Obsesi Asmara

Galing kay ainiay12

1.7M 117K 52.5K

[PRIVAT ACAK - FOLLOW SEBELUM BACA] - OBSESI, HUBUNGAN TERLARANG, PERSAINGAN BISNIS, PERSAHABATAN, TOXIC RELA... Higit pa

| PROLOG |
1. PERTEMUAN SINGKAT
2. BALAPAN
3. KETERTARIKAN
4. IDENTITAS
5. PERINGATAN KECIL
6. PULANG BARENG
7. MENGALAHKAN EGO
8. OFFICIAL?
9. SENTUHAN
10. TERUNGKAPNYA FAKTA & KEHILANGAN
11. DUBAI
12. UNDANGAN
13. BERTEMU KEMBALI
14. PEREMPUAN LICIK
15. MISI & LAKI-LAKI LAIN?
16. EKSEKUSI
17. HOTEL PRIMLAND
18. SISI YANG BERBEDA
19. PERTEMUAN KEDUA
20. PEMBATALAN INVESTASI
21. CUCU PEMILIK SEKOLAH
23. CINTA SATU MALAM
24. REKAMAN
25. LOVE OR OBSESSION?
26. SATU ATAP BERSAMA
27. APARTEMEN
28. MENGAKHIRI & AWAL YANG BARU
29. HILANG DAN KECURIGAAN
30. PENGAKUAN & PENOLAKAN
31. TANDA-TANDA MULAI BUCIN?
32. MEMENDAM ATAU MENGUNGKAPKAN?
33. MY GIRLFRIEND
34. VICTORIA GROVE CLUB
35. HANYA PELAMPIASAN?
36. PUTUS HUBUNGAN?
37. SIMPANAN OM-OM?
38. BENAR-BENAR BERAKHIR
39. PENCULIKAN
40. BALIKAN
41. PENYESALAN
42. RASA YANG TAK TERBALAS
43. TERBONGKAR

22. PESTA

39.5K 2.9K 1.6K
Galing kay ainiay12

Follow terlebih dahulu akun di bawah ini;
Instagram: wattpad.ayay
Tiktok: wattpad.ai & wattpad.ay

Diwajibkan untuk vote dan komen sebelum membaca cerita ini!

Jangan lupa komen di setiap paragraf!

Ramaikan cerita ini ke teman-teman kalian dan sosmed kalian dengan memakai hastag #obsesiasmarawattpad #bianastara #aloraaleandra

(Happy Reading)

The Residences Of The Luxury Hotels.

Hari ini hari yang ditunggu-tunggu oleh semua murid kelas 12 IPA 1. Di mana, sang ratu kelas mereka sedang mengadakan pesta besar-besaran.

Pesta ulang tahun yang diadakan di sebuah hotel bintang lima, di kawasan Jakarta pusat. Dengan menyediakan hidangan mewah yang tentunya tidak murah. Selera kelas atas.

Pesta berada di ballroom hotel, dengan lampu-lampu indah yang menerangi, juga bunga-bunga putih di sepanjang jalan masuk. Benar-benar sempurna, dan saling megahnya, pesta ulang tahun itu justru terlihat mirip seperti pesta pernikahan.

Semua orang yang di undang adalah teman kelas Gracia, juga rekan bisnis orang tuanya. Tamu-tamu yang hadir adalah orang-orang terpilih dan orang penting.

Gracia, dengan dress berwarna maroon dan rambut di biarkan tergerai indah. Sudah berdiri di sana bersama beberapa temannya dan juga Nadin. Di hadapannya terdapat kue yang menjulang tinggi dengan angka 18 di atasnya.

Semua tampak sempurna, sama seperti permintaan Gracia yang ingin pesta ulang tahunnya kali ini benar-benar mewah dan megah.

"Citra belum dateng, ya?" Nadin berbisik pada Gracia, dan mendapati gelengan dari gadis itu.

"Kayaknya belum, kalo udah, dia pasti ke sini," balas Gracia dengan matanya yang berkeliling, mencari Ergi.

