Kisah Papa Papi - Guanren

By yourxpine

709K 73.1K 11K

Hanya kisah sederhana mengenai perdebatan 24/7 antara Papa Alin dan Papi Injun. © Yourxpine 🚦BXB , MPREG... More

Bagian Perkenalan
satu.
dua. (Kilas balik)
tiga.
empat.
lima.
enam.
tujuh.
delapan. (Kilas balik)
sembilan. πŸ”ž
sepuluh. (Kilas balik)
sebelas.
dua belas.
tiga belas.
empat belas.
enam belas.
tujuh belas.
delapan belas.
sembilan belas. πŸ₯΅πŸ”ž
dua puluh.
dua puluh satu.
dua puluh dua.
dua puluh tiga. (Kilas balik)
dua puluh empat.
dua puluh lima.
dua puluh enam.
dua puluh tujuh.
dua puluh delapan.
dua puluh sembilan.
tiga puluh.
tiga puluh satu.
tiga puluh dua. (kilas balik)
tiga puluh tiga. (Kilas balik)
tiga puluh empat.
tiga puluh lima.
tiga puluh enam.
tiga puluh tujuh.
tiga puluh delapan.
tiga puluh sembilan.
empat puluh.
empat puluh satu.
empat puluh dua.
empat puluh tiga.
empat puluh empat. (Kilas balik)
empat puluh lima.
empat puluh enam.
empat puluh tujuh.
empat puluh delapan.
empat puluh sembilan.
lima puluh.
lima puluh satu.
lima puluh dua.
lima puluh tiga.
lima puluh empat.
lima puluh lima.
lima puluh enam.
lima puluh tujuh.
lima puluh delapan.
lima puluh sembilan.
enam puluh. πŸ”ž
enam puluh satu.
enam puluh dua. (kilas balik)
enam puluh tiga.
enam puluh empat.
enam puluh lima.
enam puluh enam.
enam puluh tujuh.
enam puluh delapan πŸ”ž
enam puluh sembilan (kilas balik)
tujuh puluh.
tujuh puluh satu.
tujuh puluh dua.
tujuh puluh tiga.
Tujuh puluh empat.
Tujuh puluh lima.
Tujuh puluh enam.
Tujuh puluh tujuh.
Tujuh puluh delapan.
Tujuh puluh sembilan.
Delapan puluh.
Delapan puluh satu.
Delapan puluh dua.
Delapan puluh tiga.
Delapan puluh empat.
Delapan puluh lima.
Delapan puluh enam.
Delapan puluh tujuh.
Delapan puluh delapan.
Delapan puluh sembilan.
Sembilan puluh.
Sembilan puluh satu.
Sembilan puluh dua.
Sembilan puluh tiga.
sembilan puluh empat.
Sembilan puluh lima.
sembilan puluh enam.
Sembilan puluh tujuh.
Sembilan puluh delapan.
Sembilan puluh sembilan.
Seratus.
Season 2?
Bonus chapter I
Bonus chapter 2
Bonus chapter 3.
Bonus chapter 4
Bonus chapter spesial ulang tahun papi

lima belas. (kilas balik)

9.1K 827 278
By yourxpine

(AKU KASIH MOMEN DIATAS BIAR KALIAN MAKIN STRESSS NGELIAT GUANREN MOMEN. OKE THX!!)

***


"Lin"

"Guanlin!"

Renjun menggoyang goyangkan tubuh Guanlin yang masih tertidur dengan tenangnya itu. Tubuhnya di tutupi semua oleh selimut.

"Guanlin, bangun!"

"Si anjing! Lo mau nikah kaga sih sama gue?!" teriak Renjun yang kemudian meyibak selimut Guanlin dan membuang selimutnya ke lantai

"Anjir! Ngapain lo tidur cuma pakai boxer?!" Renjun reflek menutup kedua matanya dengan tangan dan membalikan tubuhnya ketika melihat tubuh telanjang Guanlin yang hanya di balut satu potong kain, boxer.
(Soksokan kaget padahal kemarin sebelum di lamar juga udah liat alin koloran doang😚)

Guanlin merenggangkan tubuhnya dan membuka matanya perlahan. Ia kemudian terkekeh melihat Renjun berdiri di samping ranjangnya sembari membelakanginya. Dengan seribu ide jailnya, Guanlin menarik Renjun ke dalam pelukannya dan menghempaskan tubuh mereka di ranjang.

"Anjing, lin! Lepasin gue!!" Renjun meronta berharap Guanlin melepaskan dirinya, namun lelaki berpostur tinggi yang seminggu lagi akan menjadi suaminya itu mengunci tubuhnya dengan sangat kuat

"Gak mau. Temenin gue tidur lagi"

Guanlin memejamkan matanya sembari mengecup kening Renjun.

