ABOUT FEELINGS [END]

By papeda_

102K 5.8K 625

PART MASIH LENGKAP! JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ *** Auva Ileana, seorang gadis cantik yang mengagumi... More

00 - AF
01 - AF
02 - AF
03 - AF
04 - AF
05 - AF
06 - AF
07 - AF
08 - AF
09 - AF
10 - AF
11 - AF
12 - AF
13 - AF
14 - AF
15 - AF
16 - AF
17 - AF
18 - AF
19 - AF
20 - AF
21 - AF
22 - AF
23 - AF
24 - AF
25 - AF
26 - AF
27 - AF
28 - AF
29 - AF
30 - AF
31 - AF
32 - AF
33 - AF
34 - AF
35 - AF
36 - AF
37 - AF
38 - AF
39 - AF
40 - AF
42 - AF
43 - AF
44 - AF
45 - AF
46 - AF
47 - AF
48 - AF
49 - AF
50 - AF
51 - AF
52 - AF
53 - AF
54 - AF
55 - AF
ANNOUNCEMENT

41 - AF

1K 78 5
By papeda_

Alvan membawaku menuju ruang musik, aku terpukau saat melihat seisinya. Apa mungkin di sini juga termasuk tempat favorit mereka? Aku berjalan menelusuri satu persatu alat musik yang ada di ruangan ini, sedangkan Alvan duduk di sofa sambil memegang gitar, dia membiarkan aku kode untuk duduk di sampingnya.

"Al, enggak apa kita di sini?" tanyaku.

"Gak apa-apa, jam kosong hari ini."

"Lah, terus Pak Broto tadi ngapain?" Alvan mengangkat bahunya, lalu mulai memetik senar gitar secara perlahan. Tak lama, Zaidan masuk dan menghampiri kami.

"Gua cariin di mana-mana, taunya mojok di sini," ucapnya dengan sebal, sedangkan Alvan hanya menatap tanpa minat padanya.

"Ponsel gua mana?" Alvan merogoh saku celananya lalu menyerahkan ponsel Zaidan.

"Ganggu," cibirnya, sedangkan Zaidan mengangkat bahunya dan berjalan ke sofa sebelah untuk duduk sambil memainkan ponselnya.

Perlahan Alvan mulai memainkan gitarnya, aku seperti mengenali lagu yang akan dibawakan oleh Alvan. Bahkan sekarang, dia mulai menyanyikan lirik pertama yang sudah kuduga. Aku mengetahui ini.

"Kau begitu sempurna, di mataku kau begitu indah." Dia memainkan gitar sambil bernyanyi dan menatapku dengan senyum.

Zaidan yang menyadari itu lantas merekamnya, lebih tepatnya dia melakukan siaran langsung menggunakan media sosial milik Bradiz. Sedangkan aku menikmati setiap lirik yang dinyanyikan oleh Alvan, diiringi dengan melodi gitar yang dimainkannya.

"Kau membuat diriku, akan selalu memujamu."

"Di setiap langkahku, ku 'kan selalu memikirkan, dirimu. Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu."

"Janganlah kau tinggalkan diriku."

"Tak 'kan mampu menghadapi semua."

"Hanya bersamamu ku akan bisa, kau adalah darahku."

"Kau adalah jantungku."

"Kau adalah hidupku, lengkapi diriku."

"Oh sayangku kau begitu ... sempurna, sempurna."

Alvan semakin semangat memainkan gitarnya, dia bernyanyi sambil menatapku dengan tatapan hangat, membuat aku tersenyum ke arahnya.

"Kau genggam tanganku, saat diriku lemah dan terjatuh."

"Kau bisikkan kata, dan hapus semua sesalku."

"Janganlah kau tinggalkan diriku."

"Tak 'kan mampu menghadapi semua."

"Hanya bersamamu ku akan bisa, kau adalah darahku."

"Kau adalah jantungku."

"Kau adalah hidupku, lengkapi diriku. Oh, sayangku, kau begitu ... sempurna, sempurna."

Setelahnya, dia menyelesaikan nyanyiannya sembari tersenyum ke arahku. Aku tak tahu harus beraksi bagaimana, yang jelas pipiku terasa panas.

