KELVINAR

By shaantyypt

3.5K 2.3K 1.6K

Setelah putus dari sang mantan, Kinara tidak pernah mau berbicara ataupun melirik lelaki disekelilingnya, bah... More

00. Prolog
01. Kinara Adistiana
02. Kelviano Ganendra
Cast
03. Mantan Sahabat
04. Masalah
05. Promise
06. Perdebatan
07. FALL
08. Apa Yang Terjadi?
09. Why Not?
10. Tantangan
11. Tantangan (2)
12. Kejadian di Pagi Hari
13. RAIN
14. Payung
15. Kotak Bekal
17. Satu Nama
18. DIAM
19. Feeling
20. Tinggal Bareng
21. Semangat Nara
22. Pembalasan
23. Pesan Misterius
24. Forget Her

16. Bertengkar

124 85 78
By shaantyypt

Lama tidak berjumpa nih. Ada yang kangen sama cerita ini?

Maaf banget udah lama gak update, belakangan ini aku cukup sibuk dan gak sempet buat nulis cerita ini.

Sebelum itu aku mau nanya, gimana liburan kalian?? Ada yang kangen sekolah ga? Kangen sekolah karena apa ayoo.

Sebelum baca kelanjutannya, alangkah baiknya vote dan comment tiap linenya biar aku semakin semangat buat terus update 🥰💙

Jika tidak ingin di usik maka sebaiknya jangan mengusik.

***

Karena tidak ingin temannya dipermalukan. Seorang gadis yang merupakan salah satu teman Dania menghampiri Nara sembari mengangkat telapak tangan kanannya. Bersiap untuk mendaratkan satu tamparan.

PLAK!

Satu tamparan mendarat mulus di pipinya kanan Nara. Membuat wajahnya tertoleh dengan sendirinya. Refleks Nara memegang pipi kanannya. Lalu teman Dania yang lain mengambil sisa minuman bersoda tadi.

Saat gadis itu ingin menyiram minuman tersebut. Dengan cekatan seorang pria tiba-tiba membelah kerumunan dari arah samping lalu berdiri di depan Nara sehingga minuman itu tidak jadi mengenai Nara. Melainkan pria yang ada di depannya lah yang tersiram minuman itu.

Di waktu yang bersamaan, Kenan datang bersama temannya. Tadinya ia kebetulan ingin memesan makanan, begitu melihat kejadian itu mata Kenan melebar melihat dua orang yang sangat ia kenali. Ia hendak menolong namun ia kalah cepat oleh pria itu.

Tak hanya Kenan saja yang kalah cepat. Tapi Kelvin juga sama. Ketika minuman itu hendak di siram. Dika sudah terlebih dahulu berada di depan Nara.

Mata Nara terpejam rapat. Takut-takut jika dirinya terkena minuman soda itu. Saat membuka mata dirinya dikejutkan oleh seorang pria jangkung yang berdiri membelakanginya.

Bukan hanya Nara saja yang terkejut dengan kejadian yang tidak tertebak ini tetapi seluruh penghuni kantin yang melihat kejadian itu sangat terpukau.

Ada yang menjerit iri. Ada yang masih terkagum-kagum. Bagaimana tidak? Pria yang menolong Nara adalah ketua OSIS SMA Bina Bakti.

Dika mengangkat wajahnya sedikit tak lupa ia melayangkan tatapan yang menusuk seperti mata elang.

"Dan, mending kita cabut aja ayo. sebelum pak Anton datang." Bisik salah satu temannya.

Dania mengangguk. Dengan perasaan kecewa gadis itu cepat-cepat pergi bersama antek-anteknya.

"Nan, lo mau kemana eh?!" Ucap Nathan ingin mengejar Kenan.

"Makanan lo gimana—" belum selesai Jordi berucap, Kenan sudah pergi.

Kenan berlalu seraya menghiraukan seruan dari teman-temannya. Ia sudah terlanjur muak dengan gadis itu bahkan kedua tangannya terkepal kuat.

Satu persatu siswa mulai pergi dari sana hingga menyisakan delapan orang yang masih berdiam.

"Kak—"

Dika menoleh dengan cepat. "Lo gak apa-apa?" Tanyanya khawatir.

Kedua tangan Kelvin terkepal kuat saat Dika menoleh kearahnya sembari tersenyum miring.

Nara menggeleng, "Gue baik-baik aja. Tapi ma—"

Belum selesai Nara mengucapkan terimakasih. Dika sudah berlalu tanpa mengucap apapun.

