Reach of Love

By MatchaNam

528 32 11

Saquel 'Our Crazy Wedding' Update setiap sabtu, In syaa Allah. #1 kategori Jodoh (08Aug2021) #1 kategori Pert... More

Pembuka
Prolog
Siapa Keyra?

Kamu Lagi

3 1 0
By MatchaNam

Keyra dan Ningrum kini tengah duduk di halte sekolah.

"Please Ning, gue bisa pulang naik tj aja," ucap Keyra.
(TJ : Trans Jakarta)

"Nggak!" ucap Ningrum sembari memegang kuat tangan kiri Keyra.

"Ning..." pujuk Keyra.

Ningrum menghela napas. "Ya udah, tapi jangan anggep gue sahabat lo lagi!" ucap Ningrum sembari melepaskan pegangan tangannya.

Merasa tidak enak, Keyra pun akhirnya mengalah. "Dari pada gue kehilangan sahabat gue yang baiknya kebangetan ini, mending gue nggak naik tj deh." ucap Keyra merayu Ningrum.

"Beneran nih?" tanya Ningrum.

Keyra mengangguk sembari tersenyum.

Memang Ningrum harus menjadi seperti anak kecil dulu agar Keyra mau pulang bersama dengannya. Keyra memang sangat tidak mudah untuk menerima kebaikan dari seseorang. Ia memang wanita yang mandiri dan tidak ingin membuat orang lain terbebani akan dirinya.

"Lo main ke rumah gue dulu dong Key! Yah, pleasee." ucap Ningrum.

Lagi - lagi Keyra mengangguk. Ia tidak ingin membuat sahabat terbaiknya ini merasa kecewa.

"Yeayy, makasih Keyraa." ucap Ningrum tersenyum bahagia. "Em ngin--"

"Kalau yang itu, nggak dulu deh Ning," potong Keyra.

"Okay - okay, gue nggak maksa kok." sahut Ningrum.

Keyra tersenyum mendengar ucapan Ningrum.

Setelah menunggu beberapa lamanya, akhirnya mobil jemputan Ningrum telah tiba.

"Ayo Key!" ajak Ningrum sembari menarik lengan Keyra.

Keyra pun mengikuti tarikan Ningrum terhadap dirinya.

Mereka pun akhirnya beranjak ke rumah Ningrum.

***

Affan membuka ponselnya, ia membaca notifikasi yang terpampang di layar ponselnya.

Kenan : Shazad dimari, lo kaga mau join?

Affan kemudian mematikan ponsel miliknya. Ia pun lalu berjalan menuju pintu kamar.

Kini Affan sudah duduk di meja makan bersama dengan ayah, bunda dan adiknya.

"Hari ini kita makan malam di luar ya, bunda lupa bahan-bahan lagi habis." ucap Sheina.

"Yah bundaa, padahal adek udah ngebayangin makan soto buatan bunda tadi." rengek Aerilyn.

Sheina tersenyum. "Maaf ya sayang," ujar Sheina lirih. Arga kemudian membelai rambut putrinya itu. "Hari ini adek deh yang pilih mau makan di mana." ucap Arga.

Aerilyn melihat wajah ayahnya dengan mata yang berbinar. "Beneran ayah?" tanya Aerilyn.

Arga mengangguk antusias.

"Yeay, yaudah kalau gitu kita makan sushi yaa." ucap Aerilyn.

"Okay." jawab Sheina sembari tersenyum.

"Affan ke rumah temen, boleh?" tanya Affan tiba-tiba.

Baik Arga dan Sheina mau pun Aerilyn, ketiganya menatap sang empu yang berbicara.

"Ke rumah siapa, sayang?" tanya Sheina.

"Ke rumah Kenan, bun." sahut Affan.

Arga menatap anak lelakinya itu, ia tersenyum. "Ya udah, pergilah." ujar Arga.

Sheina menghembuskan napasnya pelan. "Ayah tuh ya, mck." ucap Sheina dengan khawatir.