"Gue temenin lo tidur, sampe besok juga gapapa. Tapi kita batal nikah!" ancam Renjun membuat Guanlin kembali membuka matanya

"Kok gitu?"

"Iya lah! Hari ini kita bakal fitting terakhir sama test food. Sama cek beberapa souvenir dan undangan yang belum ke sebar. Tapi kalau lo mau tiduran ya gapapa. Gak usah nikah aja kita. Beres kan?"

Guanlin langsung melepaskan pelukannya. Ia buru buru beranjak dari ranjang, menyambar handuk yang berada di gantungan dan hendak ke kamar mandi.

"Lima menit. Tungguin gue lima menit" ucapnya sebelum masuk ke dalam kamar mandi, membuat Renjun hanya memutar bola matanya kemudian berdiri untuk menyiapkan baju Guanlin.

"Lama banget? Guanlin ngapain kamu dulu, Ren? Sampai lama banget di kamar" tanya Mama Guanlin, karena hampir satu jam mereka berada di kamar

"Mama kayak gak tau anak muda aja. Mama pernah muda gak?"

"Ya pernah, lah. Masa Mama lahir langsung gede? Aneh aneh aja kamu"

Renjun terkekeh melihat perdebatan antara ibu dan Anak itu.

"Maaf, Ma. Tadi Alin susah di bangunin" ucap Renjun

"Renjun bangunin yang lain soalnya ma"

Renjun langsung melotot mendengar ucapan Guanlin, emang ini calon lakinya otaknya Cuma seperempat kayaknya. Bisa bisanya ngomong begitu depan orang tua. Kalau Mama Guanlin salah paham gimana? Tadi tuh mereka beneran gak ngapa ngapain, Guanlin aja yang tiba tiba pengen berak sampe setengah jam lebih.

"Udah ma, jangan dengerin Alin. Ayo berangkat aja" Renjun menggandeng lengan calon mama mertuanya keluar membuat Guanlin mencebik kesal

"Lo mau nikah sama gue apa sama mama gue sih, Ren?"

*

*

*

"Lin, Cobain ini" Renjun menyodorkan satu sendok makanan ke mulut Guanlin. Guanlin langsung membuka mulutnya dan merasakan rasa makanan itu.

"Enak kan?" tanya Renjun dan di angguki Guanlin

"Kalian kalau mau request sesuatu bisa bilang sekarang. Mumpung ada kepala Chefnya" ucap Mama Guanlin

"Chef, saya boleh request gak?"

"Iya kak? Mau request makanan atau dessert apa?"

"Saya mau terong balado, sambel pete sama ice cream durian atau puding durian di resepsi saya"

Semua orang yang berada di situ sontak menatap Guanlin tak percaya.

"Loh? Kenapa nih kok pada natap gue semua?" tanyanya

"Akkhh! Yang kok lo cubit gue sih?" Guanlin mengaduh ketika Renjun mencubit pinggangnya

"Lo mikir lah lin, masa tamu undangan kita lo kasih makanan itu? Gak sekalian semur jengkol?" ucap Renjun kesal

"Nah, boleh tuh. Chef, calon suami saya minta nambah semur jengkol, tolong di masukin ke dalam list ya"

Renjun mengambil nafas panjang, ia mengepalkan kedua tangannya. "Lo kalau gak mau nikah sama gue, bilang aja. Gak perlu lo bikin resepsi gue jadi ancur!"

"Dih? Kok gitu?"

"Ya lo mikir lah, Lai Guanlin yang tersayang. Masa wedding party kita yang temanya internasional lo kasih makanan tradisional buat makananannya? Ya kalau tradisionalnya soto, rawon, pempek gitu gapapa. Ini lo mintanya terong balado lah, sambel pete, terus durian? Lo mau bikin tamu tamu kita pulangnya langsung jebrottt ke wc?!"

"Ren"

Renjun menoleh kesamping, dimana Mama Guanlin berada.

"Kenapa, ma?"

"Kamu kalau mau batal jadi suaminya Guanlin, gapapa Ren. Kayaknya bentar lagi Mama juga mau batalin Guanlin jadi anak Mama"

"Dih? Durhaka nih ibu ibu sama anak sendiri" ucap Guanlin

*
*
*

"Njun, udah siap?" tanya Haechan

Renjun membalikan tubuhnya, menatap kedua sahabatnya yang baru memasuki ruang dimana dia bersiap siap itu. Sebentar lagi Renjun akan melangsungkan pernikahannya dengan seseorang yang sangat ia harap tidak menjadi jodohnya dulu.