༺♥༻

"Kamu jangan marah-marah ya. Ini semua cuma salah paham." Ucap seorang gadis seraya menggenggam pergelangan tangan pria itu. Matanya sengaja dibuat sesayu mungkin.

Pria itu menghempas tangan Dania kasar. Terlihat dari raut wajah Kenan benar-benar marah.

"Salah paham? Lo bilang ini semua salah paham? Gue liat semuanya, Dan!" Ucap Kenan tidak habis pikir.

Nara hendak ingin menuju ke kelas. Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara bentakan keras dari  tangga bawah.

"Kak Kenan?" Gumamnya pelan sekali.

Karena diselimuti rasa penasaran, Nara memilih untuk bersembunyi dibalik tembok untuk mendengar pembicaraan mereka.

"Asal lo tau.. dia itu adik kandung gue!!"

"A—adik kandung?" Dania bergumam sangat pelan.

Kenan memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Melihat hal itu, Dania merangkul lengan Kenan berusaha untuk meredakan amarah pria itu.

"Maaf ya sayang. Aku sama sekali enggak tau kalau Nara itu adik kandung kamu. Tadi itu dia yang numpahin makanan ke baju aku. Dan kamu liat 'kan? Aku sama sekali enggak lakuin apapun sama adik kamu,"

"Adik kamu yang salah bukan aku—"

Ucapan Dania terhenti. Lagi dan lagi Kenan menghentak tangannya.

"Cukup Dan cukup!!! Gue udah muak sama sikap lo. Gue kira lo cewek baik-baik tapi ternyata gue salah!" Kenan menggantung kalimatnya.

"Sekarang juga.. kita putus!" Final nya. Pria itu terlanjur kecewa pada Dania.

Dania mematung. Tidak bisa berkata-kata lagi.

"Jadi selama ini kak Kenan pacaran sama kak Dania?" Guman nara lagi.

Melihat Kenan yang beranjak pergi. Nara pun juga meninggalkan tempat itu.

Dengan penuh amarah Kenan melewati Dania begitu saja, tidak peduli dengan apa yang akan gadis itu lakukan yang pasti Kenan sudah tidak memiliki hubungan apapun dengan Dania.

"Nara," Dania mengangguk sambil tersenyum simpul. "Gue harus beri dia pelajaran."

༺♥༻

"Lo kenapa sih? Dari tadi diemin gue mulu?!" Tanya Nara berusaha mensejajarkan langkah kaki, "Emang gue ada salah ya?"

Nara mensejajarkan langkah kakinya dengan langkah kaki Kelvin. Namun Gadis itu terus saja tertinggal karena langkah Kelvin sangat lebar. Sehingga membuat Nara berlari kecil.

Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Kelas Nara sudah sepi karena di jam terakhir kelas mereka kosong. Oleh karena itu ia memilih untuk pulang bersama dengan Kelvin. Namun ia malah diabaikan. Apa yang salah dengan Kelvin?

"Kel, jangan jadi anak kecil deh. Kalo adalah masalah bilang aja sama gue siapa tau gue bisa bantu. Jangan kayak gini dong."

Tidak ada sahutan dari Kelvin. Pria itu terus saja berjalan hingga sampai pada motornya yang masih terparkir dengan rapi.

"Kalo lo kayak gini. Gue yang bingung, Kel."

Kelvin tetap menghiraukan ucapan Nara. Pria itu memakai helm full face kemudian menghidupkan mesin motor.

"Naik." Ucap Kelvin singkat tanpa memperdulikan ucapan Nara sebelumnya.

"Gue kesal sama lo."

Kelvin menatap punggung Nara yang semakin lama semakin mengecil dari pandangannya. Ia memilih untuk mengikuti Nara dari kejauhan. Mengawasi gadis itu agar tetap aman.

༺♥༻

Pagi ini Nara memutuskan untuk berangkat ke sekolah bersama ayahnya. Seperti dugaannya, Kelvin tidak menjemputnya lagi.

Nara tidak habis pikir. Mengapa Kelvin tiba-tiba tidak ingin berbicara dengan Nara? Bahkan Nara terusan memikirkan kesalahan apa yang telah ia lakukan sampai-sampai Kelvin jadi seperti itu.

Sebelumnya, hubungan mereka sangat baik. Dari dulu Nara dan Kelvin tidak pernah bertengkar. Kalau pun bertengkar paling hanya perdebatan saja dan berakhir Kelvin yang selalu mengalah. Namun sekarang berbeda.