"Loh bun, di usia Affan yang sekarang ini dia pasti sedang cari jati diri. Bunda kaya nggak pernah muda aja sih." ucap Arga tersenyum jahil.

Sheina menatap Arga dengan tatapan sinis.

"Ya udah Affan berangkat." ucap Affan.

"Ka Affan nggak asyik." ucap Aerilyn.

Affan menatap Aerilyn dengan tatapan sinisnya. "Bodo." ucap Affan yang kemudian menyalam kedua orang tuanya.

"Assalamualaikum." ucap Affan.

"Waalaikumussalam." sahut kedua orang tuanya. "Hati-hati ya nak." lanjut Sheina.

"Iya bunda." sahut Affan.

Affan pun akhirnya pergi meninggalkan ketiganya.

"Dia udah besar Shei," ucap Arga. "Percayain dia, aku yakin kok dia nggak bakal melakuin hal yang aneh-aneh." lanjut Arga.

Sheina mengangguk ragu.

***

Affan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Ia kemudian berhenti ketika lampu merah menyala.

Affan membuka kaca helm miliknya, ia menatap sekitarnya. Matanya kemudian tertuju oleh seorang wanita yang berjalan menyeberang jalan dengan menggandeng seorang anak kecil di sebelahnya.

Kedua bola matanya terus saja mengikuti wanita dan anak kecil itu.

Lampu hijau pun menyala, Affan kemudian kembali melajukan motornya. Ia hendak mengabaikan apa yang telah ia lihat. Akan tetapi, entah mengapa hati kecilnya ingin sekali mengikuti wanita itu. Alhasil, Affan pun memutar arah motornya menuju wanita itu.

Namun sayang, saat Affan kembali ke jalan yang tadi, wanita itu sudah tidak terlihat. Affan pun menghembuskan napasnya pelan. Ia kembali melajukan motornya kembali.

Setelah beberapa menit berkutat di jalan, Affan akhirnya sampai di rumah Kenan, temannya.

"Hallo Fan."

"Gue di depan."

"Ooo okay, gue keluar."

Affan kemudian meletakkan ponselnya ke saku hoodie bewarna army miliknya.

Pintu pagar rumah Kenan pun terbuka. Menampilkan Kenan dengan celana selutut dan kaos bewarna hitam. "Gue kira lo kaga mau join," ucap Kenan sembari mempersilahkan Affan untuk masuk ke rumahnya.

Kini Affan dan Kenan sudah berada di dalam kamar Kenan bersamaan dengan Shazad.

"Gue udah bilang ya sama lo, beliin gue pizza sekarang juga!!" teriak seorang wanita dari luar kamar Kenan.

"Astaga, kenapa gue bisa punya kakak kaya dia, sih." kesal Kenan.

"Mending lo samperin deh Ken." ujar Shazad. "Ogah, dia juga bisa beli send--" ucapan Kenan terhenti ketika pintu kamarnya terbuka. Menampilkan seorang wanita dengan pakaian tidur bewarna cokelat susu.

"Loh kalian di sini?"

Shazad tersenyum. "Iya nih kak, bolehkan kita main?" tanya Shazad.

Sementara di sofa kamar Kenan, ada Affan yang memegang ponselnya. Ia tersenyum simpul kepada wanita yang berdiri di depan pintu kamar Kenan.

"Boleh dong." jawab wanita itu.

"Paan sih Git?" tanya Kenan dengan nada kesal.

"Kaga jadi, gue cancel. Dasar lu ade durhaka!" ucap wanita yang dipanggil Git itu. Ia pun kemudian berlalu sembari menutup pintu kamar Kenan.

Kenan membuang napas kasar. "Ngapa sih dia jadi kakak gue." ucap Kenan kesal.

Shazad tertawa renyah. "Gitu-gitu kak Gita baik loh. Dia rela, pindah ke sini cuma untuk adik satu-satunya ini." ucap Shazad.

"Nyesel gue minta dia ke sini." keluh Kenan.