"Gila keren woi, iyakan guys?"

Zaidan di sana berteriak heboh, tak lupa tatapannya pada ponsel yang ia genggam. Lalu tiba-tiba banyak notif dari ponsel milikku, aku pun melihat postingan tersebut.

Lambe_nusaabadi

♡   ❍    ⌲                  ••                          ⎙

liked by @officialBradiz, @Rnaka_Sky and 30.872.500 others

Lambe_nusaabadi Guys udah pada liat livenya Alvan di @officialBradiz belum? Cung yang baper liat Alvan nyanyiin ceweknya?

Mimin sih baper, duh mbak @Auvaileana beruntung banget kamu bestie dapetin Alvan.

View all 15.980.786 comments
9 minutes ago • view translation
─────────────────────────
⌂ ⌕ ⊞ ♡

Mengabaikan setiap notifikasi yang masuk, aku menatap Alvan yang tengah menyimpan gitarnya.

"Al, anjir lo nyanyi sampe trending." Mendengar pekikkan heboh dari Zaidan membuat Alvan menengok ke arahnya.

"Ayo Na, kantin." Aku menahan tawa ketika Alvan mengabaikan pekikkan heboh dari Zaidan.

"Kacang satu kilogram berapa duit sih? Mahal banget kayaknya."

"Coba tanya Ezra, dia suka belanja," kataku menyahuti omongan Zaidan.

Tiba-tiba saja Alvan menarikku untuk keluar dari ruang musik, benar saja di luar ramai. Jadi, ternyata beneran jam kosong? Lalu aku memasuki kantin bersama Alvan, dan aku dikejutkan dengan Gisel yang duduk bersama mereka. Alvan yang melihat itu menarikku untuk duduk bersamanya, di sampingnya seperti biasa.

Zaidan datang dan mengambil tempat yang kosong. Aku duduk di pinggiran karena hanya kursi itu yang tersisa. Mau aku perjelas biar kalian paham?

Jadi, aku duduk di pojok kanan. Di sebelah kiri aku, tentunya Alvan, Naka, Gisel, dan Evan. Lalu di depanku ada Zaidan, Abyaz, Ezra, dan Liam.

"Yang abis nyanyiin doi mah beda," ujar Evan sembari tersenyum.

"Sampai trending tuh akun lambe," ucap Ezra.

"Aku gak pernah lihat ka Alvan nyanyi." Setelah Gisel mengatakan itu, suasana menjadi hening sesaat.

"Tadi liat live 'kan? Nah, yaudah." Abyaz menatap tajam Gisel lalu kembali menyantap makanannya.

"Tapi aku gak pernah dinyanyiin langsung," tuturnya.

"Sapa lo, minta gua nyanyiin? Orang deket bukan minta dinyanyiin. Lawak bener Neng."

Aku meringis mendengar ucapan dari Alvan, lalu meraih tangannya untuk aku usap. Ajaib, dia langsung merubah raut wajahnya. "Nanti pulang gua gak bisa anter," katanya, aku mengangguk kecil.

"Yaudah enggak apa, nanti pesen ojol aja." Dia menggelengkan kepala.

"Gak aman, mending sama Na—"

"Tapi pulang sekolah, Kak Naka mau anter aku." Gisel menyela ucapan Alvan membuat semua orang geram bukan main.

"Oh."

Abyaz tiba-tiba saja mengangkat tangannya sambil tersenyum manis. Ezra yang sadar dahi Abyaz mulai mengkerut dengan cepat menggosoknya sambil tertawa.

"Jauh-jauh lo tata mic."

Kami semua tertawa, yang mana membuat Abyaz menjadi diam. Tidak lama kemudian dia berdeham dan merubah tatapannya. "Gua aja yang anter, sekalian mau ketemu Argan."

"Mau numpang makan 'kan, lo?" tuduh Ezra yang langsung diangguki Abyaz.

"Gua ikut ah, bosan juga di markas," ucap Evan.

"Heleh, di mana ada Abyaz di situ ada Evan," celetuk Liam.

Kita semua tertawa, terkecuali Gisel yang diam. Menyadari itu, Naka langsung bertanya padanya. "Kenapa Sel?"

