Fuck Up the Friendship

By rayhidayata

82.7K 1.7K 153

[minors do not interact šŸ”ž] Perkenalkan: Renata. Terakhir pacaran lima tahun yang lalu. Alasan putus? Well, k... More

but friends don't know the way you taste
0. Kondom
1. Genjotannya Enak
3. Janji Taik Kucing
4. Baby Girl
5. Drunk Kisses
6. Ngehindar
7. Menuju Perangkap
8. Jebakan Taik
9. Ketangkap Basah
10. Lawak Lo!
11. Kepergok? Mampus!
12. Kadal Ber-Blush On
13. Sobat Porno
14. Interogasi: Lisa
15. Kutu Ngangkang: Hera
16. Abang Peka
17. It's About Time: Joshua
18. Tentang Ciuman Itu (1)
19. Tentang Ciuman Itu (2)
20. Lost and Regret: Olla
21. Masih sama Brengseknya
22. Bye bye, Bian. Hello, Trouble
23. Udah Waktunya: Rena
24. Perasaan Sebenarnya
25. Ajakan Serius
26. She Chooses Him
27. Lupain Joshua Sepenuhnya
28. Si Brengsek
29. You're Fucking Mine
30. Joshua: One Sided Love

2. Geboy Gengz

5.6K 97 4
By rayhidayata

"Ngapain lo di sini?" Si tamu nanya dengan nada yang bikin Rena ngerasa baru kelar ngewe sama Joshua.

Rena ngernyit. "Nggak ada tulisan "Rena dilarang berkunjung" di sini." Cewek itu menunjuk pintu apartemen Joshua dengan dagu. "Lo ada masalah gue ke sini?"

Nami melipat tangan di depan dada, membuat dada oversize-nya makin menonjol seolah siap menghantam badan Rena. "Lo masih nanya? Mikir dong. Temen lo tuh udah punya pacar. Pantes ya lo nyelonong masuk ke apartemen cowok yang udah punya pacar?"

Andai Rena lagi di state siap ribut perang sampai membakar segedung-gedung apartemen, sudah dia jambak si Nami ini. "Gue tinggal di sebelah kalau lo lupa."

"Terus?"

"Teras terus. Mikir lah, anjing. Gue udah sering bolbal ke sini bahkan sebelum lo pacaran sama Joshua. Ape hak lo protes, hah!?" Rena mulai tersulut emosi.

"Jaga mulut lo, lonte. Eh iya, lonte kan emang mulutnya nggak bisa dijaga." Nami ngejek dengan ekspresi merendahkan. "Bisanya nyosor doang minta disodok cowok walaupun tuh cowok udah punya pacar."

Oalah si bangsat, pikir Rena.

Baru Rena mau angkat suara emosi lagi, Joshua yang rupanya sudah mulai asyik menonton televisi baru setengah berteriak bertanya, "Siapa, by?"

"BA BI BA BI. Muka lo noh mirip babi, anjeng." Rena langsung emosi. Cewek itu noleh ke Joshua. "Bini lo dateng nih. Minta dientot sampai putus kakinya."

"Bukannya lo juga kebelet minta diewe Joshua?" Nami masih nantang mengobarkan api perang.

Si bangsat ini, Rena mulai kehabisan stok sabar. Cewek itu berusaha tenang. Rena menarik napas dalam-dalam dulu. Berusaha mengontrol amarah murka demi tidak memancing keributan.

Nami malah ketawa. "Kasian. Kalah debat ya, Sayang? Makanya lain kali jangan menel apalagi ikut campur hubungan orang lain ya." Ditepuk-tepuknya pundak Rena. "Good luck, hoe. Maybe next time."

Rena hampir balas debat sebelum dirasakannya sesetangan memegang bahunya dari belakang.

Joshua.

"Re?" panggil Joshua. Tatapan cowok itu lantas beralih ke Nami. "Oh kamu. Kenapa, Sayang?"

Nami langsung berubah 360 derajat. Tersenyum manis di depan Joshua dan Rena. "Aku udah telepon tapi nggak kamu angkat. Mau ngambil barangku yang ketinggalan kemaren."

Joshua ber-oh. "Cari aja. Mungkin di kamar."