"Lo tuh kebanyaan ngeluh." ucap Shazad kepada Kenan.

"Eh, lo nggak ngerasain aja punya kakak kaya nenek lampir." kesal Kenan.

"Gue punya abang yang nakalnya juga super duper. Lo kan juga tahu abang gue gimana." ucap Shazad.

"Oh iya, bang Daren gimana kabarnya?" tanya Affan.

Shazad mendengus pelan. "Yah biasalah, dia dua hari nggak balik. Tapi ortu gue nggak nyariin tuh, katanya kalau di Amrik remaja malah lebih bebas." jelas Shazad.

Affan mengangguk.

"Iya juga, lo kan keturunan asli orang sana." ucap Kenan.

"Yah kan tapi kita tinggal di Indo." sahut Shazad. "Bener juga sih," lanjut Kenan.

Tiba-tiba saja, pintu kamar Kenan terbuka. "Aky, gue tadi mau bikin makanan untuk temen - teme lo. Tapi kebetulan cheese gue lagi habis. Ke minimarket depan dong, beliin!" ucap Gita.

Aky adalah panggilan dari keluarga Kenan untuk panggilan nama Kenan sendiri.

"Jiji bat gue liat lo sok kemayu gitu." ucap Kenan.

"Dih! ya udah sana beliin!" ucap Gita. "Ogah!" sahut Kenan dengan cepat.

"Ya udah kak, biar gue aja yang beli bareng Affan."ucap Shazad. "Lagian kakak seharusnya nggak usah repot-repot buatin kita makanan." tambah Shazad.

"Ya ampun, ko lo baik banget sih Jad? beda banget lo sama abang lo!" ucap Gita. "Gue nggak repot kok. Ya udah ini uangnya." lanjut Gita yang masuk ke kamar Kenan dan memberikan selembar uang Rp. 100.000,00 kepada Shazad. "Beliin gue cheese satu yah, sisanya ambil aja!" ujar Gita.

"Dasar lu ya kak, giliran gue lima ratus perak aja lu tagih!" kesal Kenan.

Gita menatap Kenan dengan tatapan sinis. "Siapa lo? gue nggak kenal!" ucap Gita yang kemudian berlalu dari hadapan Kenan dan teman-temannya.

"Lo ikut kaga Ken?" tanya Shazad.

"Kaga!" sahut Kenan.

"Gue juga males, ngapain lo bawa-bawa nama gue segala!" ucap Affan.

"Lo kan bawa motor." ucap Shazad.

Affan melemparkan kunci motornya kepada Shazad. Shazad pun dengan cepat menangkap kunci tersebut, ia kemudian menatap Affan. "Apa maksudnya nih!?" tanya Shazad.

"Bawa sendiri!" ucap Affan.

Kenan tertawa sarkas. "Lo ngelawak Fan? yang ada bukan ke mini market malah ke rumah sakit tuh bocah!" ucap Kenan.

"Biar belajar." ucap Affan.

"Dih, belajar kata lo. Udah gih temeni! kasian." ucap Kenan makin tertawa.

Sementara yang di bully menatap keduanya dengan tatapan malas.

Affan tersenyum miring, ia kemudian beranjak dari duduknya dan mengambil kembali kunci motornya dari Shazad. "Belajar Zad! naik mobil bisa naik motor kaga!" ucap Affan yang berlalu dari hadapan Shazad dan Kenan.

Kenan tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Affan.

"Bacot lu Fan!" ucap Shazad yang kemudian menoyor kepala Affan.

Affan dan Shazad kini berjalan keluar dari rumah Kenan. Ketika Affan hendak menghidupkan motornya, tiba-tiba saja Kenan berdiri di hadapan Affan. "Gue ikut." ucap Kenan cengar-cengir.

Shazad mendekat pada Kenan. "Sinting lo! tadi katanya nggak mau." ucap Shazad.

"Ada yang mau gue beli." ucap Kenan sembari menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"Tinggal nitip, kok repot!" sahut Shazad.