"Ergi juga belum dateng, apa mereka janjian dateng bareng?" tanya Gracia dengan nada tak suka.

Nadin menggeleng. "Gue gak tau, mungkin aja. Waktu itu kan Ergi bilang, dia mau bareng Citra."

Mood Gracia mendadak turun karena mendengar itu. Citra benar-benar menjadi penghalangnya untuk dekat dengan Ergi. Dasar perempuan serakah.

Sudah ada Bian, masih juga mendekati Ergi.

"Gue mau nemuin yang lain dulu," ucap Gracia pamit pada Nadin, tapi belum selangkah Gracia berjalan, pintu masuk terbuka dengan lebar dengan cahaya yang menyilaukan.

Orang-orang segera berdiri berjejer memberi jalan kepada kedua orang itu untuk masuk.

Citra dan Ergi tampak seperti pasangan serasi. Keduanya bahkan memilih warna pakaian yang sama, semakin menambah kesan romantis.

Citra memakai gaun pendek selutut tanpa lengan yang memperlihatkan pundak mulus miliknya. Gaun berwarna putih itu sangat pas di tubuh Citra.

Semua orang memandang Citra takjub. Bahkan orang yang tidak tahu akan mengira Citra adalah pemilik pesta malam ini.

Gadis itu berjalan anggun dengan tersenyum, mendekati Gracia dan Nadin di sana.

"Citra! Lo cantik banget sumpah, gue sampe pangling," heboh Nadin langsung memutar badan Citra untuk melihat detail gaun yang dipakainya.

"Sumpah, lo cantik banget, gue kira artis dari mana," ucap Nadin masih heboh. Gracia hanya memutar bola mata malas.

"Lebay lo," sanggah Citra malu-malu.

"Bener kata Nadin, lo cantik banget malam ini," timpal Ergi tersenyum kepada Citra, tepat di depan Gracia yang memandang mereka semakin kesal.

Bisa-bisanya Ergi memuji perempuan lain di depannya. Wajah gadis itu benar-benar masam sejak kedatangan Citra yang saat ini menjadi pusat perhatian. Ia tidak suka itu.

Malam ini adalah pesta ulang tahunnya, tapi kenapa orang-orang lebih tertarik pada Citra ketimbang pada dirinya yang sudah berdandan secantik ini.

Apalagi Ergi, dia bahkan tidak sedikitpun meliriknya. Sangat menjengkelkan. Rasanya ia ingin mendepak Citra keluar pesta saat ini juga.

"Gracia, selamat ulang tahun," ucap Citra tersenyum sembari menyerahkan hadiah yang dibawanya.

"Hm makasih," balas Gracia terpaksa.

"Selamat ulang tahun, Gracia," ucap Ergi juga menyerahkan kado pemberiannya.

Melihat itu Gracia langsung berbinar dan mengambil hadiah dari Ergi dengan senang. Raut wajahnya yang semula murung kini sepersekian detik berubah ceria.

"Makasih Ergi, gak usah repot-repot bawa kado gapapa, kok." Gracia kemudian memeluk Ergi. Cowok itu terkejut dan membalas pelukan Gracia.

"Sama-sama."

"Gracia!" Kevin berteriak dan berlari menuju gadis itu. Merasa dipanggil, Gracia melepaskan pelukan Ergi dan menatap Kevin malas.

Dasar pengganggu. Kalau tidak Citra, ya pasti Kevin.

Kenapa orang-orang ini tidak membiarkannya bahagia sedikit saja dengan Ergi?

"Nih, kado spesial buat lo," ucap Kevin lalu mengambil posisi di sebelah Gracia.

Melihat Kevin yang sudah datang, Ergi kemudian mengajak Citra untuk mengambil makanan.

Setelah mengambil makanan, mereka berdua duduk kursi berhadapan. Dengan satu meja bulat yang bisa memuat banyak orang, tapi mereka hanya berdua.