Renjun mengangguk kemudian tersenyum. Haechan dan Jaemin menghampiri Renjun. "Gak nyangka gue kalau lo beneran bakal nikah sama si tiang" ucap Jaemin

"Kalau gue udah yakin sih dari pertama kali Guanlin nampakin diri" lanjut Haechan

"Jodoh beneran gak ada yang tau" ucap Renjun

"Lo siap buat ngehabisin sisa hidup lo sama Guanlin?"

"Siap lah. Ya siap gak siap mesti siap karena ini pilihan gue. Dari awal dia nembak sama ngelamar gue, gue udah yakin buat ngabisin sisa hidup bareng dia. Ya meskipun gue yakin bakal makin sering ngomel sih"

Jawaban Renjun membuat dua sahabatnya itu terkekeh

"Kalau Guanlin nyakitin lo, bilang ke kita ya Ren. Kita bakal siap sedia buat lo"

Renjun mengangguk. "Lo pada juga. Kalau kak Mark atau Jeno nyakitin lo, lo harus bilang ke gue. Biar gue tampol tuh pala mereka"

Ketiga orang itu tertawa, hingga suara telfon milik Jaemin mengalihkan atensi mereka.

"Jeno telfon nih, gue angkat dulu ya"

"Hallo, jen?"

"..."

"Ah, iya. Oke"

Sambungan terputus, Jaemin buru buru memasukan kembali ponselnya ke dalam saku.

"Kata Jeno semua udah siap. Lima belas menit lagi pemberkatan. Di undur lima menit karena laki lo lagi keringat dingin bolak balik kamar mandi"

"Lah? Kenapa dia? Grogi? Haha bisa grogi juga tuh orang" ucap Haechan

"Lo gimana, Ren? Deg degan juga gak?"

Renjun mengangguk. "Tapi udah mendingan karena ada kalian disini"

Setelah menunggu lima belas menit, akhirnya pemberkatan pernikahan Guanlin dan Renjun berjalan dengan lancar. Mereka kini sudah sah menjadi pasangan suami. Setelah pemberkatan, mereka melangsungkan resepsi di salah satu Villa di daerah Bandung.

Renjun yang menginginkan mereka untuk melangsungkan resepsi disini. Lelaki mungil kesayangan Lai Guanlin itu menginginkan resepsi bertema garden party international dengan kerlap kerlip lampu yang cukup indah di malam hari. Untungnya Resepsi berjalan lancar, tanpa hambatan maupun hujan. (Pawang hujannya mantep euy)

Setelah pemberkatan dan resepsi yang membahagiakan dan tentunya melelahkan itu, akhirnya seluruh acara berakhir pukul sebelas malam. Para tamu pun bergegas pulang atau kembali ke dalam villa yang telah Guanlin dan Renjun siapkan.

Renjun mendudukan dirinya di depan meja rias. Ia sedang melaksanakan night routinenya yaitu memakai skincare. Ingat, skincare wajib ya guys biar bersih bersinar seperti kesayangannya Lai Guanlin ini.

Kepala Renjun menoleh ketika melihat Guanlin memasuki kamar mereka.

"Udah?" tanya Renjun

"Apanya?"

"Ngobrol sama Jeno"

Guanlin mengangguk dan mendekat. Ia mencuri satu kecupan di pipi Renjun. "Hai, suami" ucapnya yang kemudian meletakan kepalanya di bahu Renjun dan ikut menatap ke kaca melihat pantulan dirinya dan Renjun.

"It's our first night, right?" lanjut Guanlin

Renjun menelan ludah kasar. Kemudian memalingkan pandangannya. Guanlin terkekeh, kemudian memeluk Renjun dari belakang.

"Hahaha, gue bercanda. Gue tau lo capek, besok besok aja gapapa. Sesiap lo" ucap Guanlin sembari mengusap rambut Renjun dan kemudian mendudukan dirinya di ranjang dengan punggung yang ia sandarkan di kepala ranjang. Mata Guanlin kini fokus dengan ponsel yang ada di hadapannya.

Renjun mengamati sahabat, musuh, tetangga yang sekarang sudah berganti status menjadi suaminya itu melalui pantulan kaca di depannya. Entah mengapa dia semakin merasa gugup, padahal dia juga sering tidur bareng sama Guanlin. Tidur bareng yang dalam arti hanya benar benar tidur seranjang.

Guanlin tiba tiba terkekeh membuat Renjun mengernyitkan dahinya. Guanlin menoleh ke arah Renjun. "Lo ngapain sih ngeliatin gue mulu? Deg degan ya lo" goda Guanlin

Renjun hanya mendengus kesal kemudian berbalik menatap Guanlin.

"Siapa juga yang deg degan? Biasa aja"

"Kalau biasa aja ya sini dong. Sini duduk di paha gue" Guanlin menepuk nepuk pahanya sembari menaik turunkan alisnya

"Males banget!"