"Thanks, babe." Nami langsung menyelonong sampai menabrak sebelah pundak Rena, meninggalkan Joshua dan juga Rena yang tenganga nggak percaya.

Kemaren? Di kamar?

Rena langsung berbalik menatap Joshua. "Lo berutang penjelasan sama gue."

"Gue bantu bawain makanan sama minuman ke apartemen lo." Joshua mengusap pucuk kepala Rena lalu berbalik berjalan ke arah meja di dekat sofa.

Rena membuntuti dengan mulut mau ngomel, tapi entah kenapa dia malah terasa capek. Mungkin efek ngegas sedari Nami belum datang dan sampai sekarang cewek itu sudah masuk ke kamar Joshua.

Yang keluar dari mulutnya malah, "Nggak usah! Gue nggak butuh."

Rena langsung menyambar tas tangannya di sofa dan balik kanan cus siap melangkah pergi. Baru selangkah, lengannya ditahan Joshua.

"Re."

Rena menoleh dengan komuk masam bercampur suram.

"Besok. Oke?"

Tanpa ba-bi-bu he ho, Rena langsung menampar muka Joshua dengan tas tangannya. "Serah lo aja." Nggak terlalu kencang sih tapi cukup bikin emosi Rena tersalurkan.

Joshua kelihatan mau ngomong lagi sebelum disela suara setengah berteriak dari arah kamar.

"Babeee, would you mind to help me?"

Siapa lagi kalau bukan Nami?

Joshua langsung menjawab, setengah berseru. "Just a sec."

Wajah Rena langsung masam, persis kayak limau nipis belum matang. "Noh urus bini lo. Belum apa-apa udah minta dirojok selangkangannya. Cocok sama lo."

"Titip salam ke Bang Bian."

"Titip silim ki bing biin." Rena mencebik. Mukanya tambah bete. Sesuram daki di kerah kemeja putih. "Si anjeng emang paling pinter ngalihin obrolan."

"Re-"

"SSTT!" Rena langsung menamplok wajah Joshua tanpa ampun. Sekalian meraup dan kasih satu cubitan di bibir si bersangkutan. "Lo bacot. Sekian."

"Babe, are you still busy with that whore?"

"SI BANGSAT GUE BUNUH JUGA LO!" Rena langsung kalap hampir berlari ke arah kamar Joshua sebelum ditahan si empu kamar. "Cewek lo ngelunjak, setan!"

"Renata!" Joshua yang agak kewalahan nahan Rena langsung menyeret cewek itu ke depan pintu apartemen. "Oke oke. Got it." Joshua baru melepas kungkungannya begitu Rena sudah ada di luar apartemennya.

Rena yang diseret paksa seolah diusir jadi tambah emosi. "Awas aja lo masuk apartemen gue. Gue lindes lo sama si lonte Nami itu biar sekalian masuk neraka sambil ngewe."

Joshua terkekeh kecil. "Iya iya. Gue nggak ke apartemen lo dulu."

"Malah ketawa lagi lo!" Rena ngusap muka. "Dah lah. Capek gue. Mau balik aja."

Rena langsung balik badan dan berjalan menuju apartemennya. Persis seperti yang dia bilang ke Nami, apartemennya ada di sebelah Joshua. Makanya begitu Rena menekan kode akses masuk, dia bisa lihat Joshua masih ada di depan pintu apartemen. Cowok itu malah bersandar dan melemparkan senyum ke arahnya alih-alih masuk ke apartemennya sendiri.

"NGAPA LO!?" Rena melotot garang. "Gue nggak segabut itu dobrak apartemen lo lagi buat labrak lonte lo itu."

Joshua tertawa. "Jaga-jaga nggak ada salahnya."

"Akhlak lo noh perlu dijaga."

Dan Rena masuk ke apartemennya setelah puas mengacungkan jari tengah ke Joshua.

Rena sudah mandi wangi, bersih, cantul berseri. Namun tidak dengan perasaannya. Jujur, kalau dia memang senekat dan segila itu, sudah Rena dobrak pintu apartemen Joshua buat menyerang Nami.

Rena yakin lebih dari seratus persen kalau Nami bakal menginap di apartemen Joshua. Apa lagi kalau bukan mengangkang melebarkan kedua paha sambil merengek-rengek minta disodok Joshua?