"Ka Naka jadikan ngantar aku ke rumah papa?"

"Perasaan ojol banyak deh, kenapa suka repotin anak orang?" Zaidan lagi-lagi kembali menyindir Gisel, entah kenapa remaja itu terang-terangan tidak menyukai keberadaan gadis itu.

"Kak Naka sendiri juga gak masalah, kok kak Zaidan yang repot?" tuturnya.

Seketika suasana kantin hening, karena semua memperhatikan ke arah kami. Zaidan mengangguk. "Tapi seenggaknya lo tau diri sama posisi lo yang cuma jadi parasit di hidup Naka."

"Wei udah, udah gak usah debat. Lo juga Ka, kalau ngerasa direpotin bilang jangan malah iyain terus," ucap Ezra yang membuat Naka bungkam.

"Apa sih salah aku sama kalian kak? Dulu aku main fine-fine aja, tapi semenjak Clarista marah ke aku kalian jadi ngejauhin aku."

Kita semua diam, termasuk para murid yang berada di kantin ikut diam mendengar kalimat yang terus keluar dari mulut Gisel.

"Sekarang aku coba buat baik ke kalian tapi malah gak bisa karena Kak Auva. Padahal Kak Auva bukan siapa-siapa di antara kalian tapi kalian sampai sesayang itu sama dia." Dia terang-terangan menunjuk ke arahku. Kulihat dia bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri ke arahku.

"Apa sih kelebihan Kak Auva? Aku cuman minta anter sama kak Naka salah, sedangkan kak Auva mau pulang naik ojol dilarang!"

"Kak Auva nangis pas tidur aja kak Alvan sampe panik, bahkan lari dari kantin ke kelas kak Auva, terus kalian bantuin hibur dengan konten. Aku minta tolong ke kalian selalu susah, padahal aku cuman pengen kayak dulu kak ... tapi kenapa gak bisa?" Dia menangis, dan perkataannya membuat banyak murid yang membicarakan aku dan dia.

"Stop Gisela!" Zaidan menggebrak meja makan. "Lo sama Auva itu jauh beda!" imbuhnya membuat Gisel semakin murka.

"Aku cuman pengen kalian baik lagi ke aku! Emang gak bisa, ya? Segitu pengaruh Auva ke kalian?!" Dia berteriak marah sambil menatapku dengan kebencian.

"Gak usah kaya anak kecil, Sel," tutur Ezra.

"Apa?! Aku tuh cuman pengen kayak dulu, Kak!" Dengan gerakan sangat cepat, dia menarik rambutku dan membawanya sedikit jauh, membuat aku mencoba menarik tangannya. Sialan anak kecil ini!

"Gisella!" teriak mereka secara bersamaan. Aku masih mencoba melepaskan diri, karena terlalu kesal, aku dengan cepat menarik rambutnya, menjambaknya dengan sekuat tenaga.

"Aku benci Kak Auva!"

Alvan dengan segera bangkit dari duduknya, mendekat ke arah kami, lalu mulai memisahkan kita berdua. Baik aku maupun Gisel dalam keadaan yang tak jauh beda. Alvan membawaku ke belakang punggungnya, aku bisa melihat tatapan marah Gisel dari sini. Bahkan aku bisa melihat Angel dan teman-temannya yang duduk menikmati perdebatan ini.

"Gua peringatin untuk terakhir kalinya, Gisella. Sekali lagi lo ngejelekin, bahkan kasar sama cewek gua, habis lo sama gua!"

"Kenapa sih selalu Auva, Auva, Auva?!"

"Coba lo ngaca deh, ngebandingin diri lo sama cewek gua jelas jauh beda. Kerjaan lo mamerin tubuh ke lelaki hidung belang minta disamaain sama cewek gua yang anak baik-baik dikeluarganya. Jelas banget jauh!"

Aku merapihkan rambut, setelahnya maju kembali berhadapan dengan Gisel yang mulai menangis. Terlanjur kesal, aku akhirnya memberikannya satu tamparan kencang. Dia ini sudah tidak bisa didiamkan.