Renjun berdiri, Guanlin merentangkan tangannya hendak menyambut Renjun. Tetapi ternyata Renjun tidak menuruti apa yang dia suruh. Lelaki mungil itu malah melewatinya dan merebahkan dirinya di samping Guanlin dan membelakanginya.

Guanlin mendengus pelan kemudian meletakan ponselnya di nakas. Ia kemudian ikut merebahkan dirinya dan mendekat ke arah Renjun. Di peluknya seseorang yang beberapa jam yang lalu telah resmi menjadi suaminya itu. Dapat Guanlin rasakan jika jantung Renjun terdengar berdetak begitu cepat.

"Gak usah deg degan gitu. Kita jalanin kayak biasanya aja"

Guanlin membalikan tubuh Renjun. Ia kembali terkekeh ketika melihat Renjun memejamkan matanya. Dia tau jika suami mungilnya ini hanya berpura pura tertidur. Guanlin menyentil kening Renjun dan membuat Renjun membuka matanya seketika.

"Jangan pura pura tidur!"

"Ish! Sakit bego!"

Cuppp

"Udah sakitnya ilang"

"Dih? Lo pikir gue anak kecil yang kalau di cium langsung sembuh?!"

"Terus mau gue apain biar lo sembuh? Gue giniin?" Guanlin memajukan tubuh bagian bawahnya dan menarik pinggang Renjun hingga tubuh mereka saling menempel. Ia Rengkuh dengan erat tubuh mungil Renjun.

"Anjing! Jangan mepet mepet gue, lo! Itu lo nempel di gue!" Renjun mencoba melepaskan rengkuhan Guanlin sekuat tenaga

"Alin!! Lepasin gue, anjing!"

"Dosa lo ngomong kasar ke suami"

"Bodoooo!! Ahhh Alinnn"

"Lo kenapa ngedesah? Belum gue apa apain juga"

Dugggg

"Aduh!" Guanlin reflek melepaskan rengkuhannya pada Renjun ketika ia merasakan kejantanannya di tendang menggunakan lutut Renjun. Sungguh pusaka Guanlin kini rasanya nyut-nyutan karena di tendang oleh Renjun. Ia pun memegangi miliknya itu sembari merintih

"Mampus!!"

Guanlin tidak menjawab, ia masih meringkuk seperti orang kesakitan membuat Renjun sedikit panik. Renjun menggigit jarinya gugup ketika melihat Guanlin membelakanginya.

"Lin? Sakit banget ya?"

Lagi, tidak ada jawaban.

"Alin.."

"Lin, sorryyyy"

Renjun mengulurkan tangannya menyentuh lengan Guanlin. Ia kemudian merangkak mendekat kepada Guanlin. "Linn, sorryyy" rengek Renjun namun tidak mendapat jawaban dari Guanlin

"Sakit banget ya? Maafin gue"

Guanlin berbalik dan yang pertama ia lihat adalah raut khawatir bercampur panik dari wajah cantik suaminya itu. Guanlin menahan tawanya. Ia menarik tangan Renjun.

"Sakit banget tau, Ren"

"Sorry, gue gak tau kalau bakal sesakit itu"

"Mau coba? Biar tau gimana sakitnya"

Renjun menggeleng cepat. "Gak!"

"Lo harus tanggung jawab. Ini kan juga aset lo"

Renjun hanya mendengus. Benar sih yang di ucapkan Guanlin, kalau yang dia tendang tadi adalah asetnya. Dia gak mau bayangin gimana kalau aset itu rusak? Gimana kalau dia gak bakal pernah merasakan aset itu mengisi lubangnya? Oh no!

"Ya udah, lo mau apa?"

Guanlin menyunggingkan smirknya. Ia mengatur posisinya menjadi telentang, kemudian menarik Renjun mendekat.

"Nga-ngapain?" tanya Renjun gugup ketika Guanlin menariknya untuk duduk di tengah kedua pahanya

"Tanggung jawab sama apa yang lo lakuin. Lo udah nyakitin pusaka gue, tau kan gimana cara ngobatinnya?"

Renjun terdiam beberapa saat. "Bentar! Gue mau nyari kotak P3K"

Renjun hendak turun dari ranjang namun Guanlin lebih dulu menarik tangannya.

"Gue tau lo gak bodoh, Renjun. Jangan bersikap polos seolah lo gak tau apa yang gue maksud. Gue tau ya lo sering nonton laki sama laki tumbukan di twitter kalau malam"

Renjun mendelik menatap nyalang Guanlin. "Tau darimana lo?!"

"Kamar kita sebelahan. Gue bisa liat yang lo lakuin dari jendela"

"Sialan!"

"Langguage, baby!"