Citra tampak menikmati makanannya, begitu juga dengan Ergi.

"Tunggu di sini, gue ambil minum dulu," ucap Ergi saat menyadari bahwa mereka lupa mengambil minuman.

Citra mengangguk karena mulutnya penuh dengan makanan.

Gracia yang melihat kesempatan itu segera meninggalkan Kevin dengan berasalan ke kamar mandi. Dia mengambil minuman kemudian memberi sesuatu di dalamnya.

"Ergi!" teriak Gracia berlari kecil menghampiri.

"Mau ambil minum?" tanyanya basa-basi.

"Iya sekalian sama punya Citra, dia lupa ngambil minum."

Gracia berdecak dalam hati karena lagi-lagi Ergi mengutamakan Citra.

"Nih, buat lo," ucap Gracia menyerahkan minuman yang sudah ia beri sesuatu di dalamnya.

"Ada alkohol nya nggak?" tanya Ergi.

Gracia menggeleng tersenyum. "Nggak kok. Aman."

"Oke, gue ke sana dulu." Ergi pergi dengan membawa dua minuman di tangannya. Minuman pemberian dari Gracia itu ia berikan pada Citra. Sengaja karena Citra pasti tidak akan bisa minum alkohol.

"Makasih, Ergi. Baik banget lo." Citra menerimanya dengan semangat, meneguk habis minuman itu tanpa rasa curiga sedikitpun. Begitu juga dengan Ergi yang kemudian menenggak minumannya.

Tapi Citra merasakan ada sesuatu yang berbeda setelah ia meminum minuman itu. Ada sesuatu yang terasa membakar dirinya saat ini. Sesuatu yang ia juga tidak tahu apa. Yang jelas tubuhnya bergejolak aneh, sangat tidak nyaman.

•••

"Anjing!" umpat Bian emosi setelah mendengar penjelasan Gaska, yang mengatakan bahwa Citra pergi ke pesta bersama Ergi dan tanpa meminta izin padanya.

"Santai bro jangan nge gas ke gue," ucap Gaska kesal menerima semburan amarah Bian.

Saat ini cowok itu sedang berada di bar milik Darren. Gaska memang sempat mengikuti Citra karena permintaan Bian, dan ia melihat kalau Citra masuk ke dalam mobil Ergi. Gaska langsung melaporkan kejadian itu pada Bian, dan jadilah cowok itu marah dengan emosi meledak-ledak.

"Mending lo susul aja, masa iya lo biarin mereka berduaan?" usul Gaska, dan diangguki oleh Darren.

"Urusan lo belum kelar emang di situ?" tanya Darren.

"Gue pulang malem ini juga. Gua gak akan biarin si bangsat itu ngapa-ngapain cewek gue," ucap Bian masih dengan nada emosi.

"Tapi meskipun lo pulang malem ini, gak akan keburu. Gue yakin pas lo sampe sini pestanya udah bubar," jelas Gaska.

Bian mengumpat. "Sialan. Pokoknya gue gak mau tau, lo harus awasin Citra."

"Gue mulu yang kena," eluh Gaska.

"Gue serius, Ka. Buruan lo samperin Citra dan awasin dia. Gue takut Ergi berbuat macem-macem sama Citra," pinta Bian khawatir.

"Udah buruan, kalo nggak lo mau si Bian ngamuk?" bisik Darren menakut-nakuti Gaska.

Gaska berdecak. "Oke. Ujung-ujungnya gue lagi."

"Kabarin gue kalo udah sampe. Gue pulang malem ini," final Bian mematikan panggilan video.

"Lo gak ikut?" tanya Gaska.

"Ngapain? Gue sibuk bro gak kayak lo," balas Darren membuat Gaska terpancing emosi.

"Bangsat. Gue juga sibuk."

"Sibuk ngurusin si Citra? Kasian banget hidup lo," ejek Darren kemudian berdiri. "Selamat berjuang, Ka," lanjutnya menepuk bahu Gaska lalu keluar dari ruangan itu.