"Gua peringatin ini sama lo! Jangan pernah ngebandingin diri lo sama gua, lo ya, gua diemin malah ngelunjak! Pantes gak punya otak ya, lo? Iyalah, kan otak lo yang ini, nih isinya selangkangan lakik semua!" Aku mendorong keningnya menggunakan telunjuk jariku, membuatnya diam tak berkutik, itu keinginanku sejak dulu.

"Lo nganggep semua hal itu suatu masalah, lo nyalahin orang lain, padahal semuanya karena lo sendiri. Gua juga gak ngerasa ya ngerebut atau ngehancurin kebahagiaan lo, dipikir gua yang bikin mereka ngejauh?"

"Emang iya, bener, kok! Kakak yang bikin mereka ngejauh!" ucapnya secara cepat.

Mendengar itu, aku semakin kesal, kucengkram dagunya dengan erat, menatap tajam mata yang penuh kebencian. "Gua tegasin lagi sama lo, Gisel. Gua nggak pernah ngehasut mereka buat jauh dari lo, bahkan gua kenal lo aja pas udah masuk ke Bradis. Jadi, gimana caranya gua ambil atau nyuruh mereka ngejauhin lo? Enggak kebalik? Kan lo yang sering ngambil kebahagian orang lain, kenapa lo teriakan itu ke gua? Gak mau teriakin diri sendiri?"

Gisel hanya diam, aku menghempaskan wajahnya itu dengan emosi, sekali lagi menunjuknya menggunakan telunjuk jari ke arahnya. "Lo harus tau ini, Naka lah orang yang pertama kali bikin gua deket sama mereka." Aku menunjuk ke arah Bradiz yang kini diam menatap datar pada Gisel.

"Di sini, bukan semata-mata gua yang caper ke mereka, bukan. Justru Naka yang bikin gua deket sama mereka sampe kayak gini. Tanya mereka, gua pernah nyuruh mereka buat stop jangan deketin gua, tapi apa? Mereka bertujuh datang ke rumah gua, minta gua buat gak pergi dari mereka. Jadi di sini, siapa yang caper gua apa mereka?" Perkataan itu berhasil membuat para murid terkejut bukan main, aku tak memperdulikan ucapan yang terdengar ditelingku.

Setelahnya aku meninggalkan kantin tanpa memperdulikan Bradiz sekalipun. Berbicara dengan Gisel membuat emosiku meningkat dengan cepat. Rasanya tadi aku ingin sekali menjambak lalu membabi-buta kalau bisa. Saat di tengah jalan, Alvan menarik pergelangan tanganku, aku diam menatapnya yang kini sedang tersenyum tipis. Dengan segera membawaku menuju UKS, aku duduk dan memperhatikan tindakannya. Ternyata, Alvan mengobati beberapa bekas cakaran Gisel.

"Abis ini pulangnya sama Abyaz aja, gua masih ada latihan basket." Aku hanya mengangguk kecil. Alvan malah mencubit kedua pipiku.

"Lwepaas ihh," rengekku padanya.

Dia tertawa kecil lalu mengacak-acak rambutku, aku hanya bisa bersabar atas tingkahnya yang ini.

"Jelek amat kaya kambing."

ALVANDEEER!


— ABOUT FEELINGS —

Continue Reading

You'll Also Like

Angel's By

Teen Fiction

1.7M 152K 59
[COMPLETE] Angel, dalam bahasa inggris berarti 'Malaikat'. Namun, dalam bahasa jawa Angel juga berarti 'Sulit'. Jadi yang bener yang mana? Angel ini...
264K 13.2K 45
Ingin tahu definisi cinta itu gila? Hera 'lah jawabannya. Mencintai seorang perundung yang menyukai kekerasan? Tak pernah terbesit sedikit pun kata '...
842K 74.2K 72
Cerita pertama! Tahap revisi (Boleh follow dulu gak sebelum baca? Hehe) Setelah baca cerita ini, wajib lanjut Lubna dan effort. Hati-hati pusing saa...
791K 90.6K 67
Abstrax Series [4] : Jhoseptian Leondara "Kita saling jaga rahasia aja! Lo tutup mulut, gue juga!" "Ogah." Leo menolak ajakan gadis itu dengan cepat...