"Ahhh minggir lin, lepasin"

"Gak mau. Tanggung jawab dulu"

"Gak mau! Gak mau!" Renjun meronta mencoba melepaskan genggaman Guanlin pada pergelangannya

Guanlin terdiam sebentar kemudian melepaskan tangannya dari pergelangan Renjun.

"Ya udah ayo tidur aja" ucapnya yang kemudian menarik bantal dan menyamankan posisinya

Renjun tiba tiba merasa bersalah. Ia jelas tau betul apa yang Guanlin inginkan saat ini. Renjun juga sebenarnya sudah mempersiapkan untuk malam ini. Namun entahlah dia terlalu canggung untuk memulai.

Ya bayangkan saja jika kalian yang awalnya tidak akur, lalu berteman dan menjadi sahabat lalu sekarang tiba tiba sudah menjadi sepasang suami. Pasti akan ada sedikit kecanggungan untuk memulai berbagi kehangatan.

Renjun sedikit mendengus kesal, kenapa Guanlin tidak berinisiatif untuk memulai sih? Padahal biasanya Guanlin lah yang lebih dulu menciumnya. Tenang, hanya mencium. Selama mereka menjadi pasangan kekasih, mereka hanya sesekali bertukar saliva dan tidak lebih.

"Tidur, Ren. Kenapa masih duduk aja?" tanya Guanlin yang masih membelakangi Renjun dengan mata terpejam

Renjun masih terdiam menatap Guanlin. Suaminya ini benar benar bikin dia sakit kepala. Renjun menghela nafas kasar, moodnya tiba tiba jelek. Renjun menarik ponselnya dan langsung pergi menuju balkon dari kamar Villa yang ia tempati sekarang.

Renjun buka pintu balkon dengan kasar. Pandangannya tertuju kedepan, tangannya ia sandarkan pada pagar balkon sembari meremat kuat pagar besi pembatas itu. Nafasnya memburu, harusnya moodnya baik hari ini. Namun entah karena kelelahan atau memang Guanlin yang selalu menguji emosinya, yang jelas Renjun sekarang dalam mode senggol bacok.

"Eumm.. kak"

Renjun seketika menoleh ketika mendengar suara laknat melewati gendang pendengarannya. "Anjing!" umpat Renjun ketika melihat sumber suara itu dari desahan sahabatnya yang sedang bercumbu di balkon kamar sebelah

Haechan dan Mark sebagai pelaku utama langsung melepaskan pangutan mereka dan menoleh kesamping dimana Renjun berada. Haechan mengusap bibirnya yang basah.

"Heh penganten baru! Lo ngapain di luar anjir? Mau ngewe disini lo? Laki lo mana?!" ucap Haechan sembari melihat kesana kemari mencari keberadaan Guanlin

Renjun hanya mendengus kesal kemudian mendudukan dirinya di kursi yang berada di balkon tersebut. "Diem deh lo. Mending lo lanjutin aja, tapi di dalem jangan disini njir!"

Guanlin yang tau jika Renjun keluar dan mendengar sedikit keributan itu pun memutuskan untuk menyusul Renjun. "Kenapa?" tanyanya ketika mendengar sedikit perdebatan antara Renjun dan Haechan

"Heh! Lo apain laki lo lin? Sampe ngambek begitu"

Guanlin langsung menoleh ke arah Renjun. Dan benar saja, suami mungilnya itu sedang merengut.

"Belum gue kasih jatah. Lo ngapain juga diluar?" tanya Guanlin balik

Renjun yang mendengar kalimat pertama dari Guanlin pun semakin mencebik kesal. Mulut suaminya emang suka sembarangan kalau ngomong.

"Ya mencari kehangatan lah. Lo yang penganten baru kenapa malah berantem, jir?! Gue aja dulu sama kak Mark langsung bugbug" ucapan Haechan sontak mendapat senggolan dari Mark

"Sorry sorry, laki gue kalau ngomong emang gak di filter. Gue bawa balik dulu ya. Kalian berdua jangan berantem, baikan gih omongin baik baik terus langsung tancap gas sampe pagi" ucap Mark yang langsung menggendong paksa Haechan

"Aaaaaa kakkk bentar, kak Mar- eumm"

Guanlin sedikit terkekeh melihat kedua orang yang baru saja pergi itu. Ia kemudian mengembalikan atensinya kepada Renjun. Guanlin berjongkok di depan Renjun yang mendudukan dirinya di sofa sembari melipat kedua kaki dan tangannya itu.

"Kenapa? Hm?" tanya Guanlin

Renjun tidak menjawab, ia memalingkan wajahnya memandang ke arah lain. Guanlin terkekeh, dia peka kok suaminya ini kenapa.