Berani taruhan. Kalau bukan di kamar, mereka bakal melakukannya di meja makan atau di kamar mandi.

Karena itu daripada Rena malah tambah emosi sampai nekat merobohkan seisi gedung apartemen, dia memilih menghempaskan badan ke ranjang kelar mandi. Rena beringsut duduk bersandar ke headboard, dengan tangan auto cek mengecek grup chat paling atas.

***

GEBOY GENGZ

Cung siapa yang online mau dengerin sambat gue soal si lontay?

Sassy Karet Dua Queen
I'm up.

Bohay Luvluv
Hereeee bebih!!

Banger Besteeeh Slay
Call call. Kemooon

***

Tanpa pikir ba bi bu dua tiga kali, Rena langsung mencet tombol video call grup. Kurang dari lima detik, semua member yang bukan lain adalah para bestie-nya sendiri muncul semuka-muka.

"Gurrrrl!" sapa Rena ke tiga orang di seberang sana. "Lo pada sibuk? Coz ini mungkin bakal makan waktu berharga kelen karena you know si lontay Nami always makes my head dizzy dizzy club."

"Nah, I'm good." Aleya a.k.a Sassy Karet Dua Queen mengibaskan tangan.

Rena mengernyit sekilas meneliti Aleya. "Ley, lo lagi di mana? Gelap banget udah kayak masa depan si lontay."

"Menurut lo?" Aleya memasang ekspresi "buta ape gimana nih, neng?". "Lagi di jalan. Baru pulang dari luar kota."

"Luar kota apa hotel, Beib?" Bohay Luvluv alias Kifa balas bertanya.

"Hotel luar kota. Baru kelar ngewe sama daddy gue." Aleya kelihatan banget menjawab asal.

"ANJENG! TOBAT LO, LEY!" Rena berujar lantang selantang toa. "Bokap nyokap lo gulung tikar apa diguna-guna jadi miskin mendadak nih?"

"Ya lo pada juga bego kalau percaya." Aleya geleng-geleng. "Noh abang gue nyetirin di depan. Say hi, Bang."

"Kiw cans. Ada yang free nggak malming nanti?" Abang Aleya yang lagi menyetir malah flirting.

"Dapet berapa jeti nih, Bang?" Rena pura-pura centil.

"Ceban dapet nggak, Re?"

"Ceban mah keringet gue juga nggak dapet ye, babik." Rena mencebik.

Tawa abang Aleya berderai.

"Ada gibah apa nih, Re?" Kifa bertanya pas tawa abang Aleya sudah kelar.

Bukannya menjawab, Rena malah memicingkan mata melihat keadaan Kifa. "Lo lagi di luar juga, Kif?"

Kifa malah mengedikkan bahu. "Biasaaa, Beib. Bonyok ngajak kumpul-kumpul makan. Udah kelar kok ini." Cewek itu sama seperti Aleya langsung mengibaskan tangan.

"Anjer. Mending lo quality time dulu gih sono. Malah nyimak sambat gue. Vcall lagi."

"Dan ngelewatin sambat soal di lontay Nami? Ya kaleeee. Bosen juga gue di sini. Bonyok sama adek-adek gue udah ke dalem kok. Gue sendirian di taman belakang."

"Hati-hati lo tiba-tiba didor nggak ketauan dari belakang." Banger Besteeeh Slay alias Lisa ikut menimbrung.

"Sama ayang?" Kifa balas bertanya.

"Sama kang tembak burung."

"Burung Joshua?" Rena menyambar.

Aleya langsung menggetok-getok kamera depan seolah lagi menggaplok Rena. "Kedemenan lo itu mah."

Rena nyengir.

"Sebelum lo tanya gue, iya, gue lagi nyari referensi ilmiah." Lisa memperlihatkan kertas-kertas di dekatnya ke semua orang. "Banyak cincong lo semua. Re, ayo gas sambat. Gue suntuk."

"Suntuk mah bobo, bukannya dengerin orang sambat." Kifa kelihatan lagi minum sesuatu pas bilang begitu.

"Lo mabok, Kif?" Rena mendekatkan wajah.

"Gosah deket-deket. Pori-pori lo gede." Aleya menampar Rena dengan kenyataan.

"NGACA LO, BEGO." Rena balas menggetok kamera dengan muka ngebet menampar Aleya.

