Jangan lupa voment
•
•
•
"Halo? Dengan siapa? "
"..... "
"Loh, anak saya cuman satu loh. Kamu kalau mau nipu mikir dulu dong"
"..... "
"Penipu macam kamu mana mau ngaku, kalau kamu ga berhenri buat telpon saya, saya ga segan segan buat laporin kamu ke polisi"
"..... "
"Ah sudah, saya tidak mau urusan ini semakin panjang"
"..... "
"Kamu masih berani menipu saya? "
"..... "
"Kamu ini memang tidak tahu untung ya, saya sudah berbaik hati tidak melaporkan pada polisi. Kalau saya-halo?! Halo?! " Telpon itu terputus begitu saja oleh sang penelepon
"Siapa ma? "
"Ga tau kak, ini nomornya mama ga kenal"
"Orangnya bilang apa ma? "
"Katanya anak perempuan mama kecelakaan, padahal kamu ada di sini. Terus dia bilang lagi, taeyoung jatuh dari tangga sekolah, padahal ini masih pagi banget"
Sedangkan di sisi lain, taeyoung dan gesek masih menyantap gelato di meja mereka
"Makan aja cantik"
"Idih, apaan deh? Aku makan biasa aja kok"
"Seriusan deh dek, lo cantik banget pas lagi makan"
Yeseo hanya memasang muka tidak peduli lalu kembali menikmati gelatonya
Apakah taeyoung pernah mendengar tentang karma? Suatu kejadian yang terjadi akibat dari timbal balik dengan lingkungan sekitar, entah itu baik atau jahat
Karma bisa terjadi kapan saja, termasuk 1 detik kemudian atau 15 tahun kemudian
Setelah selesai dengan gelato, mereka segera pergi dari sana
"Mendung" Ucap taeyoung diangguki oleh yeseo
"Eh, itu pacar aku" Yeseo menunjuk seseorang yang tampak sedang melambaikan tangan pada mereka
"Pacar? " Taeyoung bingung hingga tak menyadari orang itu berlari mendekati mereka
"Sayang, kamu dari mana aja? Udah 30 menitan aku tungguin aku di lobby loh"
"Hehe, aku di traktir sama kakak ini"
"Ditraktir? "
"Iyaa"
"Makasih ya kak, tadi uangnya habis berapa? Biar saya gantiin"
"Eh, ga usah"
"Beneran kak? Saya jadi ga enak kalo gini"
"I-iya, saya beneran traktir"
"Makasih ya kak sekali lagi, pacar saya memang kadang sukanya ngerepotin orang"
"Enak aja kamu"
"Hehe, makasih ya kak tae, semoga cepet cepet dapet pacar"
"Ahaha, semoga ya dek"
Taeyoung menatap pasangan itu pergi menjauh darinya
Ia menghela napas kasar, usahanya mendekati yeseo ternyata gagal
Hingga ia menyadari, ia melupakan seongmin yang ada di rumah sakit
"Oh iya, bego banget gue"
Dengan segera ia berlari menuju rumah sakit, hanya berjalan cepat
Setelah kurang lebih 7 menit perjalan, taeyoung memasuki rumah sakit
Sesampainya di ruang rawat seongmin, ia melihat seorang pria yang duduk di sofa
"Permisi, anda siapa? "
"Oh, dengan kim taeyoung? "
"Saya sendiri"
Pria itu bangun lalu tiba tiba memukul perut taeyoung
"Berani beraninya kamu membuat anak saya seperti ini"
"Salah apa anak saya sampai dapat pria sebrengsek kamu"
Pria itu menonjok perut taeyoung yang sudah terkapar di lantai, tapi taeyoung berbalik menonjok pipinya hingga pria itu juga ikut terduduk di lantai
"Seongmin juga ga beruntung punya ayah seperti anda"
"Tahu apa kamu tentang keluarga saya? Jangan seperti pahlawan kesiangan ya kamu"
"Saya tau seongmin melebihi anda"
"Oh ya? Apa yang kamu tau tentang anak saya? " Pria itu menarik senyumnya
"Yang pasti lebih banyak daripada anda"
"Jangan sok tau kamu, masih kecil saja sudah banyak gaya"
Taeyoung mengeluarkan smirknya lalu bangkit berdiri
"Menuntut anak menjadi pintar boleh, tapi anda keterlaluan, seongmin pernah mengalami stress karna sibuk belajar"
"Anak bodoh seperti kamu tak akan berguna untuk keluarga"