Gaska juga ikut keluar, dan menjalankan motornya ke tempat pesta Gracia. Sungguh malang sekali hidupnya, harus terlibat pertengkaran kedua manusia itu. Ia juga punya kesibukan sendiri, tapi mau tidak mau Gaska harus membantu Bian. Karena Bian juga sudah banyak membantunya. Setidaknya ia tahu balas budi.

•••

Pandangan Citra mulai buram. Kepalanya terasa sangat pening. Ia benar-benar tidak bisa minum alkohol, terlebih lagi di dalam minuman itu terdapat obat perangsang yang diberikan Gracia, untuk menjebak Ergi. Tapi malah Citra yang meminumnya.

Sedangkan Ergi masih sedikit sadar. Ia kira ia mengambil minuman biasa tanpa alkohol, tapi ternyata minuman itu sama saja beralkohol. Ergi lupa, seharusnya di tempat pesta seperti ini sudah pasti minuman itu mengandung alkohol.

"Lo gapapa?" tanya Ergi saat melihat gelagat Citra yang mulai aneh.

"Panas, Gi," jawab Citra dengan mengibaskan kedua tangannya, tapi percuma saja, itu tidak berpengaruh.

"Panas?" ulang Ergi tidak mengerti.

"Panas, Ergi. Badan gue panas," ucap Citra semakin tidak nyaman. Dia bergerak gelisah di tempatnya.

Ergi menghampiri dan duduk di sebelah cewek itu. Posisi mereka saat ini bisa dibilang paling belakang dari tamu-tamu yang juga sedang duduk menikmati hidangan. Jadi tidak ada yang memperhatikan mereka berdua.

"Panas... shhh...."

Citra menatap Ergi sayu. Gejolak di tubuhnya semakin tak tertahankan ketika pandangannya beradu dengan iris mata cowok itu. Cukup lama mereka saling bertatapan sampai akhirnya Citra bersuara.

"Tolongin gue... panas...," katanya serak.

Setelah melihat kondisi Citra yang kepanasan seperti ini, Ergi yang masih sedikit sadar pun kini mulai paham. Sepertinya Citra tidak sengaja meminum obat perangsang. Sehingga tubuhnya bereaksi seperti sekarang. Tapi darimana asalnya obat itu? Kenapa Citra bisa meminumnya?

"Tolong... please...." tatapan Citra tidak lepas dari bibir Ergi. Tangannya terulur untuk mengusap bibir cowok itu.

"Nggak, Cit. Lo gak sadar." Ergi menahan Citra saat tangannya mulai bermain di dada Ergi.

"Please... gue mohon... tolong gue."

Pikiran Ergi kalut. Ia benar-benar tidak bisa berpikir jernih di situasi seperti sekarang. Di satu sisi ia memang menginginkan Citra seutuhnya, tapi bukan dengan cara seperti ini. Di sisi lain, ia juga tidak bisa menahan hasratnya saat Citra terus memohon kepadanya.

Di tengahnya keramaian pesta, kedua insan itu sibuk dengan dunianya sendiri. Dengan pikiran yang sama-sama berkenalana kemana-mana.

Citra mulai memberanikan diri dengan duduk di pangkuan Ergi, membuat cowok itu menegang seketika. Seperti ada sesuatu yang tertahan dalam dirinya.

"Ergi... gue gak kuat...," ucap Citra tepat di telinga cowok itu. Hembusan nafasnya menerpa permukaan leher Ergi.

Gairah mulai menguasai tubuh Ergi ketika Citra terus memberikan sentuhan-sentuhan kecil padanya. Tapi antara otak dan hatinya seperti tidak sinkron, terlebih lagi Citra saat ini tidak sadar. Ergi takut kalau Citra sadar dia malah akan kecewa padanya.

"Stop. Mending kita pulang aja." Ergi menahan saat Citra akan membuka kancing kemejanya.

"Gue takut lo nyesel, Citra," lanjutnya.

Citra menggeleng lemah.