"INI JADI BAHAS SI NAMI NGGAK, SEH!?" Lisa mulai tidak sabaran.

"Oiya. Maaf, Jeng. Eike khilap." Rena langsung ala-ala menyelipkan rambut ke belakang telinga sebelum memulai sambat, "so, Joshua balikan sama Nami."

Lisa: "WHAAAAAT!?"

Kifa: "ANJENG!?"

Aleya: "Disgusting."

Rena mengangguk-angguk takzim. Sudah dia duga para sohib nista tapi kesayangannya itu ada di pihaknya.

"Wait. Kapan balikannya?" Kifa bertanya.

Rena mengangkat bahu. "Nggak tau tapi kemaren mereka ada ngewe noh kayaknya. Si lontay tadi ke apartemen Joshua nyari barang ketinggalan."

"Nyari kontol Joshua sok pake alasan barang ketinggalan." Aleya memeragakan gerakan muntah dengan ekspresi jijik on point.

"Kaaan? Noh orangnya ada di sebelah."

"Apartemen Joshua?" tanya Kifa lagi.

"Di loteng, Kif." Rena menunjuk ke atas. "YA DI APARTEMEN JOSHUA, SAYAAAANG. Lo kira di mana lagi?"

"Lo taunya kapan mereka balikan?" Lisa mencoba mengembalikan topik awal.

"Hari ini." Rena memutar bola mata jemu. "Tau nggak alasan Joshua balikan sama Nami apaan? Klise banget, anjeng. Katanya dia lagi butuh afeksi buat santai refreshing pengalihan mandeg skripsi. Gue like, "sehat lo, brow?". Alasan taik kucing lah."

"Bilang aja sange." Kifa jelas mendukung Rena.

"Namanya juga Joshua, Re." Aleya mencebik. "Orang kayak dia ya sagapung. Pas baru putus sama si lonte aja dia sante ngeladenin ajakan cewek lain buat main karambol."

"KARAMBOL. ANJENG." Rena mengumpat, antara mau ngakak sama nangis. "Nggak salah sih."

"Kayak nggak ada cewek lain aja." Lisa ikut berkomentar.

"Nah kan!? Udah gue bilang juga ke dia tapi jawaban Joshua "soal chemistry nggak semua cewek dapet". Halah halaaah taik kucing." Rena jelas kepancing emosi jiwa raga sekarang.

"Ya udahlah, menurut gue, Re. Lo juga nggak bisa ngapa-ngapain. Joshua emang bakal nurut sama lo buat mutusin Nami?" Aleya kelihatan goyang tidak stabil.

"Lo goyang dombret, Ley?" Rena malah fokus ke itu.

"Abang gue nih bawa mobil kayak orang mabok. BANG, MAU MATI LO!?" Aleya berteriak tanpa ampun.

"Gue setuju sama Leya." Kifa mengedikkan bahu. "Toh, Joshua selama ini juga nggak peduli kan masalah lo sama Nami."

Rena mengembuskan napas, masih kesal.

"Sesekali lo cuekin si Joshua deh, Re." Lisa ikut mengamini. "Biar tau gimana rasanya gimana. Lo nggak capek apa jadi tong sampah dia mulu?"

"Gue udah biasa sih." Rena menggaruk kepala.

"Sesekali lo pinteran dikit. Jangan mau dibegoin Joshua mulu." Aleya mendukung.

Rena mengangguk-angguk. "Ya udahlah." Cewek itu kemudian terpikir sesuatu. "Besok pada free nggak?"

Ketiga cewek di seberang sana serempak, "Ngapain?"

"Mau labrak si Nami."








Continue Reading

You'll Also Like

127K 7.2K 16
Carlanina cuma seorang mahasiswi seni rupa biasa yang lagi berjuang buat lulus dengan nilai terbaik tapi seketika segalanya menjadi mimpi buruk saat...
516K 21.1K 36
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
199K 33.6K 48
On going Bagaimana jadinya jika Andre si cowok bobrok nan playboy cap badak itu bertransmigrasi ke tubuh seorang cewek yang sudah berimage buruk di m...
1.9M 123K 27
Bertemu mantan saja sudah membuatku tak keruan apalagi jika sang mantan justru tinggal di samping rumah dan mendekatiku lagi seperti tidak pernah ada...