"Justru orang tua yang menuntut terlalu banyak hanya akan menjadi beban"
"Saya mendidik seongmin agar tak membuat keluarga malu dan tidak menjadi beban bagi kami, kebanyakan remaja sepertimu hanya bisa mengandalkan orang tua"
Taeyoung menunjukan smirknya, pria berusia 30 tahunan itu tampaknya memang tak suka di lawan
"Orang tua seperti anda adalah beban bagi anaknya"
"Sebaiknya kamu sadar diri, saya sudah tahu latar belakangmu. Jangan mencoba untuk menasihati saya kalau kamu sendiri saja tak bisa memperbaiki dirimu sendiri"
"Jika anda sudah tau, bukankah kita sama? "
"Maksudmu? "
"Anda menyakiti putranya sendiri dan aku merusak putramu"
"Pria brengsek seperti kamu memang tak pantas mendapatkan anak saya"
"Anda yang tak pantas menjadi ayahnya, jika seongmin kembali, anda hanya akan memaksakan kehendak"
"Jika anak saya pergi padamu, apa bedanya kita berdua? " Seolah olah tersudut, taeyoung diam tak membuka mulut
"Kita sama sama brengseknya bukan? Hanya dibedakan oleh umur"
"Anak saya harus mendapatkan masa depan cerah dengan belajar bukan dengan harta. Tak ada gunanya memiliki harta tanpa pengetahuan. Dan anak seperti kamu seharusnya berkaca sebelum mendekati anak saya, masa depanmu belum tentu bisa seterang itu hanya lewat harta"
"Lagipula anak saya tak pantas denganmu, entah ada apa dengan seleranya" Merasa direndahkan, taeyoung mengepalkan kedua tangannya
"Marah saja, saya bicara seperti itu karna saya juga sama seperti kamu, dia tak pantas memiliki ayah seperti saya. Jika dia belajar dengan baik, masa depannya tak akan sehancur saya"
"Sama sepertimu, dan lebih baik untukmu menjauhi putra saya atau perbaiki diri agar pantas dengan anak saya" Seolah mencolok di hati mungilnya, taeyoung hilang kepercayaan diri seketika
Jika dipikir pikir lagi memang benar, ia tak pantas dengan seongmin
Berandalan tak pantas bersama anak yang rajin dan cerdas
"Jangan sedih, saya hanya meminta kamu untuk berkaca, bukan memintamu untuk bersedih. Bagus jika kamu punya kepercayaan diri yang tinggi asal tidak membuatmu merasa seperti dewa" Ucap pria itu lalu pergi meninggalkan ruang rawat seongmin
Pertama kalinya ia bertemu dengan ayah seongmin, rasa sedih, bingung dan marah sudah menjadi satu
Kata katanya tegas, wajahnya serius, tapi kenapa ceritanya terasa sedih bila ditelaah?
Terdengar seperti penyesalan, tapi melihat kehidupan seongmin yang kacau membuatnya tak yakin kalau pria itu pernah menyesal
Tapi kata katanya membuat hatinya agak tertegun, tak bisa dibiarkan bila kepercayaan dirinya menghilang karna perkataan pria tua itu
Walaupun sebenarnya ia tak perlu khawatir, seongmin ada di sebelahnya, memberinya kepercayaan diri dan keyakinan
Memang tak seharusnya ia bersedih hanya karna ucapan pria itu, sisi ceria dan riangnya tak akan bisa menghilang karna hal itu
Tapi berkaca, ucapan itu terus terusan ada di dalam kepalanya seolah sedang bergaung kencang
Bahkan mengenalnya saja sudah terlalu gila, ia terlalu berani dan percaya diri untuk menyukainya
Tak bisa berkaca dan mengkoreksi diri karna ia tak suka di kritik dan terlalu menganggap diri sempurna
Sedih rasanya, takut dan bingung, tapi ia tetap ingin bahagia
Entah bagaimana caranya agar ia bisa kembali ceria
Padahal baru 3 menit berlalu tapi rasanya seperti ia sudah terlalu lelah menghadapi ini
•
•
•
TBC
PYONGG... MAAP BARU BISA APDET SEKARANG, BTW INI FLASHBACKNYA UDAH KELAR YE