Dengan mengalungkan kedua tangannya, Citra mulai mencium pelan leher Ergi, dan itu berhasil membangkitkan nafsu cowok itu.

Ergi berdiri kemudian memapah Citra ke salah satu kamar hotel. Ia tidak perduli apa yang akan terjadi besok saat Citra sadar, yang jelas Citra sendiri yang memintanya, tidak ada unsur paksaan.

Gaska yang baru sampai pun memelototkan matanya ketika melihat Ergi dan Citra berjalan sempoyongan di sana. Segera dia berlari kecil mengikuti mereka dari belakang sembari menelepon seseorang.

"Kenapa?"

"Gawat mas bro. Cewek lo dibawa ke kamar hotel sama Ergi." Beritahu Gaska, matanya masih mengamati Ergi dan Citra.

"Sialan bangsat! Anjing si Ergi."

"Lebih gawat lagi, mereka udah masuk ke kamar. Lo tau kan apa yang bakalan terjadi di dalem?"

"Bangsat lo jangan bikin gue kepikiran. Ikutin terus aja."

"Lo bukannya berterimakasih, malah marahin gue. Gue ada di sini juga karena bantuin lo," omel Gaska.

Tidak ada jawaban dari Bian. Cowok itu mulai membayangkan yang tidak-tidak. Dia bukannya tidak tahu Ergi dan Citra akan melakukan apa di dalam sana.

Apalagi yang bisa dilakukan cewek dan cowok berduaan di dalam kamar hotel?

"Ka, lo bawa barang yang gue suruh, kan?" tanya Bian. Gaska mengangguk. "Bawa, kenapa?"

"Bagus. Sekarang juga lo nyamar jadi staf hotel dan lo masuk ke kamar itu. Gimanapun caranya lo harus bisa pasang kamera itu di dalam kamar," jelas Bian membuat Gaska lagi-lagi melotot.

"Lo gila?! Mana bisa gue masuk ke dalem."

"Gue gak mau tau, lo harus bisa masuk ke kamar itu."

"Tapi gue...."

"Gak terima bantahan."

Tut

"Sialan!" umpat Gaska saat Bian mematikan panggilan begitu saja. Bagaimana caranya dia masuk ke kamar itu?

"Ayo Gaska jangan lemot di saat-saat kaya gini," gumam cowok itu berjalan mondar-mandir di depan kamar hotel yang ditempati Ergi dan Citra.

"Ayo dong mikir. Please. Gak bisa diajak kerjasama nih otak," gerutunya.

Tanpa sengaja Gaska melihat staf hotel yang sedang bertugas di sana.

"Woi!" panggil Gaska berbisik.

"Iya mas, ada yang bisa saya bantu?" tanya pria dengan berpakaian seragam staf hotel itu.

"Ada banget." Gaska mendekat kemudian berbisik.

"Maaf mas saya tidak bisa." Petugas itu menolak.

Gaska langsung membuka dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang, lalu memberikan paksa kepada petugas itu yang awalnya menolak.

"Bisa, kan?" tanya Gaska dan orang itu akhirnya mengangguk.

Secepat kilat kini Gaska sudah berpakaian layaknya staf hotel, dengan memakai masker, dan lengkap membawa nampan yang berisikan minuman. Dia mengetuk pintu kamar berulang kali karena tidak ada jawaban.

Sedangkan di dalam, Ergi yang hendak mencumbu Citra pun terhenti karena mendengar ketukan dari luar. Dia berjalan sempoyongan membuka pintu dan mendapati petugas hotel.

"Layanan hotel," ucap Gaska. Ergi mempersilahkan Gaska masuk dan tidak menghiraukan. Dia kembali mendekati Citra yang sudah terlentang di ranjang.

Ergi mencumbu gadis yang tidak sadarkan diri itu dengan lembut dan tidak mau terburu-buru, menghiraukan Gaska yang sudah merinding di sekujur tubuhnya.