Guanlin mencubit pelan hidung Renjun yang langsung di tepis oleh Renjun. "Lo kalau mau sesuatu tuh bilang. Gue bukan cenayang, Renjun"

Guanlin menarik Renjun hingga berdiri. Ia kemudian mendudukan dirinya di sofa yang diduduki Renjun tadi dan kemudian menarik Renjun kembali ke dalam pangkuannya. Renjun duduk menyamping di satu kaki Guanlin.

"Jangan selalu nunggu gue yang mulai. Gue juga berharap lo bisa nunjukin rasa lo ke gue"

Guanlin tangkup kedua pipi Renjun dan langsung ia sambar bibir Renjun yang sudah menggodanya sedaritadi itu. Kedua insan yang baru saja menikah itu reflek memejamkan mata mereka ketika lidah mereka saling berperang. Guanlin kecup dan lumat habis habisan bibir Renjun. Renjun mengalungkan tangannya di leher Guanlin.

Tangan Renjun bergerak sesekali meremas rambut Guanlin ketika Guanlin semakin memberikan lumatan pada bibirnya. Tangan Guanlin bergerak mengelus pinggang Renjun dan mulai masuk ke dalam piyama yang dikenakan Renjun.

"Eumm.. alinn" suara merdu Renjun mengalun ketika merasakan bongkahan pantatnya di remas oleh Guanlin

Ciuman yang berlangsung panas dan hampir sepuluh menit itu terputus ketika Renjun menepuk bahu Guanlin karena ia kehabisan oksigen. Guanlin tempelkan dahinya di dahi Renjun sembari ia tatap mata indah suami mungilnya itu.

"Di luar dingin, kita masuk aja ya?" ucap Guanlin yang di angguki Renjun

🔞 Batas suci bagi yang belum berumur 🔞

Guanlin gendong ala bridal Renjun masuk ke dalam kamar villa yang mereka sewa. Ia rebahkan perlahan tubuh Renjun di atas ranjang. Guanlin apit tubuh Renjun di antara pahanya, ia menunduk mengukung Renjun di bawahnya. Ia terkekeh sejenak, ternyata dia bisa juga membuat Renjun tunduk di bawahnya.

"Kenapa ketawa?" tanya Renjun

"Gapapa, gue masih gak nyangka aja bentar lagi gue bisa ngegagahin lo"

"Sialan!"

Guanlin langsung meraup bibir yang baru saja mengumpatinya itu. Guanlin kembali memberikan ciuman panas yang membuat suhu tubuhnya dan suhu tubuh seseorang di bawah kukungannya itu meningkat. Guanlin melepas perlahan kancing piyama yang Renjun kenakan. Ia kemudian mengelus halus dari atas hingga ke bawah tubuh Renjun.

Guanlin merasakan jika lutut Renjun mulai menyentuh kejantanannya. Renjun menggesek gesekan lututnya secara sensual pada kejantanan Guanlin. Guanlin tidak tinggal diam, ia bergerak untuk melepaskan celana milik Renjun hingga terlepas sempurna dan hanya menyisahkan celana dalam milik Renjun.

Guanlin melepaskan pangutan mereka hingga benang saliva membentang panjang bertaut seperti jembatan yang menghubungkan kedua bibir manusia itu. Guanlin dengan buru buru melepaskan semua pakaian yang ia kenakan.

Guanlin kembali merangkak naik dan menarik celana dalam Renjun dengan sekali tarikan hingga membuat Renjun kini sudah bertelanjang bulat sama seperti dirinya. Renjun yang belum terbiasa itu seketika menutup kejantanannya dengan kedua telapak tangan mungilnya.

Guanlin terkekeh kemudian perlahan menyingkirkan tangan Renjun yang menutupi penis mungil miliknya itu. "Kenapa di tutupin? Kan gue bakal terbiasa liat ini tiap malam" goda Guanlin

"Ya jangan tiap malam juga dong! Bisa mampus gue"

"Gak janji" jawab Guanlin singkat sebelum ia kembali mengukung Renjun di bawahnya. Ia usap halus wajah Renjun dan ia kecup kening Renjun. "Cantik, lo cantik Ren. Gue beruntung punya lo" lanjutnya sebelum kembali melumat bibir Renjun yang sudah bengkak karena ulahnya itu.

"Ahhh.. alinn.. ahh eummm"

"Moan my name, baby"

"Ahh.. Alinn.. Guanlinn"

Tubuh Renjun bergerak kesana kemari seiring pergerakan Guanlin yang menggempur lubangnya. Guanlin membalikan tubuh Renjun dan menarik bongkahan pantat Renjun membuat Renjun menungging. Ia tampar beberapa kali pantat sintal itu.

"Akhh.. alinnn"

Guanlin masih terus menggerakan miliknya di dalam lubang hangat Renjun. Ini adalah pertama kali mereka melakukan hubungan intim. Berterimakasihlah kepada Guanlin yang bisa menahan hasratnya saat berdekatan dengan Renjun selama ini.