Affan kemudian turun dari motornya. "Nih, bawa motor gue!" ucap Affan sembari melemparkan kunci motornya kepada Kenan.

Kenan menatap Affan yang berjalan masuk ke dalam rumahnya. "Kemana lo Fan?" tanya Kenan. "Masuk." sahut Affan.

"Lo lupa, kalau rumah gue nggak ada pembantu." teriak Kenan.

Affan yang sudah berdiri di depan pintu masuk, kini langkahnya terhenti begitu saja.

"Lo mau berduaan sama kak Gita?" lanjut Kenan. Affan mendengus kesal, ia pun dengan pasrah harus ikut dengan teman - temannya itu.

"Ya udah, buru!" ucap Affan yang kembali berkumpul kepada teman-temannya.

"Bentar, gue keluarin mobil dulu." ucap Kenan. "Ilah, naik mobil gue aja! lebih gampang ngeluarinnya." sahut Shazad yang kemudian beranjak ke mobil miliknya.

"Nih!" ucap Kenan sembari melempar kunci motor Affan pada sang pemiliknya.

***

"Lo kok belom balik balik sih Key!"

"Bentar Ning, tadi ada problematika sedikit."

"Udah hampir sejam loh Key. Lo kan tahu gue orangnya khawatiran."

"Iya Ning, ini mau balik kok. Gue beli mie instan bentar."

"Mck, ya udah deh. Gue tunggu loh Key, kalau lo kenapa-napa gue nggak akan maafin diri gue sendiri."

"Jangan dong. Ya udah jangan khawatir, gue mau bay--"

"Aduh." ucap Keyra. Barang - barang yang ia pegang kini jatuh berserakan di lantai. Keyra pun melihat pelaku yang telah menabraknya. "Elo!!" ucap Keyra pada lelaki yang berdiri di hadapannya.

"Key! Lo kenapa?"

"Ning, udah dulu ya, gue udah mau balik. Bye!"

Tit...tit...tit...

Keyra kemudian menyimpan ponselnya ke saku hoodie pink miliknya. "Kenapa sih, lo selalu aja cari gara-gara sama gue? Salah gue apa sih sama lo?" tanya Keyra dengan nada lirih. Ia juga merapikan barang-barangnya yang jatuh ke lantai.

Lelaki di hadapannya adalah Affan. Affan memperhatikan pergerakan Keyra yang berusaha mengambil barang-barangnya yang jatuh ke lantai akibat tubuh Affan yang baru saja menabrak Keyra.

Affan pun dengan segera berjongkok di hadapan Keyra, ia juga ingin membantu Keyra memunguti bahan belanjaan milik Keyra. Keyra menatap Affan dengan tatapan tidak suka. "Jangan sentuh!" ucap Keyra dengan kesal sembari memukul pelan jemari Affan.

"Fan!" panggil Kenan.

Keyra pun langsung berdiri ketika seluruh belanjaannya sudah berada di dekapannya, Affan pun ikut berdiri. Keyra menatap Kenan dengan tatapan sinis.

"Lo lagi, Anak beasiswa!" ucap Kenan.

Tidak ada gubrisan dari mulut Keyra. Malas menanggapi Kenan, Keyra pun melangkah meninggalkan mereka. Akan tetapi, lengan Kenan tidak diam saja melihat kepergian Keyra. "Tunggu! main kabur-kabur aja lo. Tadi siang udah kabur, gue lepasin. Sekarang jangan harap!" ucap Kenan.

Keyra melepaskan lengan Kenan yang melekat pada lengannya. "Apa lagi? belom puas lo berdua ngelakuin hal yang nggak waras tadi siang?" ucap Keyra dengan nada kesal.

"Lo itu cuma anak beasiswa! belagu banget sih!" ucap Kenan mulai panas.

Keyra lagi-lagi tertawa remeh. "Apa lagi yang gue punya selain itu? gue kan bukan kalian yang punya banyak harta dan berkuasa!" ucap Keyra.

