain sejenis sabu-sabuan dan ganja. Sementara Tio Mahardika sudah mengkonsumsi sabu-sabu bersama dengan permen lollipop selama kurang lebih dua tahun."

"Mereka juga sering melakukan jual beli secara diam-diam ataupun mengedarkannya di mana lokasi pertemuan antara pengedar dan pembeli berada di sekitaran stasiun."

Brian yang mendengar itu teringat pertemuannya Tio yang berada di stasiun di kala Asavella menjemputnya.

Asavella menutup mulutnya dan berdiri. Berjalan mundur beberapa langkah yang kini menjadi pusat perhatian para siswa di sana.

"Asavella, kenapa berdiri?" tanya Pak Joyye. "Apa kamu ada yang ingin disampaikan? Kamu kan juga temannya, Tio Mahardika? Apa pacarnya?"

"Dia milik saya, pak. Bukan Tio." Dua laki-laki itu refleks secara keras dan tegas mengatakan dari arah berbeda untuk membenarkan kalimat Pak Joyye.

Sungguh. Kini Brian dan Saka saling memandang kesal dari kejauhan.

Di sisi lain, Asavella menarik rambutnya kuat-kuat. Brian yang paham dan Saka yang mengetahui sigap menghampiri Asavella Tapi Brian sempat terhalang oleh teman-temannya.

"Lo mau kemana?" tanya salah satu anggota INTI OSIS yang menahan Brian.

"Langit, gue."

"Dia pacar Saka, kan? Udah Ada Saka. Lo di sini, karena acara ini belum selesai. Inget, lo anggota dari INTI OSIS. Profesional. Lo ketua OSIS."

"Gausah negur gue. Gaada yang lebih penting dari, Langit," tekan Brian yang kemudian memilih pergi menghampiri Asavella yang kini bersama Saka.

"Ini kenapa jadi kacau," kata Pak Joyye. "Brian cepat kamu bawa Asavella ke UKS aja. Mungkin Asavella lagi enggak sehat."

"Dia emang gila pak!"

"Parasit sekolah!!"

"BISANYA NYUSAHIN ORANG!!"

"SASIMO!! PELAKOR!"

"KENAPA NGGAK DIA AJA YANG TERLIBAT NARKOTIKA SU!!"

"LO NGOMONG GITU SADAR DIRI NGGAK! LO SAMA AJA SAMA PEMBUNUH GOBLOK!!" frontal Bagus yang tidak bisa membiarkan ini dan bergabung dalam kekacauan.

"LO SAMA AJA SAMA PENJAHAT! LO JATUHIN MENTAL ANAK ORANG! LO NGOMONG GITU EMANG LO TAU SELUK BELUK ORANG YANG LO MAKI-MAKI!!"

"KALAU GATAU LO DIEM BANGSAT ANJING BABI KAU MATI AJA!!" Bagaimana terlihat emosional Bagus. Mendorong beberapa temannya yang juga ikut menjatuhkan mental Asavella.

Suasana menjadi kacau tak karuan. Lontaran benci kepada Asavella menjadi-jadi dan yang membela hanya Bagus seorang diri.

"Udah-udah kalian semua bisa diam? Jangan memperkeruh suasana!" tegas Pak Jeyyo yang di mana para Inti OSIS membantu menenangkan.

Tio yang melihat merasa tidak sanggup. Kali ini ia juga memposisikan posisi yang sama dengan orang-orang jahat.

"Lo gapapa?" tanya Nana begitu khawatir kepada Tio. Tapi laki-laki itu tersenyum paksa dengan gelengan samar untuk memberitahu jikalau ia baik-baik saja.

"Asavella enggak akan bisa benci lo, nanti minta izin dulu sama polisi, dan kemudian, temui dia terakhir kali," sahut Randy. Memberikan sedikit dekapan singkat pada Tio.

"Pertemuan terakhir itu sudah pupus karena sudah dipukul mundur oleh realita. Gue enggak sanggup buat lihat wajah sedihnya karena gue dan menjawab semua pertanyaannya nanti," lirih Tio.

"Gue penyebab luka sekalipun obat. Tapi kali ini, luka itu melampaui batas."

Randy berdecak. Dan kemudian berkata. "Lebih tepatnya, lo yang bikin dia tertawa lepas dan lo juga yang bikin dia menangis tanpa suara."

"Lo tau, Asavella secandu Narkotika. Gue cinta dia. Tapi gue terlatih untuk sadar, Asavella tidak cocok untuk gue yang buruk dalam sebuah kisah kehidupan."

ฅ^•ﻌ•^ฅ

Okey. Kali ini. Gimana?

Coba ungkapin gimana cerita ini?

Uneg-uneg untuk Tio Mahardika?

Uneg-uneg untuk Asavella?

Next??

makasih yang udah baca jangan lupa buat vote dan komen♡

🍊ILYSM🍊

Continue Reading

You'll Also Like

177K 15.4K 38
Aku berhasil menulisnya ... Menulis kisahmu yang sangat sedih dan pilu ... Menulis semua diksi indah yang keluar dari mulutmu ... Menulis semua rasa...
1.1M 17.7K 28
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.4K 1K 22
"Aku mencintainya, tapi aku juga menyayangi orang lain." -All "Don't expect too much, manusia itu gampang berubah." -Sya "Jangan merasa penting dalam...
12.6K 1K 12
Sangat sadar aku membenci cinta. Aku tak mempercayainya. Cinta bagiku semacam ajaran sesat yang mengotori pikiran manusia. Sedari kecil aku sudah di...