Guanlin semakin mempercepat temponya ketika dia merasakan pelepasannya akan segera sampai. Ia merasakan jika lubang Renjun semakin menyempit menjepit kejantanannya yang mengembang di dalam.

"Linn.. gue mau sampaiii"

"Bareng"

Hingga beberapa tusukan kemudian mereka sama sama mencapai klimaksnya. Ini bukan pelepasan yang pertama bagi Renjun, namun mungkin sudah keempat atau kelima kali karena sebelum memulai inti tadi, Guanlin sudah lebih dulu memberikan service kepada kejantanan mungil Renjun.

Renjun menjatuhkan tubuhnya ketika ia sudah tidak sanggup menopang tubuhnya, begitu juga Guanlin. Tubuh mereka langsung mereka jatuhkan ke ranjang. Guanlin mebawa Renjun ke dalam pelukannya. Ia tarik sedikit selimut menutupi tubuh bagian bawah mereka.

Istirahat sejenak sebelum membersihkan tubuh. Untuk malam ini cukup hanya dengan satu ronde, karena sebenarnya tubuh mereka sudah terlalu lelah karena acara seharian tadi.

Guanlin mengusap halus kepala Renjun yang bersandar di dadanya itu. Ia terkekeh kemudian memberikan beberapa kali kecupan di kepala Renjun.

"Makasih"

Renjun mendongak. "Untuk?"

"Menerima gue sebagai laki lo. Gue harap lo gak akan pernah menyesal"

Renjun terkekeh dan kemudian mendongak

"Gue gak bakal pernah nyesel. Kecuali kalo suatu saat lo nyakitin gue"

"Gak akan pernah gue nyakitin lo barang seujung jari"

"Kita liat aja nanti" jawab Renjun singkat

"Oh iya lin"

"Kenapa?" tanya Guanlin sedikit menunduk

"Sorry"

"Buat?"

"Our first night. Ini.. ini bukan pertama kali buat gue" ucap Renjun yang sedikit terbata

"I know" jawab Guanlin sembari kembali mencium puncak kepala Renjun

"Kok bisa?"

Guanlin terkekeh dan menautkan jarinya dengan jari Renjun yang menampilkan cincin pernikahan mereka. Ia pandangi sembari tersenyum jari mungil yang terpampang cincin manis pemberiannya tadi.

"Gue tau semua tentang lo, Ren. Kalau lo mikir gue gak pernah ngawasin lo, lo salah. Gue selalu ngawasin lo dari jauh saat lo sama mantan mantan lo"

Renjun membalikan tubuhnya dan menatap Guanlin. "Harusnya gue sadar selama ini kalau lo yang selalu ada buat gue"

"Harusnya. Tapi kita cuma bisa ngikutin takdir"

Renjun mengangguk. "Gue juga beruntung punya lo, lin"

Renjun merangkak naik dan kembali memberikan ciuman kepada bibir tebal Guanlin. Guanlin tersenyum di sela ciuman mereka yang kembali memanas itu. Guanlin lepas pangutan itu sejenak dan membisikan kalimat tepat di telinga Renjun. "Jangan salahin gue kalau kita gak akan tidur malam ini, karena lo yang udah ngebangkitin junior gue lagi" ucapnya sebelum langsung membalik posisi dan membanting Renjun hingga lelaki mungil itu sekarang kembali berada di bawah kukungannya.

Benar saja yang di ucapkan Guanlin. Mereka baru bisa tertidur dengan nyenyaknya sekitar pukul enam pagi. Guanlin terbangun lebih dulu karena mendengar ponselnya berbunyi. Ia buru buru mengangkat telfon tersebut.

"Hallo, ma?"

"Lin, kamu ini masih tidur?"

"Iya, ma. Renjun juga masih tidur, kayaknya capek tadi malem nyalamin tamu begitu banyak"

"Alasan aja. Mama sih tau ya yang sebenarnya terjadi"

Guanlin terkekeh mendengar ucapan Mama-nya. "Kenapa ma?"

"Ini udah waktunya check out. Kamu mau ikut check out apa lanjut?"

"Lanjut aja ma, Renjun juga kayaknya masih betah tidur"

"Ya udah kalau gitu biar nanti mama yang urus. Mama sama yang lain pulang duluan ya"

"Iya, Ma hati hati"

"Hm, Lin Mama nunggu cucu ya" ucap Mama Guanlin sebelum mematikan sambungan telefonnya.

Guanlin terkekeh kemudian mendudukan dirinya menatap Renjun. Suami mungilnya itu terlihat begitu cantik meskipun ia tertidur. Tubuh polosnya yang terekspos dan terlihat jejak jejak merah hasil karya Guanlin di lehernya itu semakin menambah kesan seksi bagi Guanlin yang melihatnya.