Sungguh mereka berbuat seperti itu di depannya? Tidak tahu sopan santun sekali. Berani-beraninya Citra mengkhianati Bian dengan berselingkuh dengan kakaknya sendiri? Wanita tidak tahu malu.

Ia tidak terima, sahabatnya yang baik seperti Bian harus mendapatkan wanita murahan seperti Citra.

Saat mereka tidak memperhatikannya, Gaska mulai memasang kamera itu tepat menghadap ranjang. Posisi ini bisa merekam semua kegiatan mereka tanpa terkecuali, bahkan lengkap dengan suaranya.

Setelah itu Gaska keluar dan langsung berlari terburu-buru. Dia benar-benar tidak menyangka harus menyaksikan seseorang bercinta di hadapannya sendiri. Sungguh menjengkelkan.

•••

Sebentar lagi acara potong kue akan di mulai, tapi tampaknya Gracia tidak terlalu memperdulikan itu. Dia malah sibuk mencari Ergi yang sejak tadi tidak terlihat batang hidungnya.

Kemana cowok itu pergi? Seingatnya tadi Ergi mengambil minum darinya, yang sudah ia pasang obat perangsang. Kalau Ergi sudah meminumnya, maka obat itu pasti akan langsung bekerja. Tapi kemana hilangnya Ergi?

Gracia juga tidak melihat Citra sejak tadi. Apakah mereka berdua saat ini sedang bersama? Dengan Ergi yang dalam pengaruh obat? Celaka jika benar terjadi. Harusnya ia yang bersama Ergi, bukan Citra.

Bagaimana kalau mereka berdua melakukan hal yang seharusnya dilakukan ia dan Ergi? Kacau. Gracia benar-benar tidak bisa tenang sekarang. Niatnya memberi obat itu agar Ergi menjadi miliknya. Tapi kenapa malah seperti ini?

Tidak bisa dibiarkan, Gracia harus mencari mereka sebelum terlambat.

"Ehh mau kemana, bentar lagi acaranya mulai." Kevin menahan tangan gadis itu saat dia hendak pergi.

"Gue mau ke toilet," ucap Gracia bohong.

"Cia, lo barusan udah ke toilet, masa ke toilet lagi, sih?" tanya Kevin heran.

"Iya, Cia, mending lo di sini aja. Kan lo yang punya pesta masa lo pergi-pergi terus," imbuh Nadin.

"Gue mau cari Citra, dari tadi dia gak keliatan," bohong Gracia lagi.

"Gak usah, biar gue aja." Nadin mencegah Gracia pergi.

Gracia berdecak dalam hati. Sial. Kenapa mereka tidak membiarkannya pergi? Dan kenapa mereka malah kompak menahannya di sini.

Mau tidak mau gadis itu menurut. Tapi perasaannya masih gelisah. Memikirkan kemungkinan Ergi dan Citra bersama membuatnya semakin tidak tenang.

Tapi apakah benar obat itu diminum Ergi? Atau justru malah orang lain yang meminumnya? Atau... justru Citra yang saat itu juga bersama Ergi?

1,2k VOTE & 1,2K KOMEN. PASTI BISA.

GIMANA SAMA PART INI?👉

SPAM UP👉

SPAM NEXT👉

SPAM ALORA👉

SPAM BIAN👉

SPAM REYNALD👉

SPAM EMOT APAPUN👉

MAU BILANG APA SAMA MOMI?👉

MOMI HANYA INGIN MENGINGATKAN, JANGAN CEPAT BERPIHAK SAMA SATU ORANG.

KARENA YANG BAIK BELUM TENTU BAIK, BEGITU JUGA SEBALIKNYA.

INGAT, DI CERITA INI SEMUA TOKOH MEMILIKI SIFAT YANG TIDAK.....??

KALAU MAU CEPAT UP, TARGETNYA DI CEPATIN JUGA YA🤪🥴

🌼

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN RP MEREKA:

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

505K 54.6K 22
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
554K 21.1K 34
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
1.6M 113K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
2.6M 139K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...