Bahkan sampai di sekolah pun, Kelvin sama sekali tidak menyapa ataupun mengganggu nara seperti hari-hari biasanya.

"Huh! Mungkin Kelvin lagi sibuk. YA. 'kan besok dia lomba," Nara menepuk keningnya, "ishh Nara kenapa lo bisa lupa sih." Ujar Nara sembari menepuk-nepuk keningnya berapa kali.

"Lo ngapain?" Tanya seorang pria yang kebetulan lewat menghentikan aktivitas Nara.

"Eh? Kak..." Nara menjeda kalimat. Ia lupa dengan nama pria jangkung ini.

"Gue Dika." Ucap Dika memperkenalkan diri.

Nara mengangguk. "Oh iya. Makasi kak udah nolongin dan gue juga minta maaf."

"Untuk?" Kepala Dika dimiringkan. Bingung.

"Bukan apa-apa," Nara menggeleng pelan sembari menggoyangkan kedua tangannya, "kalau begitu dik masuk kelas ya." Pamit Nara lalu berlari kecil.

Dika tersenyum. "Dia gadis yang manis."

༺♥༻

Selesai jam istirahat, Kelvin di minta untuk latihan karena besok ia akan mewakili SMA Bina Bakti dalam perlombaan renang. Sekolahnya memang memfasilitasi kolam renang untuk praktek olahraga maupun atlet renang latihan.

Selain atlet futsal, Kelvin juga atlet renang. Bukan hanya itu saja, dia juga pandai dalam hal seni bela diri. Namun Kelvin tidak pernah memperlihatkan itu.

Kelvin mempelajari seni bela diri hanya untuk melindungi orang-orang terdekatnya bukan untuk hal lain.

"Bagus Kelvin. Kamu bisa memahami dengan cepat. Bapak bangga sama kamu." Ucap pak Doni selaku pelatih atlet renang.

Pak Doni merupakan guru olahraga yang paling banyak digemari oleh siswa-siswi maupun para guru. Selain memiliki wajah yang tampan, pak Doni orang yang mudah bergaul dengan siapa saja. Bahkan kebanyakan siswi yang awalnya malas mengikuti olahraga sekarang jadi bersemangat agar dapat melihat ketampanan beliau.

Suara nada dering berasal dari saku celana pak Doni. Beliau mengangkat panggilan.

Setelah selesai berbincang, pak Doni menghampiri Kelvin. "Bapak tidak bisa menemani kamu latihan karena bapak ada urusan penting. Untuk sekarang Kamu latihan sendiri, inget yang bapak ajari sebelum."

"Baik pak."

"Bagus. Kalau begitu bapak tinggal dulu." Setelah mengucapkan itu, pak Doni berlalu.

Kelvin meneguk air mineral. Lalu ia mengambil benda pipih yang berada di samping tempat duduknya. Kelvin menggeser layar ponsel, ia mencari kontak Nara.

Kemarin Nara mengirimkan banyak pesan untuk Kelvin akan tetapi Kelvin belum sempat membacanya.

Awalnya ia mengira Nara akan benar-benar kesal. Setelah membaca pesan dari Nara. Ia hanya terkekeh geli karena Nara sangat lucu ketika khawatir. Bagaimanapun juga Kelvin tidak akan bisa mengabaikan gadis itu.

Kelvin mengetik pesan untuk Nara, bukan untuk membalas pesan yang kemarin. Jangan tanyakan ia ingin mengetik apa. Kelvin saja sudah berapa kali mengetik pesan kemudian  di hapus lagi, lalu mengetik lagi begitupun seterusnya.

"Nanti aja gue kirim." Ujar Kelvin beranjak dari duduknya

Kelvin meninggalkan ponselnya dalam keadaan menyala. Ia kembali menuju kolam renang untuk melanjutkan latihannya karena sebentar lagi akan pergantian jam. Walaupun ia seorang atlet, ia juga tidak ingin ketinggalan pelajaran. Setelah selesai, Kelvin pergi ke toilet untuk berganti pakaian.

Seorang gadis memasuki area kolam renang. Ia melihat ke sekeliling memastikan bahwa tidak ada seorang pun di sana.

Melihat ponsel Kelvin dalam keadaan menyala, cepat-cepat Dania mengambil benda pipih itu. Gadis itu tersenyum merekah karena ia sudah memastikan rencananya akan berhasil. Dania membaca pesan yang belum sempat Kelvin kirim pada Nara.

Kelvin : maaf udah bikin lo khawatir, Nar. Gue gak bermaksud cuek in lo kemarin. Lo juga gak ada salah apa-apa, jangan di pikirin ya?