Guanlin mengulas senyum di wajahnya dan ia usap halus pipi Renjun. Setelahnya Guanlin berikan satu kecupan di kening Renjun sebelum ia memutuskan untuk membersihkan tubuhnya di kamar mandi.

"Aliiiiinnnn!!"

Guanlin yang sedang mandi itu buru buru keluar dari kamar mandi ketika mendengar suara teriakan dari Renjun.

"Kenapa?"

"AAAAAAAAA!! ALIN BEGO! KENAPA LO KELUAR GAK PAKE BAJU SIH? SIALAN!" Renjun melempar bantal dan reflek menutup matanya ketika melihat tubuh telanjang Guanlin.

Guanlin terkekeh melihat Renjun yang masih malu malu itu, padahal mereka tadi malam sudah saling melihat polosan diri mereka.

"Apa sih? Padahal tadi malem lo muji tubuh gue"

"MANA ADA?"

"Ada, ya. Lo bilang ahh alinn tubuh lo bagus banget"

"Sialan! Diem anjing!"

"Mulut lo kalau sama suami tuh yang halus dikit napa" Guanlin menarik handuk di samping pintu kemudian melilitkannya di pinggang dan ia segera mendekat ke Renjun

"Kenapa?"

Renjun menoleh kepada Guanlin dengan raut cemberut

"Mau pipis"

"Ya udah pipis aja"

"Bawah gue masih sakit, Alin"

Guanlin terkekeh kemudian tanpa basa basi ia langsung membawa Renjun masuk ke dalam kamar mandi.

"Tungguin di luar!"

"Gue mau mandi"

"Gak! Gue mau pipis dulu"

"Kita udah sama sama lihat punya masing masing, Renjun"

"Gak gak! Gue masih malu" Renjun masih mencoba mengusir Guanlin. Namun dasarnya Guanlin si kepala batu dan suka melihat Renjun marah marah, dia pun tidak mengindahkan ucapan Renjun.

"Gak, gue juga mau lanjutin mandi gue. Lo kalau mau ikutan mandi juga boleh, barangkali mau coba sambil mandi"

"Guanlin sialan!!!!"






Tbc

*******

ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴍᴇɴɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ᴊᴇᴊᴀᴋ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ᴅᴀɴ ᴋᴏᴍᴇɴ ᴀɢᴀʀ ᴀᴋᴜ ᴍᴀᴋɪɴ ʀᴀᴊɪɴ ᴜᴘᴅᴀᴛᴇ! ʜᴇʜᴇʜᴇ

~~~~~~~~~~~~


Masih mabok sama Guanren momen. Sampe tadi gue buru buru pulang buat lanjutin ini cerita. Huhu gimana momennya guys???

Yang pernah janji kalau Guanren ada momen, kumpul sini tepatin janjinya.

Btw masih mabok juga Guanlin nyebut "HUANG RENJUN" 😭😭😭

Continue Reading

You'll Also Like

96.2K 11.3K 36
❝Who can stop me if i decide that you're my destiny?❞ ⚠ Warning! ⚠ *π–₯¨ΰΉβˆ˜Μ₯βƒŸβΈ½βƒŸπŸ³οΈβ€πŸŒˆCerita homo! Contain mature, Harsh words *π–₯¨ΰΉβˆ˜Μ₯βƒŸβΈ½βƒŸπŸ¦™Slight pair ; J...
101K 12.7K 37
Jake, dia adalah seorang profesional player mendadak melemah ketika mengetahui jika dirinya adalah seorang omega. Demi membuatnya bangkit, Jake harus...
90.2K 11.1K 35
πΊπ‘–π‘šπ‘Žπ‘›π‘Ž π‘Žπ‘˜π‘’ π‘‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘˜ π‘ π‘Žπ‘™π‘Žβ„Ž π‘šπ‘’π‘›π‘π‘–π‘›π‘‘π‘Žπ‘– π‘œπ‘Ÿπ‘Žπ‘›π‘”?? π½π‘–π‘˜π‘Ž π‘Žπ‘˜π‘’ π‘šπ‘’π‘›π‘π‘–π‘›π‘‘π‘Žπ‘– π‘œπ‘Ÿπ‘Žπ‘›π‘” 𝑖𝑑𝑒 π‘π‘Žπ‘ π‘‘π‘– π‘Žπ‘˜π‘’ 𝑠𝑒�...
249K 40.5K 15
#1 on lucas (150518) #1 on luwoo (101018) #2 on luwoo (200918) "Ini anti nyeri, pas di suntik rasanya perih, di tahan ya." "AAAAAA!! SAKIT KAK ASTAGA...