"Oh bagus lo sadar kalau lo nggak punya apa-apa!" sahut Kenan. "Jadi gue nggak perlu repot - repot ngingetin elo, siapa lo sebenernya!" tambah Kenan.

"Ken!" panggil Affan. "Diem Fan! gue harus kasih tahu dia sesuatu." sahut Kenan.

"Tunggu, ini mini market yang ada di dalam kompleks ini. Kok lo bisa masuk ke sini? ini kan kompleks elite!" ucap Kenan. "Oh, atau jangan-jangan lo simpenan om--"

"Kenan! lo kalau ngomong jangan sembarangan!" ucap Affan.

Keyra menatap Kenan dan Affan dengan tatapan tajam. "Sehina itu ya diri gue di hadapan lo berdua?" tanya Keyra dengan suara yang mulai tidak baik-baik saja.

"Nggak, lo sal---" tiba-tiba saja ucapan Affan dipotong oleh Keyra.

"Dan lo, lo emang sengaja banget nabrak gue kan biar lo pada bisa ngebuli gue?" ucap Keyra pada Affan yang hendak berbicara.

Affan mendengus pelan. "Terserah lo!" ucap Affan yang kemudian berlalu dari hadapan Keyra.

Kenan tersenyum bahagia di hadapan Keyra. "Sadar! lo, cuma anak B-E-A-S-I-S-W-A." ucap Kenan menekankan kata beasiswa di hadapan Keyra. Ia pun kemudian menyusul Affan.

Keyra mendengus kesal. Air mata yang ia tahan sejak tadi hampir saja menerjang bendungan yang ia bangun, untungnya ia masih mampu mempertahankan bendungan itu.

Sejujurnya Keyra tidak habis pikir, mengapa segitu hinanya ia di hadapan para murid lain. Ia pun kemudian berjalan ke arah kasir untuk membayar belanjaan miliknya.

***

"Lo berdua ngapain sih tadi?" tanya Shazad sembari mengendarai mobil miliknya.

Kenan tersenyum. "Anak beasiswa tadi belanja. Punya uang juga ya dia." ucap Kenan.

"Lo tuh kenapa sih Ken?" tanya Shazad. Kenan menatap Shazad dengan tatapan sinis. "Kenapa apanya?"

"Emang anak beasiswa itu nggak punya uang sepeser pun? punya dodol." ucap Shazad.

Kenan mengangguk. "Punya, tapi cuma goceng." sahut Kenan sembari tertawa. "Tapi ya, kalau di lihat-lihat dia itu cantik juga. Sayangnya cuma nggak punya uang aja." lanjut Kenan.

"Setidaknya dia punya otak, nggak kaya lo!" sahut Affan dengan nada dingin.

"Nah bener tuh." lanjut Shazad.

"Gue nggak ngerti sama pikiran lo berdua. Sebenernya lo berdua mihak siapa, sih?" tanya Kenan.

"Gini ya Ken, ini bukan prihal mihak siapa. Tapi, ini prihal prikemanusiaan." jawab Shazad.

"Prikemanusiaan gimana yang lo maksud? kan gue bener kalau dia memang nggak punya uang." ucap Kenan.

"Uang bukan lah segalanya. Kalau Allah berkehendak buat musnahin seluruh harta kita, apa lagi yang bisa lo banggain?" tanya Shazad.

Kenan terdiam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Shazad. Seketika hening di dalam mobil Shazad.

Tiba-tiba saja pandangan Shazad beralih ke arah Affan. Ia melihat perubahan raut wajah Affan yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja. Shazad tidak ingin membuat Kenan mengetahui hal itu. Ia tahu betul jika wajah Affan seperti itu, tandanya ia tidak ingin diganggu. Shazad pun akhirnya memilih untuk tetap bungkam.

Continue Reading

You'll Also Like

110M 3.4M 115
The Bad Boy and The Tomboy is now published as a Wattpad Book! As a Wattpad reader, you can access both the Original Edition and Books Edition upon p...