"Cih."

Dania mendecih. Sebuah rencana kembali bermunculan. Ia menghapus pesan sebelumnya lalu mengganti dengan pesan yang baru. Jarinya cepat-cepat mengetik pesan untuk Nara.

"Tunggu pembalasan dari gue." Ujar Dania tersenyum miring ketika pesan itu telah terkirim.

Suara pintu yang di buka terdengar, Dania cepat-cepat mematikan ponsel Kelvin dan membawanya pergi dari area kolam.

Di sisi lain Nara sedang menelungkup kepalanya sembari menunggu jam pulang. Ia benar-benar ingin pulang lalu tidur. Bahkan sekarang ia jadi merindukan kasurnya. Sungguh ini adalah hari yang membosankan.

Satu notifikasi muncul di layar ponselnya. Tumben sekali dirinya mendapatkan notifikasi dari seseorang. Seperti biasanya ia merasa sangat jenuh karena tidak ada siapapun yang mengiriminya pesan seharian ini. Cepat-cepat Nara mengambil benda pipih itu.

Nara cukup terkejut melihat notifikasi dari Kelvin.

Kelvin
Pulang sekolah gue tunggu lo di ruang kolam renang

"Tumben. Biasanya dia bakalan langsung nyari gue ke kelas." Ujar Nara.

"Udahlah, siapa tau dia lagi latihan."

Nara mengurungkan niatnya untuk membalas pesan dari kelvin karena tiba-tiba seorang guru memasuki kelas mereka membuat para siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing.

༺♥༻

Bel pulang berbunyi dua belas menit yang lalu. Seharusnya Nara mendengarkan kata Eva yang memintanya untuk menunggu Kelvin di depan kelas. Entah mengapa kakinya malah melangkah menuju kolam renang.

Pintu terbuka, Nara dengan segera masuk untuk mencari Kelvin. Ia mengedarkan pandangannya namun ia tak menemukan siapapun disana.

Nara hendak pergi meninggalkan tempat itu tetapi di nakas dekat kolam renang terdapat sebuah benda yang menyita perhatiannya.

"Ini 'kan ponsel Kelvin. Tapi orangnya kemana?" Ujar Nara.

Nara berbalik badan hendak ingin melangkah. Mata Nara melebar. Terkejut melihat Dania berada di hadapannya sekarang.

"Kenapa? Takut?"

Kedua temannya tertawa kencang melihat ekspresi Nara.

Dania maju dua langkah, mendekati Nara. "Kalau gue gak bisa dapatin Kelvin. Lo juga tidak akan bisa!"

"Kalo lo suka sama Kelvin kenapa lo pacaran sama kak Kenan?!" Nara menetralkan suaranya. Jujur ia sangat takut jika berada di tempat yang sepi seperti ini di tambah lagi ada kolam. Jika ia mundur selangkah maka ia akan tercebur.

"Asal lo tau, gue gak pernah suka sama Kenan. Tapi karena dia nembak gue di depan umum jadi gue terima karena gue gak pengen dia dipermalukan, ngerti gak lo?!!"

"Sekarang gue udah putus sama dia. Dan gue gak bakalan biarin lo dekat dengan Kelvin!" Dengan cepat Dania mendorong tubuh Nara ke kolam.

Nara kehilangan keseimbangan sehingga ia tercebur ke dalam kolam. Nara berusaha menaikkan kepalanya untuk mencari udara. Ia sama sekali tidak bisa berenang di tambah kolam ini cukup dalam.

"Rasain tuh!"

"Makanya kalau jadi adik kelas itu jangan suka ngelawan, tau sendiri 'kan akibatnya."

Dania tersenyum miring. "Ayo kita pergi dari sini."

Tangan Nara melambai-lambai untuk meminta pertolongan. Tapi itu mustahil karena tidak ada siapapun di sana. Kakinya mulai keram karena kolam ini sangat dingin. Serta bibirnya mulai pucat. Seketika pandangan memburam. Namun sebelum menutup matanya, Nara sempat melihat seorang pria memanggilnya dan masuk ke dalam kolam.

TO BE CONTINUED

A/N:
Ayoo siapa yang penasaran sama yang nolongin Nara?

Masih mau lanjut?
Comment NEXT di sini ya

Jangan lupa votenya🥰
Sampai jumpa di update berikutnya
See ya!

09 Juli 2022

ANDIKA

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 130K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
2.7M 136K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.9M 88.9K 39
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.7M 279K 65
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?